Bab 23

169 11 0
                                    


"Yona kamu deluan aja ke ruangan, aku harus pergi ke ruang pameran" Lala meminta Yona untuk kembali ke ruangan kerjanya.

Saat Yona sedang memeriksa beberapa berkas yang saat ini ia pegang sambil menunggu pintu lift terbuka. Ia pun kaget saat melihat ada lembar yang tertinggal. Lalu Yona kembali menuju ruang rapat sebelumnya.

"Bu enggak bisa di percepat seminggu lebih awal?" saat Yona hampir mendekati ruangan rapat, terdengar Lala sedang mengobrol dengan seseorang di dalamnya.

"Itu dia kan, gadis yang berhubungan dengan wakil Presdit" terdengar suara Bu Lia menanyakan dengan tegas ke Lala. Yona hanya berdiri di depan pintu dan bersembunyi tidak ingin terlihat keberadaannya oleh Lala dan juga Bu Lia.

"Aku enggak tahu detail nya" ucap Lala apa adanya dan berterus terang ke Bu Lia, karena ia juga tidak ingin tahu urusan pribadi Yona.

"Bukan hanya aku nantinya, enggak akan ada yang mau bekerjasama dengan kamu jika kamu terus bekerjasama dengannya" ucap Bu Lia sebelum ia meninggalkan ruangan itu.

"Ibu tolong lahx lakukan ini untuk kami sekali ini saja. Kamu tahu wakil presiden mencemaskan proyek ini" pinta Lala kembali ke Bu Lia.

"Kamu mengancam ku dengan memanfaatkan wakil Presdir yang ada di belakang Timu? ucap Bu Lia kembali dengan nada mengejek.

Lala pun tertawa. "Mau kan ibu melakukan itu?" minta Lala kembali.

"Terserah lah La" lalu Bu Lia pergi meninggalkan Lala di ruangan itu. Yona pun bergegas berlari menjauhi ruangan rapat agar tidak terlihat oleh Bu Lia.

*****

"Gimana dengan rapatnya?" tanya Helena saat melihat Yona memasuki ruang kerja tim manajemen dengan keadaan lesu. "Mana Bu Lala?" tanya Helena kembali.

"Bu Lala bilang akan pergi ke ruang pameran bu" ucap Yona memberitahu Hellena.

Hellena kembali terus menatap Yona yang berjalan menjauhi nya dengan heran m, kenapa Yona selemas itu, lalu ia memutuskan untuk menemui Lala di ruang pameran.

*****

"Bu Lala pesan kopi dong" Pinta Rini ke Lala karena ia merasa begitu capek menyusun ruangan yang akan di gunakan Stella nantinya untuk meriview produk skincare PT Future Bright. "Kalau gini gue bisa pingsan" ucapnya lagi.

Lalu Lala pun mengajak Helena juga ke cafe yang berada di sebelah kantor mereka.

*****

"Semoga ini segera berakhir. Mungkin ini akan membunuh ku" keluh Rini setelah menenggak Iced coffee di hadapannya.

"Lihat, dia akhirnya berhenti" Rini melihat kepala divisi yang kemarin kabarnya terdengar ketahuan selingkuh di kantor sedang membawa barang-barangnya.

"Kenapa dia berhenti? dia di pecat?" tanya Helena saat melihat Rini masih memperhatikan kepala divisi itu sedang membawa barang barangnya menuju mobil yang terparkir di sebrang kantor.

"Ia dia di pecat karena ketahuan selingkuh di kantor" Rini menjelaskan ke Helena.

"Sudah ku duga, aku kalau jadi dia pun akan begitu, tidak akan berani tetap berada di kantor apabila sudah ketahuan berselingkuh" ucap Helena menimpali.

"begitu lah keadaannya sekarang, sepertinya kamu akan dipecat juga jika ketahuan, jadi kalau kamu mau berselingkuh, dengan cara yang pintar agar tidak ketahuan" Rini tersenyum mengejek ke arah Helena.

Lala yang sedari tadi hanya mendengarkan sambil menyesap Iced coffee nya. "Istrinya sudah memaafkannya, apa itu artinya menikah?" Rini menanyakan itu ke Lala.

Seperti di sindir, Lala teringat dengan masalah yang sedang ia hadapi. Persis seperti dirinya dan Dewa saat ini. Dewa yang sudah ketahuan selingkuh tapi dia tetap memilih untuk memaafkan Dewa. "Dia seharusnya tidak ketahuan" hanya itu yang bisa di ucapkan Lala yang lantas membuat Helena dan Rini kembali menatap lekat ke Lala.

Lala yang merasa temannya itu begitu menatapnya dengan intens, "Enggak apa-apa jika istrinya enggak tahu, lagi pula mereka akan tetap menikah" lanjutnya kembali menjelaskan maksud dari perkataan yang sebelumnya.

"Lo pasti semakin tua, lo enggak ingat berandalan bermuka dua yang dulu mencampakan ku" ucap Rini kembali mengingatkan kejadian beberapa tahun yang lalu

*****

Rini teringat kejadian beberapa tahun yang lalu saat dirinya, Lala dan juga Helena sedang berada di restoran yang menjual makanan Korea. Ia mendapatkan sebuah pesan dari nomor tidak dikenal yang berisi

"Gue pacar Keenan, bisa kita bicara?"

Rini pun menangis kejer saat membaca pesan itu. "Gue enggak percaya ini" ucapnya terus menerus.

Helena yang melihat itu hanya menenangkan Rini dengan mengelus-elus pundaknya

Lala yang baru saja kembali dari kasir sambil membawa pesanan mereka menanyakan ke Rini, "Ada apa? Kenapa lo nangis?"

Helena langsung mengambil handphone Rini dan melihat langsung pesan yang membuat Rini menangis seperti saat ini. "Orang gila ini" ucap Helena langsung saat membaca pesan itu.

"Mana coba sini gue lihat" Lala merebut handphone Rini dari tangan Helena. Helena pun kembali menenangkan Rini.

"Cepat telepon dia. Telepon dia dan katakan semuanya" Helena meminta Rini agar menelepon selingkuhan pacar Rini. Rini yang dari tadi menutup wajahnya di atas meja kembali duduk dengan tegak.

"Tidak, gue tidak akan melakukan apapun yang berhubungan dengannya lagi. Dasar sampah. Gue akan menjauh darinya" ucapnya dengan lantang walaupun kemudian kembali menangis.

Sedangkan Lala yang sudah membaca pesan di handphone Rini hanya bisa tertawa dan langsung menghubungi nomor handphone perempuan yang menghubungi Rini sebelumnya itu.

"Halo,gue memang pacaran dengan Keenan tiga tahun, sampai putus minggu lalu."

"Ohh lo pacaran sama dia udah setahun? Iya berarti dia selingkuh lah, Bye." Lala langsung mengakhiri panggilannya setelah merasa puas dengan apa yang udah dia katakan seolah-olah dirinya itu Rini.

Rini yang tadi kembali menangis menggebrak meja dengan pelan saat mendengar Lala menelepon perempuan itu dari handphone-nya. "Apa lo sudah gila? tanyanya mengebu ke Lala. Kenapa bisa-bisanya Lala menghubungi wanita itu dan mengaku sebagai dirinya.

"Kenapa menghindari sampah, bersihin aja" tegas Lala ke Rini. "Jadi enggak ada orang lain yang akan terkena baunya" lanjutnya lagi, Lala kembali menyuap kan makanan yang sempat tertunda ia santap tadi.

Helena mendengar itu hanya ikut tertawa. "Iya bagus kayak gitu, udah betul apa yang lo lakuin" Lala dan Helena pun melakukan tos berdua. Sedangkan Rini hanya bisa menangis tersedu-sedu.

"Udah makan lah. Makan dan lupakan lah" Lala menyuapkan sesuap daging yang sudah matang dari atas grill ke mulut Rini. Rini secara refleks pun hanya menerima suapan dari Lala walaupun sedang menangis.

"Enak kan" kata Lala. Helena terus saja tertawa melihat kelakuan kedua temannya itu.

*****

"Lo bilang banyak hal yang gak harus terus di sembunyikan dan lebih baik mengetahuinya lebih cepat. Lala pasti sudah semakin tua" ejek Rini mengatakan Lala karena di lihatnya Lala semakin memandang sebuah masalah tidak dari satu sisi saja. Lala pun hanya tersenyum sedangkan Helena menatap Lala dengan lekat saat wajah Lala kembali muram

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang