Bab 61

47 5 0
                                    

"Aku akan melakukan tugas lain yang bapak ingin kan. Tapi aku tidak melakukan permintaan bapak itu", ucapan Raisa itu membuat Baim kecewa lalu menghembuskan nafasnya dalam.

"Jadi kamu tidak bisa. Kalau begitu aku juga tidak bisa menjamin masa depan mu. Aku masih menjabat sebagai Direktur Senior. Aku punya cukup kekuasaan untuk menyingkir kan pegawai", ucap Baim sambil meminum alkohol yang tadinya akan ia berikan ke Raisa.

"Yang bapak minta itu tindakan ilegal. Kalau orang lain tahu soal pemikiran bapak, bapak akan mendapat kan masalah", ucap Raisa memperingati atasannya itu.

"Tentu", ucap Baim sambil tertawa. "Pekerjaan itu mungkin sulit bagi wanita seperti mu. Aku mengerti itu", ucap Baim sambil meremas paha Raisa yang saat ini memakai rok sepan di atas lutut sejengkal. Mendapati perlakuan seperti itu dari pak Baim yang sedang mabuk, membuat Raisa sangat takut.

"Jika tidak bisa melakukan hal itu, maka lakukan lah hal lain", ucap Baim yang masih terus meremas paha Raisa. Raisa memberanikan dirinya untuk menghempaskan tangan Baim.

"Kenapa di lepas? Jika kita bisa melakukan hal yang satu ini, bukan kah itu juga akan menguntungkan mu?", Baim semakin berani mendekat ke Raisa dan meraih kancing atas kemeja Raisa dan membuka paksanya. Mendapat perlakuan semakin melecehkannya, Raisa lantas menolak tubuh Baim dan segera bangkit untuk pergi meninggalkan ruangan itu.

"Astaga. Bahkan postur tubuh belakang mu. Kamu tidak terlihat seperti ibu yang memiliki dua anak. Woaah. Dengar, itu sebuah pujian. Kamu pasti tahu itu kan?", masih terdengar jelas teriakan Baim yang di iringi dengan tawanya.

Raisa terus saja berjalan ke arah pintu untuk keluar. Saat sudah berada di luar ruangan, kaki Raisa tidak mampu menopang tubuhnya yang sudah gemetaran sedari tadi berada di dalam. Raisa terduduk di lantai. Dan di saat yang bersamaan, Lucky yang ternyata sedari tadi mengikuti Raisa sampai ke club itu dan mencari dimana istrinya itu berada pun menemukan Raisa yang terduduk di lantai di depan sebuah ruangan VIP.

Lucky lantas langsung berlari ke arah Raisa untuk membantunya berdiri.

"Raisa, kamu kenapa sayang?", tanya Lucky yang sangat merasa khawatir melihat keadaan Raisa saat ini. Saat di lihatnya kancing kemeja yang paling atas Raisa terbuka, Lucky langsung emosi dan dipikirannya harus segera masuk ke dalam ruangan VIP itu.

"Ada apa kenapa kembali? Kamu berubah pikiran?", ucap Baim yang sedang memejamkan matanya di sofa ruangan VIP itu tetapi ia mendengar ada suara pintu yang terbuka. Ia menerka kalau Raisa datang kembali dan merubah keputusannya.

"Ikut dengan ku", ucap Lucky sambil menarik kerah baju Baim dan menyeretkan berdiri dari sofa empuk itu.

"Apa yang kamu lakukan?", ucap Baim saat membuka mata dan menyadari ternyata bukan Raisa yang saat ini berada di dalam ruangan VIP. Lucky langsung saja memukuli Baim secara membabi buta. Dari penampilan Raisa ia sudah bisa menerka kalau Baim sudah melakukan pelecehan terhadap istrinya itu.

Baim yang memang saat ini sedang tidak berdaya di akibat kan minuman beralkohol yang sedari tadi ia minum, tidak bisa membalas ataupun menahan pukulan dari Lucky.

Raisa ternyata masuk ke dalam ruangan itu kembali hendak menghentikan tindakan Lucky yang memukuli atasannya itu. Walaupun Raisa sangat marah ke Beny tapi ia masih bisa berpikir jernih, tidak ingin kalau Lucky sampai memukuli Baim terus - terusan yang bisa membuat Baim kehilangan nyawa.

"Jangan hentikan aku Raisa", ucap Lucky tidak ingin aksinya itu di hentikan oleh Raisa. "Apa yang sudah kamu lakukan kepada istri ku?", tanya Lucky tetap sambil memukuli Baim.

"Hentikan Lucky, kamu bisa membunuhnya kalau terus memukulnya seperti itu", cegah Raisa.

"Cepat beritahu aku agar aku bisa berhenti memukuli mu", bentak Lucky lagi ke Baim.

"Sayang hentikan, ingat kamu akan segera mempunya tiga orang anak, hentikan!", Raisa terus menjerit sambil menarik tubuh Lucky agar tersadar dan berhenti memukul. Mendengar kembali kalau ia akan mempunya tiga orang anak, Lucky pun menghentikan pukulannya itu ke Baim.

"Arrggghhh", teriak Lucky yang masih penuh amarah, kalau saja ia tidak memikirkan istri dan anak - anaknya. Akan ia pastikan bajingan seperti Baim yang sudah melecehkan istrinya akan mati malam ini juga tangannya.

"Tolong hubungi polisi dan juga ambulance. Aku berasa mau mati, dan aku akan segera melaporkan mu", ucap Baim yang sudah hampir kehilangan nafasnya karena sedari tadi di pukuli oleh Lucky. Raisa dan Lucky tidak mengindahkan perkataan Beny barusan.

"Pergi sajalah kalian, tapi ingat, kalau kamu tidak mau suami ini di penjara karena sudah melakukan kekerasan terhadap ku, bersiap lah berdiskusi dengan ku berdua Raisa", Baim mengancam pasangan suami istri itu. Mendegar itu membuat Baim kembali mendekatinya dan hendak melayangkan tinjunya kembali ke Baim. Tetapi Raisa dengan cepat menahan tubuh suaminya.

Raisa menarik Lucky untuk keluar dari ruangan itu untuk meninggal kan Baim.

"Apa yang sebenarnya terjadi?", tanya Lucky ke Raisa saat mereka sudah berada di luar club. "Dia melakukan apa kepada mu?", tanya Lucky lagi.

"Kamu hanya memperburuk keadaan", ucap Raisa memalingkan wajahnya dari Lucky.

"Harus kah aku hanya diam saja dan melihat kalau istriku terlihat menyedihkan dengan kancing kemeja yang terbuka di paling atas setelah keluar dari ruangan yang sama dengan bajingan itu?", teriak Lucky. "Seharusnya ku buat dia koma. Itu juga tidak cukup. Aku harus membuatnya mati sekarang juga", Lucky kembali melangkah kan kakinya hendak masuk ke club.

"Hentikan", teriak Raisa dan itu cukup membuat Lucky menghentikan langkahnya dan kembali mendekati Raisa.

"Maaf kan aku", ucap Lucky sambil memeluk istrinya. "Mau kah kamu menjelaskannya padaku. Tidak. Kalau saja aku selama ini mendengarkan mu, ini tidak akan terjadi", Lucky melepaskan pelukannya dan menatap lekat mata Raisa.

"Tolong jelaskanlah padaku. Kali ini akan ku dengar kan. Tentang bayi itu juga", ucap Lucky.

*****

Helena mengajak Raisa berbicara 4 mata berdua saja di dalam pantry yang saat ini sedang tidak ada orang. Karena ia melihat sikap Raisa yang akhir - akhirnya terasa aneh.

"Aku merekam video diam - diam saat acara kemarin yang kacau", Raisa mengakui di hadapan Helena.

"Apa pak Beny yang menyuruh mu?", tanya Helena yang memang sudah curiga sejak lama, dan itu semakin di perkuat dengan Raisa yang menundukkan kepalanya.

"Aku tidak tahu kalau dia akan menggunakannya seperti itu", Raisa mengucapkannya sambil menangis tersedu. "Aku sudah tahu perbuatan ku salah. Seharusnya aku tidak melakukan itu", Helena pun memberikan lembaran tisu agar Raisa menghapus air matanya. Agar Raisa bisa lebih menceritakannya dengan tenang.

"Aku pergi menemui pak Beny kemarin. Tapii.. diaa", terbata Raisa ingin menceritakannya pada Helena. Membuat Helena sangat paham apa yang akan di ceritakan Raisa.

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang