VOL. [2] - 28 - Karet Gelang Bungkusan

41 8 8
                                    

A/N - Kalian sabar sekali. Makasih ya 🙇🏻‍♀️ apalagi yg selalu nyemangatin! Semingguan tiap nulis malah ketiduran trs; Ramadan. Plot makin kentel. Ini kr2 udh nyampe pertengahan Vol. 2, ya. 3.1 K words. Enteng. Enjoy 🖤
- Kahala -
___________

Cekalan Andi pada lengannya tak diantisipasi Sumi.

Sama sekali.

Membingungkan; mengejutkan; ibarat jika mendadak menyaksikan salju turun di Jakarta.

"Sumi ...." Lagi, suara dalam lelaki itu mengalun memanggilnya.

Pencahayaan ruang tengah besar itu temaram, kontras dengan pancaran energi Andi yang seolah ... menuntut.

Sumi tahu sesaat lagi, tatapan intens mata cokelat muda itu akan mempengaruhi hatinya jika ia terbuai situasi; juga ... hangatnya cengkeraman Andi pada lengannya. Bibirnya membelah siap berucap.

"Kalopun cuma pake panggilan, aku pasti nengok, kok, Bang." Mudah memasang persona riangnya sekarang, teknik yang diajarkan Andi dua malam silam sangat berguna.

Degup jantungnya seketika menurun ke normal; melegakan, sekaligus menggembirakan. Dia mampu mengendalikannya cepat sekarang!

Andi mengejap; alis tegasnya menyimpul sedikit. "Sori." Cekalannya dilepas dari lengan Sumi.

"Ada apa?" Suara Sumi mendenting indah, disertai senyuman sopan.

Lelaki itu terdiam sejenak. Merendahkan suaranya, dia berkata, "Kamu ... nggak perlu bertopeng di depanku."

Sumi bergumam tawa, yang terkendali bak hatinya. "Abang lucu."

"Aku nggak bercanda, Sumi." Simpulan alis tegas Andi mendalam. "Aku tahu kamu maksain senyum."

"Itu asumsimu, Bang," bantah Sumi. "Yang mungkin ... terlalu dipengaruhi kecondongan subjektif Abang sendiri?" Kepalanya meneleng sedikit.

"Aku kenal aslinya kamu," tegas Andi, sambil mendekat, "dan aku ingat gimana bencinya kamu bertopeng."

"Dulu, maksudmu? Bener, tapi topeng itu buat nyembunyiin, Bang."

"Antara lain, yang kamu lakuin sekarang," tukas Andi. "Kamu bisa terus jadi dirimu sendiri di depanku, Sumi, kayak dua malem lalu."

"Maksud Abang, aku beda?"

Andi mengangguk. "Sepanjang malem kamu begitu; sembunyi."

"Aku nggak sembunyi, Bang," tampik Sumi.

"Aku bisa lihat, Sumi."

"Aku nggak sembunyi."

"Kamu marah," tebak Andi.

"Salah, Bang: aku getir," koreksi Sumi kalem. "Siapa pun di posisiku bakalan sama; manusiawi, 'kan?"

"Karena aku nutupin tentang ayahmu?"

"Itu hak Abang. Aku paham, kok, alesannya: misi; cuma yang bikin aku heran ..., Abang masih sugesti aku untuk nyeritain tentang Mbakyu dan Bapak dulu." Tetap ringan intonasi Sumi. "Apa karena Abang ngarepin aku bakal nyebut soal video itu?"

"Sumi." Andi mendekat lagi. "Kamu marah."

Tilikan lelaki itu seolah berusaha menembus, merangsek ke dalam mata Sumi; seakan mencari sesuatu.

Miss Bakwan & 3 Men [Romantic Suspense & Thriller - 𝔻𝕌𝕆𝕃𝕆𝔾𝕀]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang