VOL. [2] - 7 - Saos Botolan

36 5 0
                                    

A/N - Balik ke posting 2x seminggu nih 🙏🏻. Moga2 ga ada hambatan lg ya. Enjoy 🖤
- Kahala -
_____________

Bagaikan berada dalam film horor, Sumi menoleh penuh ketegangan.

Di antara pepohonan sepuluh meteran di belakangnya, Tribowo masih menelepon.

Insting Sumi menyuruh kabur. Namun, kakinya menolak beranjak.

Habisi ...?

Degupan jantungnya menggema dalam kepala.

Habisi siapa?

Bapaknya dulu ... dihabisi.

Sekujur tubuhnya meremang. Arus energi membanjiri raganya; siap melarikan diri.

Kalau ketahuan?

Lari atau tidak?

Dia harus bagaimana?

Pelan-pelan kakinya mundur. Tunggu, mungkin sebaiknya dia memunggungi. Sumi berbalik lawan arah dari mertuanya. Hanya perlu maju empat meteran hingga ia keluar dari pepohonan, kembali ke pelataran tempat pohon beringin tua.

Kepalanya berdenyut-denyut; mulai pening.

Tiga langkah lagi.

Suara ranting terinjak dari belakangnya.

Dia ketahuan??

Tanpa berpikir lagi, Sumi bertolak; berlari sekencang-kencangnya; keluar pepohonan ke pelataran. Paparan sinar matahari sore membuatnya menyipit; sakit kepalanya begitu membutakan.

Segalanya buram. Namun, ia tetap berlari. Berat sekali boots ini.

Bentuk pohon beringin tampak hanya lima belas meteran lagi; bahkan dia juga mengenali bentuk tiga kuda yang terikat. Apa dia berani membawa kudanya berlar--

Eh? Tiga?

Sumi memicingkan mata dan melambat, disusul membelalak. Ia berlari lebih kencang hingga menubruk sosok yang memunggunginya di samping kuda ketiga.

"Whoa! Hey, what happened??" seru sosok itu yang sontak berbalik, diiringi ringkihan kuda-kuda yang ikut kaget.
(Ada apa)

Siapa sangka akan tiba hari di mana Sumi lega melihat sosok tegap itu, serta mendengar suara serak-serak basahnya. Saking leganya sampai-sampai ia memeluknya erat; menyembunyikan wajahnya pada dada liatnya yang berkemeja kerja.

"Sayang? Hey ..., you okay?" Sepertinya, Bimo pun terkejut mendapati dirinya dipeluk; meski ada keriangan pada suaranya. "Hei, Miya ....," ucapnya melembut, "kamu gemetaran lagi." Lengannya yang semula terentang kini memeluk balik istrinya.

Sumi tahu dirinya akan menyesal nanti, tapi proteksi lengan kokoh itu anehnya menenangkannya. Detak jantungnya, juga napasnya, berangsur-angsur melambat.

Kuota harian otaknya untuk menganalisa sudah habis. Entah apa yang terjadi dengan reaksi dirinya terhadap Bimo sejak semalam; seakan ada sakelar yang diaktifkan sejak dia ... teringat orang itu. Ah, nanti sajalah dia urus akibatnya!

"Waduh, waduh .... Penganten baru." Lantang suara Tribowo terdengar dari belakang Sumi. "Baru tadi pagi ketemu, sudah sekangen itu, Miya?" Konglomerat itu tertawa menggelegar; lagi-lagi menerbangkan burung-burung dari kerindangan pohon beringin itu.

Panas pipi Sumi mendengarnya. Akan tetapi, raib begitu teringat lagi ucapan mertuanya waktu menelepon. Apakah Tribowo tahu dia mendengar percakapannya tadi?

Miss Bakwan & 3 Men [Romantic Suspense & Thriller - 𝔻𝕌𝕆𝕃𝕆𝔾𝕀]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang