VOL. [1] - 16 - Kerak Wajan (Part 1)

62 6 6
                                    

A/N - Saya pecah dua part krn panjang scene-nya.
- Kahala -
______________

"Saya ... punya kakak perempuan," Sumi mulai bercerita. "Dia--" Seperti ada gumpalan menyekat lehernya. "--meninggal setahunan sebelum Bapak."

"Enam tahun yang lalu?" tanya Andi pelan-pelan; dijawab dengan anggukan Sumi.

"Kira-kira." Sumi menatap Andi. "Si Mbakyu empat tahun lebih tua dari saya; waktu itu, saya masih kelas sembilan."

"Karena sakit?"

Sumi menggeleng seraya menunduk; mulai ngilu dadanya.

"Mbakyu itu aslinya periang banget; udahlah cantik, gaul pula. Temennya seabreg; yang naksir apalagi." Bibirnya mengulas senyuman tipis. "Susah, deh, marah sama dia; saking pinternya ngambil hati orang."

Andi menautkan jemari tangannya; matanya seakan tak berkedip sedari tadi.

"Mbakyu pas kelas dua belas deket sama cowok; kenal online. Nggak tau kayak apa orangnya; namu ke rumah aja nggak pernah. Kalau jalan, ketemunya di luar." Sumi mengayun-ayunkan betisnya. "Tau-tau, Mbakyu bilang ke Bapak-Ibu: dia mau kawin. Padahal, belom lulus.

"Bapak marah; nyuruh lulus SMA dulu, kuliah dulu. Pas pacarnya disuruh sowan; Mbakyu nggak mau. Takut dimarahin Bapak, terus diputusin, katanya. Sejak itu, Bapak sama Mbakyu sering banget bertengkar," tutur Sumi.

"Sumimi, inget yang Mbak ajarin kemaren, ya? Paling gampang latihan di warung, tuh, karena banyak bau; berisik. Latih terus fokusnya, ya?

"Sana, gih. Mbak mau ngomong ke Bapak lagi abis ini. Jangan ketakutan lagi, ya, Sumimi."

"Satu malam tiga bulan sebelom kelulusan, Mbakyu bangunin aku sekitar tengah malem. Dia pamit, mau kabur kawin lari sama pacarnya. Udah segitu bucin-nya sampe berani.

"Dia nyuruh saya pura-pura nggak tau." Sumi menggeleng-gelengkan kepala. "Katanya, dia bakal nelpon ngabarin Bapak-Ibu sendiri."

"Ini berarti, kamu masih SMP?" Andi menumpukan dagu pada tangannya.

"Iya, saya pas mau naik kelas sembilan SMP."

"Terus, kamu kasih tau orangtua?"

"Nggak." Sumi menjitak-jitak kepalanya perlahan. "Waktu itu bodohnya, saya mihak Mbakyu; Mbakyu kayak bahagia banget tiap nyeritain cowoknya, Bang. Nyeritain mimpi dia bakalan nikah, punya anak; kalau cowoknya, tuh, sayang dan baek banget.

"Katanya udahlah ganteng banget, duitnya banyaaak; suka beliin macem-macem barang bermerek, transfer duit." Sumi tertawa kering. "Saya yang bodoh; malah kesian Mbakyu dilarang kawin sama Bapak."

"Ya, maklum." Andi tersenyum kecil. "Kamu, kan, masih bocil; belum ngerti."

Sumi mengangguk. "Mbakyu SMS Ibu sehari abis kabur; ngasi tau udah kawin. Sejak itu HP-nya nggak aktif. Orangtuaku jadi sering bertengkar." Mencelos hatinya.

"Saya pikir," lanjutnya, "mungkin Mbakyu udah bahagia, jadi nggak mau digangguin dulu. Malah saya sebal sama Bapak-Ibu yang terlalu heboh. Segitu naifnya saya waktu itu.

"Polisi nggak bisa apa-apa karena waktu itu Mbakyu udah delapan belas tahun; nggak dianggep anak-anak." Lidah Sumi membasahi bibirnya yang kering. "Nggak ada indikasi diculik, katanya."

Gadis itu mendongak memandang ranting pohon rindang yang terbuai angin di atasnya. "Itu ... masa empat bulanan penuh stres di rumah. Saya melihat Bapak berubah dari sosok yang tenang dan riang, jadi tertekan dan mudah tersulut."

Miss Bakwan & 3 Men [Romantic Suspense & Thriller - 𝔻𝕌𝕆𝕃𝕆𝔾𝕀]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang