Bab 18

185 9 0
                                    


"Aku memang tidak berhak mengatakan ini, tapi, aku akan minta maaf atas perbuatanku selama sisa hidupku. Akan ku biarkan kamu menghukum ku sampai akhir hayat ku. Jadi, ku mohon, bisa kah kamu memberiku kesempatan kedua?" pinta Dewa dengan suara yang bergetar dan air mata yang juga sudah mengalir di pipinya.

"Aku, aku ngga bisa kehilangan kamu seperti ini." lanjut Dewa lagi memohon kepada Lala.

Mendengar itu Lala semakin tidak kuasa menahan air matanya, ia mengalihkan pandangannya kesamping tidak lagi menatap Dewa. Karena jujur di hatinya yang terdalam ia masih menginginkan Dewa untuk bersamanya. "Kamu sudah kehilangan diriku" ucap Lala kembali menatap Dewa. Dewa yang mendengar itupun dengan susah menghembuskan nafasnya tidak menyangka kalau Lala akan mengatakan seperti itu.

*****

Saat ini Lala dan Dewa masih pulang ke apartemen mereka secara bersama-sama. Lala yang deluan memasuki kamar tidurnya lalu mengunci pintunya dari dalam. Lala pun terduduk lemas di lantai ujung tempat tidurnya sambil terus menangis, menutupi mulut dengan kedua telapak tangannya agar suara tangisnya tidak terdengar oleh Dewa yang masih berada diluar kamar tidur.

*****

"Halo, semuanya" sapa Coki saat memasuki ruangan Tim Manajemen untuk menghampiri Lala di meja kerja.

"Hai, kamu sudah datang?" sapa Lala sembari berdiri menghampiri Coki karena mereka hendak ke ruangan Tim Komunikasi untuk menyerahkan berkas. Saat mereka akan sampai di depan pintu, Helena masuk dan tidak sengaja pandangannya bertemu dengan Coki. Helena pun melihat kaget ke arah Coki, begitupun sebaliknya.

"Eh kamu," ucap Coki sambil tersenyum ke Helena. Pasalnya Coki adalah pria yang waktu itu tidak sengaja bertemu dengan Helena di lift apartemennya. Lelaki aneh yang secara tidak langsung meminta nomor handphonenya.

Melihat itu, Lala pun memperkenalkan keduanya. "Helena, lo belum pernah ketemu dengan Pak Coki kan?. Cok, ini Helena, orang ketiga di Tim Manajemen ini, dia sempat mengambil cuti dan kembali sebulan yang lalu." Lala memperkenalkan Helena ke Coki. "Len, ini Coki, dia asisten manajer. Dia bergabung dengan Tim Komunikasi saat lo cuti kemarin. Dia penghubung kita, kalian akan sering bekerja sama" jelas Lala ke Helena.

Helena yang mendengar itu hanya menatap Coki lalu tersenyum, "Senang bertemu dengan mu. Aku Helena" ucap Helena sopan ke Coki. Bagaimana pun juga saat ini mereka adalah rekan kerja, Tidak seperti kejadian di lift yang lalu, saat itu mereka masih sama-sama orang asing lantas Helena bersikap cuek kepadanya.

"Kamu orangnya kan?" Coki yang terus saja memandangi Helena sambil tersenyum meyakinkan Helena kalau mereka sudah pernah bertemu sebelumnya. "Orang yang berada di apartemen, ah di dalam lift" ucap Coki lagi berusaha mengingatkan ke Helena.

"Kalian sudah bertemu?" tanya Lala ke Coki dan juga Helena karena dari gelagat Coki seperti menandakan kalau ini bukan untuk pertama kalinya mereka berjumpa.

"Belum, dia pasti salah orang" Helena dengan santai mengatakan itu ke Lala karena tidak ingin membahas hal yang tidak penting. Biarlah ini adalah momen pertama kalinya ia bertemu Coki karena memang sudah menjadi takdir pekerjaan. Tetapi Coki yang mendengar itu malah menjadi lucu melihat Helena yang pura-pura tidak ingin mengingatnya.

"Maaf kan aku" ucap Coki sambil membungkukkan badannya dan tersenyum ke Helena. Yang hanya dibalas senyuman oleh Helena. Lalu Lala pun mkembali mengajak Coki untuk segera meninggalkan ruangan itu.

Lagi-lagi saat ini keluar mereka kembali berpapasan dengan seseorang. Seseorang yang saat ini sangat ingin di hindari oleh Lala.

"Dewa" sapa Coki saat melihat Dewa. Sebaliknya Lala malah terus saja berjalan melewati Dewa dan meninggalkan Coki yang masih berhenti, menatap sepasang kekasih itu dengan canggung. Karena dia tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres dengan hubungan keduanya. Dewa pun hanya melihat kepergian istrinya yang mengabaikannya meskipun sedang berada di kantor.

"Kita akan bicara nanti" Coki mengatakan itu ke Dewa sambil berjalan meninggalkan Dewa yang masih saja berdiam diri memandangi istrinya tadi.

*****

"Aku ingin itu selesai minggu depan" jelas Lala ke Coki saat selesai menjelaskan isi berkas yang saat ini ia tangani. Tentu kalau Lala dan Coki sedang berada di mana harus membahas pekerjaan, mereka menggunakan bahasa yang formal.

"Lala, kamu tampak murung" ucap Coki karena sedari radi ia memperhatikan raut wajah Lala yang terlihat tidak ceria seperti biasanya. Lala yang sedikit kaget mendengar itu pun mengehntikan aktivitasnya menyusun berkas di depannya. "Apa Dewa ngga mampu untuk menafkahimu?" tanya Coki dengan nada bercanda agar situasinya tidak secanggung pertanyaannya yang pertama.

Lala pun tertawa mendengarnya. "Aku membuatmu terkejut tempo hari kan?" tanya Lala mengingat kejadian saat Dewa sedang mengangkat telfon dari Coki tetapi Lala bersih keras ingin berbicara dengan Coki secara langusng.

"Ah, seharusnya bilabg saja kalau kamu merindu kan ku, maka aku akan menghubungi mu secara langsung." jawab Coki dengan nada santai sekaligus canggung karena ia juga merasa tidak enak saat itu sudah ikut skenario Dewa untuk mengelabui Lala.

"Aku takut, aku hanya sedang gelisah hari itu" Lala mengucapkan itu sambil tertawa. "Coki, apa ada--" ucapan Lala pun terpotong karena mendengar suara handphone Coki yang berdering.

"Ini bos ku" ucap Lala ke Coki sambil memegang handphonennya.

"Yasudah angkat saja" mau tidak mau Lala menundakan prtanyaan yang akan di tanyakan ke Coki.

*****

"Bu Helena, ini daftar produk yang anda minta" Raisa mendatangi meja kerja Helena untuk menyerahkan kertas yang berisi daftar produk-produk yang sebelumnya di minta oleh Helena.

"Oh iya, terima kasih ya" Helena pun mereima kerta itu dari tangan Raisa. Melihat Raisa yang tidak kunjung pergi dari hadapan Helena, " Apa? Ada yang ingin kamu katakan?" tanya Helena ke Raisa. Raisa yang terlihat sedikit salah tingkah di mata Helena saat ini.

"Hm, bisa kah Stefan dan Yona yang mengurus cadangan produk yang nantinya untuk Stella review bu?" ucapnya ragu ke Helena.

"Sejak kapan kamu mulai memilih milih tugasmu?" tanya Helena heran ke Raisa.

"Bukan begitu bu, karena ini acara besar yang butuh tanggung jawab besar, aku ingin berusaha maksimal. Kurasa Stefan dan Yona bisa mengganti kan--" Helena langsung memotong ucapan Raisa itu.

"Kamu sungguh ingin di promosikan ya?" Helena sudah bisa menebak maksud Raisa ingin mengalihkan tugasnya ke rekan yang lain. Raisa hanya menundukkan kepala. "Acaranya harus sukses agar kita bisa mengadakan pameran produk. Kamu malah meminta ku mengasuh dua pegawai baru dan menyiap kan ini sendirian. Maaf tapi aku ngga bisa begitu. Lakukan keduanya, jika tidak bisa, biarkan orang lain yang menangani pameran produk." ucap Helena memberikan pernyataan ke Raisa.

"Maaf, aku salah" Raisa pun pamit meninggalkan meja kerja Helena dan berjalan meninggalkan ruangan ingin ke taman menenangkan pikirannya sejenak.

*****

Yona mendatangi meja kerja Helena untuk memberikan 10lembar berkas yang sebelumnya di minta Helena untuk di revisi.

"Sudah saya persempit menjadi 10 halaman sesuai permintaan Anda" ucap Yona sambil memberikan sebuah maps ke Helena. Helena pun memeriksa file tersebut.

"Bagus" ucap Helena ke Yona yang membuat Yona tersenyum senang mendengar hasil kerjanya di puji oleh seniornya. "Kamu ingin mencoba membuat selebaran untuk acara itu?" tanya Helena tiba-tiba ke Yona.

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang