Bab 13

167 6 0
                                    


Flashback On.

Saat itu Lala baru saja keterima kerja di PT. Future Bright."Ini Lala yang akan bergabung dengan kita hari ini" Pak Suwandi yang saat itu menjabat sebagai Manajer Tim Manajemen, memperkenalkan Lala ke rekan-rekan timnya, Tim Manajemen. Lala tersenyum kepada semua orang serasa menundukkan kepalanya sedikit memberi salam. Dilihatnya ada Helena, yang mana Helena adalah teman satu kuliahnya dulu. Helena juga yang merekomendasikan ke Lala untuk mencoba melamar pekerjaan di kantor saat ini ia bekerja

"Kalian bisa menyapanya nanti, dan Dewa, bisakah kamu membimbingnya?" pinta Pak Suwandi ke Dewa agar membimbing Lala yang masih baru bergabung di timnya. Lantas Dewa langsung mengiyakan permintaan atasannya itu. Lala yang mendengarnya pun memberikan senyuman ke Dewa dan berkata kepada semua orang, "Aku sudah tidak sabar ingin bekerja dengan kalian" yang disambut riuh oleh tepuk tangan rekan-rekannya termasuk Helena, terkecuali Dewa. Yang saat itu di nilai Lala lelaki yang dingin. Lala menghampiri Helena yang sedang duduk tepat bersebelahan dengan Dewa untuk cipika cipiki. Tetapi Dewa langsung menatap Lala dengan wajah datarnya, sontak Lala terdiam kikuk tidak jadi menghampiri Helena seperti niatnya barusan.

Melihat Lala yang canggung, Dewa pun kembali mengalihkan pandangan yang sebelumnya melihat Lala untuk melihat laptop di meja kerjanya. Ada 5 menitan Lala tetap berdiri di samping Dewa untuk memperhatikan Dewa yang saat itu sedang bekerja. Menyadari itu, Dewa lantas melihat kembali Lala dan merasa Heran. "Kenapa kamu terus berdiri di situ?" tanya Dewa yang direspon Lala dengan takut-takut. "Maaf Pak, tapi saya belum tahu dimana meja yang akan saya gunakan untuk bekerja" ucap Lala.

"Oh, ini di depan saya kamu bisa tempatin meja itu untuk bekerja ya" sahut Dewa seraya menunjuk meja kerja yang dimaksud. Lala pun mengucapkan terima kasih dan berjalan ke emja yang berada persis di depan Dewa saat ini bekerja. Itulah awal pertama Lala dan Dewa bertemu. Sebagai rekan kerja di perusahaan yang sama pula.

Hari-hari Lala seperti mulai tertarik dengan Dewa. SIfat sabarnya mengajari Lala agar lancar bekerja. Dewa yang rajin dilihatnya. Sopan dan ramah ke semua orang di kantor saat Lala memperhatikannya. Juga Dewa yang selalu berhati-hati dengan ucapannya. Walaupun ada beberapa kali ia melihat Dewa memarahi bawahannya karena ada kesalahan. Ya, Dewa memang bukan yang paling baik. Tapi dia manis dibalik personalitynya yang cool. Sampai di suatu hari, Lala dipanggil Pak Suwandi menghadap ke ruangannya. "Ada beberapa kesalahan yang tidak bisa diterima" Pak Suwandi membanting berkas susunan acara yang diberikan Lala. "Bagaimana kamu bisa salah menetapkan tanggal acaranya? Apa yang akan kita lakukan saat sudah memesan 10.000 salinan? Apa kamu akan membayar kerugiannya sendiri?" masih dengan marah Pak Suwandi membentak Lala.

"Maaf Pak, akan saya perbaiki dengan menutupnya dan menimpanya dnegan tanggal yang benar hari ini juga" Lala meminta maaf dan memberikan solusi yang dapat ia lakukan, karena jujur ia tidak memiliki dana yang cukup apabila harus mengganti kerugiannya.

"Apa ini usaha terbaikmu?" tanya Pak Suwandi masih dengan rasa marahnya. "Kamu mengacaukan tugas pertamamu. Bagaimana orang bisa mmeberimu pekerjaan yang layak sekarang?" masih murka Pak Suwandi mengucapkan itu karena ini memang tugas pertama untuk Lala yang akan di handlenya sendiri.

"Maafkan saya pak" Lala masih berusaha meminta maaf kepada Pak Suwandi.

"Jika satu customer saja mengeluh tentang tanggal yang salah, kamu akan saya panggil menghadap kembali, sana, kamu boleh pergi meninggalkan ruangan saya" pak Suwandi memberikan peringatan kepada Lala. Lala pun pamit untuk meninggalkan ruangan Pak Suwandi. Terlihat rekan-rekan timnya sedang melihat ke arah ruangan Pak Suwandi, yang mana bisa ia pastikan teman-temannya itu melihat dan mendengar kemarahan pak Suwandi kepadanya tadi. Lala pun terus saja berjalan ke arah toilet untuk sedikit menenangkan dirinya

"Bukankah Stella yang menulis konsep itu? Bahkan sudah di tandatangi pak manajer Suwandi, dan Lala hanya bertugas membawanya ke percetakan" terdengar Bram yang menanyakan itu ke Helena saat Lala melintasi meja kerja rekannya otu.

"Karena Lala yang terakhir menangani tugas itu dan membawanya ke Pak Suwandi makanya ia yang kena masalah, dasar, padahal pak Suwandi hanya pergi ke karaoke dan meneken berkas-berkas di meja kerjanya, dasar tidak tahu diri" umpat Helena yang kesal karena melihat teman baiknya itu di marahi habis-habisan oleh atasan yang menurutnya hanya makan gaji buta saja. Dewa yang baru saja memasuki ruangan kerjanya pun berpapasan jalan dengan Lala yang terlihat raut wajahnya sedang sedih. Dan Dewa juga mendengar seluruh percakapan Bram dan juga Helena.

"Benar sekali, Lala yang malang" Bram menimpali.

Saat jam pulang kerja hngga pukul 8 malam, Lala maish berkutat di depan Goodie Bag yang sedang ia perbaiki kesalahan cetakan tanggalnya. Walaupun lelah, Lala harus menanggung jawabin kesalahan yang ia lakukan. Terlihat Dewa baru saja memasuki ruangan kerja dimana ada Lala di dalamnya. Dewa pun mengeryitkan dahi heran melihat jam segini Lala masih saja berada di kantor. Lantas Dewa menghampiri Lala, dan Lala terlihat kaget dengan kedatangan Dewa. "Ku kira kmau akan pulang setelah rapat di luar" ucap Lala ke Dewa dengan senyum yang selalu mengembang di bibirnya.

"Ah, iya aku lupa membawa pulang file yang harus ku kerjakan malam ini, kamu bekerja sampai malam gini disini?" tanya Dewa kembali menanyakan ke Lal.

"Iya, aku masih punya 1.000 salinan lagi, jadi aku akan selesai sebelum jam 1 pagi" ucap Lala sambil melihat jam di pergelangan tangannya sambil tersenyum. Dewa masih menatapnya.

"Kamu melakukan ini sendirian?" tanya Dewa.

"Engga, tadi teman-teman membantuku, tetapi karena sudah malam mereka ku minta untuk pulang beristirahat saja" Lala menjelaskan ke Dewa. Karena memang benar, tadi Bram, Helena dan teman lainnya ikut membantunya memeprbaiki tanggal sebanyak kurang lebih 9.000 salinan itu."Aku bisa mengurusnya sendiri, jadi hanya butuh satu zombi saja di kantor ini" ucap Lala sambil sedikit tertawa.

Dewa pun merasa kasihan melihat Lala yang bekerja keras semalam ini, dan memutuskan untuk membuka jas kerjanya dan ikut duduk disamping Lala. Lala yang sedikit grogi karena duduk bersebelahan dnegan Dewa sejenak mematung. Di lihatnya Dewa mengambil beberapa salinan yang belum di perbaiki. "Coba ku lihat, bagaimana cara mengerjakannya" ucap Dewa menanyakan ke Lala. Lala pun lantas melihat Dewa dan memberitahu Dewa dimana harus diletak tempelan tanggal yang benar, seraya berkata "Sejujurnya, aku baik-baik saja, kamu kan ada rapat besok pagi" mengingat Dewa yang memang ada rapat besok pagi.

"Satu bantuan akan membantumu selesai sebelum tengah malam" ucap Dewa ambil tetap mengerjakan salinan untuk di perbaiki. Lala tersenyum senang melihat Dewa yang ingin membantunya. "Kalau begitu aku tak akan menolak tawaran murah hatimu" ucap Lala yang terus saja tersenyum.

"Kamu ngga kesal? Ini bukan kesalahanmu" tanya Dewa tiba-tiba yang membuat Lala menoleh kaget menatap Dewa.

"Aku kesal, aku sangat kesal hingga hampir menangis tadi" ucap Lala sambil melanjutkan pekerjaannya.

"Harusnya kamu beritahu kepada Pak Suwandi yang sebenarnya" Dewa menyayangkan Lala yang nerima saja di salahkan begitu.

"Jika aku melakukannya, dia akan bilang bahwa pegawai wanita hanya membuat alasan dan tak mau mengakui kesalahan mereka" lantas Dewa pun mengalihkan pandangannya menatap Lala yang sedang menjelaskan alasannya tidak memberitahu kenyataannya ke Pak Suwandi. "Aku sangat tahu kalau Pak Suwandi tidak suka bekerja dengan pegawai wanita, jadi apapun yang terjadi, aku ditugaskan dengan ini, dan itu tanggung jawabku. Siapa yang bersalah bisa dibahas setelah masalah selesai" Dewa masih menatap Lala yang dilihatnya sedih tetapi masih semangat melakukan pekerjannya itu. Lala pun melihat ke Dewa dan mata mereka berdua berpandangan. "Aku terdengar mengagumkan ya?" tanya Lala sembari tersenyum menatap Dewa yang masih saja menatapnya.

"Ayo kita selesaikan ini" ujar Dewa yang grogi karena ditatap balik oleh Lala dengan senyuman yang dianggapnya manis itu, dan matanya teralih kembali ke pekerjaan di tangannya.

"Kamu sedikit tergoda ya?" ucap Lala dengan nada menggoda ke Dewa yang dilihatnya sedang salah tingkah. Dewa menatap Lala kembali sambil tertawa yang menurut Lala begitu manis. Mereka melanjutkan pekerjaannya sambil sesekali Lala tetap menggoda Dewa karena sudah terpesona olehnya.

Flashback Off.

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang