VOL. [1] - 32 - Matang (Part 1)

53 7 3
                                    

A/N - Saya bagi dua bagian, karena panjang. Toilet dulu, cemilan, matiin kompor. Enjoy ❤️
- Kahala -
____________

Andi dan Sumi menoleh bersamaan.

"Lho, sendirian aja?" Kedua alis Sumi terangkat.

"Iya, Kak; lagi suntuk di kosan. Ayu bobo; Bunga shift," jawab Tari yang mendekati keduanya. Sepasang mata almond nan cantik itu ber-soflens warna karamel malam ini. "Pesen yang biasa, ya, Kak?"

Sumi mengiyakan, lalu kembali ke warung menyiapkannya. Sudut matanya menangkap sosok boneka porselen itu menduduki kursinya di sebelah Andi tadi. Tak sempat dia memperhatikan obrolan mereka karena datang beberapa pembeli baru.

Ada dorongan dalam diri Sumi untuk berkali-kali melirik mereka. Tari banyak tertawa. Melihat Andi yang juga banyak tersenyum membuatnya ... gusar.

Ngobrolin apaan, sih?

Seolah mendengarnya, Andi mengerlingnya. Bergetar hatinya melihat mata lelaki itu menghangat saat mereka bertemu pandang. Rona merayapi pipinya; membuatnya mengalihkan perhatiannya menyelesaikan pesanan-pesanan.

"Sumi."

Duh, tak bosan dia dengar Andi mengalun namanya begitu.

Ketika menoleh, Sumi mendapati Andi sudah beranjak; tengah meletakkan uang pembayaran di samping mangkoknya. "Abang mau pulang?" Tanpa bisa dicegah, keluar sejumput kecewa dengan suaranya.

"Iya. Kamu jangan kemaleman, Non." Andi mengedip sebelah mata, disertai sepasang lesung pipit. Lalu pergi setelah berpamitan kepada keduanya.

Tari tepekur memperhatikan sosok Andi menjauh. Cukup lama, sebelum kembali ke mangkok mienya. Sendoknya membelah sebutir bakso dengan pelan sekali. "Kak Sumi."

"Hmm?" Sumi membereskan bekas mangkok dan meja bekas makan Andi.

"Kakak udah lama kenal Kak Andi?"

Gerakan tangan Sumi terhenti. Bukan karena pertanyaan itu sendiri, melainkan kejanggalan nada suaranya. Ditatapnya gadis mungil itu. "Kenapa emangnya?"

Paras Tari berkerut, seakan menghadapi soal ujian yang sulit; matanya menerawang. "Aneh, deh, Kak; dia beneran bikin aku keinget seseorang." Lalu, mukanya mengendur dan tertawa singkat. "Sama artis kali, ya? Ganteng abisnya." Sambil bersenandung, ia lanjut makan.

Sumi termangu. Dilanjutkannya membersihkan meja; berusaha menepis kerisauan bahwa Andi pernah berkata serupa sebulanan yang lalu.

* * *

"Mbah lihat, kamu makin deket sama Mas-e."

Sumi melepas ikatan tali spanduk warung mie. "Masa, sih, Mbah?"

"He-eh." Dentangan logam terdengar dari arah Mbah Ti; sibuk membilas bersih banyak sendok dan garpu penuh busa di wastafel baja stainless. "Mulai dhemen (suka)?"

Spanduk yang terlipat rapi kini disimpan Sumi di laci nakas telepon warung. "Sumi ... nggak tau, Mbah," jawabnya, walau detak jantungnya mencepat terpikirkan Andi.

"Joko nolak, to?"

Sumi, yang sedang menghitung omset warung mie, mematung seketika.

"Bener, to? Mbah denger tadi kamu nyebut namanya; cerita ke Mas-e sambil merengut." Sang sepuh menyusun perkakas makan yang telah bersih di rak pengering cucian piring. "Ora 'po-'po, Sum; yang penting jadi jelas. Joko jelas; Andi jelas."
(Nggak 'pa-'pa)

Miss Bakwan & 3 Men [Romantic Suspense & Thriller - 𝔻𝕌𝕆𝕃𝕆𝔾𝕀]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang