Bab 64

53 6 0
                                    

"Investigasi resmi dan permintaan maaf? Kalau ini di ketahui publik, bukan kah itu akan merusak reputasi kita?", tanya bu Irma pada Dewa. Saat ini Dewa menemui bu Irma untuk mengemukakan pendapatnya mengenai masalah yang saat ini terjadi oleh bawahannya yaitu Helena.

"Ini bukan hanya kesaksian seorang individu, tetapi juga masalah sistematis. Menuntut investigasi formal dan memperkuat latihan sensitif akan menunjukkan kepada publik bahwa kita bersedia berubah. Reputasi perusahaan kita akan tampak lebih baik", jelas Dewa.

"Baik lah, aku akan memeriksanya", jawab bu Irma mengangguk - anggukkan kepalanya tanda mengerti. "Selain itu, ada yang pribadi yang ingin ku tanyakan", ucap bu Irma yang membuat Dewa sedikit takut.

"Bagaimana kalau aku meminta mu setia kepada ku, tidak pada pak Rangga lagi?", ucapnya seraya tersenyum. "Aku tahu kamu dan kakak ku dekat, karena itubaku ingin kamu memihak ku", jelasnya lagi membuat Dewa sedikit bimbang.

"Maaf bu, aku akan coba pikir kan", jawab Dewa karena ia belum bisa asal mengambil keputusan dengan cepat.

*****

"Aku sudah membaca postingan mu. Bagaimana perasaan mu sekarang?, tanya Bu Irma pada Helena.

"Aku baik - baik saja bu", jawab Helena sopan.

"Hal itu sering terjadi dengan skandal seperti ini. Banyak perusahaan mengatakan bahwa wanita itu bermasalah". Jelas bu Irma. Helena menganggukkan kepalanya.

"Kamu bisa saja memposting itu di situs web luar untuk menyebarkan beritanya demi keuntungan mu. Tapi itu seperti pedang bermata dua. Mungkin akan lebih sulit bagimu bertahan di kantor seperti yang terjadi hari ini. Seorang wanita yang mengumbar hal itu di media soaial justru kebanyakan mendapatkan konsekuensinya dan pasti setelah itu berhentindari perusahaan. Jika kamu mau memposting ulang di sertai penjelasan dan bukti, aku akan membantu sebisaku untuk tidak membiarkan perusahaan membuat mu menderita akibat konsekuensinya. Orang - orang akan bergosip beberapa hari, lalu melupakannya. Bukan kah itu lebih baik?", Helena mendengarkan kalimat yang terakhir sambil menghembuskan nafasnya.

*****

Pagi ini kantor di gegerkan kembali dengan postingan yang di unggah Helena di forum perusahaan. 'Tidak mudah menjadi pengadu dan korban pelecehan seksual dalam suatu organisasi. Itu bukan sesuatu yang bisa ku lakukan dengan tekad ku. Namun, hal tersulit di antara semua kejadian adalah menghadapi ketakutan di dalam diri ku. Tiap kali aku di selimuti oleh ketakutan itu, aku memikirkan tahun terakhir saat aku bersembunyi. Jika aku hidup dalam persembunyian, aku akan berada dalam kekacauan yang lebih besar. Karena itu aku bertekad tidak akan mundur lagi. Ku harap banyak orang yang tahu tentang masalah ini dan mempublikasikannya lebih lanjut. Dengan begitu, aku bisa membawa perubahan terkecil. Sayangnya, ada banyak korban lain selain aku. Beberapa korban lainnya berjuang bersama ku dalam mengekspos masalah ini. Aku berharap tidak akan melihat lebih banyak korban pelecehan seksual.'

Helena menyertakan sebuah bukti rekaman percakapannya dengan pak Baim satu hari setelah kejadian buruk itu terjadi. Dapat di dengar isi percakapannya.

"Kamu memanggil ku ke hotel malam itu untuk memperkosa ku", Helena.

"Coba saja beritahu mereka hal itu, mereka pasti akan bilang kalau kamu mendekati ku untuk mendapatkan promosi kenaikan", jawab Baim santai membuat Helena mengepalkan tangannya. "Menurut mu siapa yang akan mereka percaya? Mereka akan percaya siapa pun yang berkuasa. Bukan kah hal seperti itu sering terjadi saat mabuk? Aku hanya berlebihan menunjukkan rasa sayang ku kepada junior ku. Aku agak bingung kamu menyerang ku seperti itu", Baim melangkah kan kakinya mendekati Helena, Helena langsung saja memundurkan tubuhnya semakin memberi jarak dari Baim. Membuat Baik tertawa remeh.

"Akan ku biarkan sekali ini saja. Tapi jika kamu melakukan ini lagi, rasa percaya diri ku kepada mu akan goyah", Helena merekam percakapan itu tanpa sepengetahuan Baim.

Tidak lupa juga Helena memposting bukti screen shot an chat Baim yang mengarah ke pelecehan kepada korban - korban yang lain yang bisa di ajak kerjasama oleh Helena..

Membuat seisi kantor kembali memperbincangkan tindakan Helena.

***** Helena mendatangi ruang kerja Baim dengan penuh percaya diri. Melihat Helena mendatanginya membuat Baim murka karena dia baru saja membaca postingan Helena di forum.

"Kurang ajar sekali kamu", dia melangkah mendekati Helena. "Berani sekali kamu", teriaknya sambil menarik kerah kemeja Helena. Sedang Helena yang diperlakukan seperti itu tidak merasa gentar sedikit pun. Ia melirik ke luar ruangan Baim, membuat seketika Baim tersadar kalau ruangannya hanya di batasi degan kaca, siapa pun yang berada di luar akan melihat ke dalam ruangannya. Baim pun melepaskan tangannya dari kerah Helena.

"Itu keluhan", Helena melemparkan amplop berwarna coklat begitu saja ke meja kerja Baim. "Seharusnya ku berikan lebih awal. Sudah terlambat", ucapnya.

"Percuma, lagi pula itu tidak akan berhasil. Aku tidak akan mati karena ini", berang Baim.

"Kamu memang tidak boleh mati. Kamu akan hidup dengan membayar semua perbuatan mu", Helena pergi meninggalkan Baim keluar ruangan. Baim sangat marah membuatnya merobek amplop yang di berikan Helena dengan kasar lalu melemparkannya begitu saja.

***** "Cukup mengesan kan", ucap bu Angel setelah menyesap kopi yang ia pesan tadi. Lala di minta bu Angel untuk menemuinya di sebuah cafe yang tidak jauh dari kantor.

"Tapi kamu tidak mendapat kan hal yang kamu ingin kan. Kamu mungkin baru menyadari dengan adanya penunjukan diri mu untuk di mutasi ke kantor cabang dan itu artinya kamu malah akan menjadi musuh suami ku. Jika kamu bermusuhan dengan suami ku, bukan kah itu aneh?", ucap bu Angel lagi, dan Lala masih mendengarkannya.

"Kenapa dia tidak mengabaikan pak Dewa yang memiliki hubungan di luar nikah dengan putri palsu ku, tapi malah mengusir mu?", taya bu Angel sembari menjeda ucapannya. "Apa karena pak Dewa terlalu berharga bagi suami ku?", tanyanya lagi.

"Apa maksud anda?", tanya Helena yang tidak tahu kemana sebenarnya arah pembicaraan bu Angel kali ini.

"Dia tidak akan melepaskan pak Dewa. Hubungan mereka sangat erat", ucap bu Angel lalu melihat jam di pergelangan tangannya. "Baik lah aku sudah harus pergi", ucapnya.

"Kenapa anda mengatakan ini kepada ku?", tanya Lala sebelum bu Angel pergi.

"Hidup ku juga cukup sibuk belakangan ini", ucap bu Angel seraya tersenyum. "Aku ingin merundung dia sedikit. Anggap ini sebagai hadiah untuk mu", tawa bu Angel lalu berlalu meninggal kan Lala.

*****

Dewa di panggil pak Rangga untuk menghadap ke ruangannya.

"Aku membatal kan mutasi Lala. Kamu bisa menangani knsiden ini sesuka hati mu", mendengar itu Dewa sangat senang. Karena ia tidak ingin Lala semakin terluka dengan keadaan ini.

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang