Bab 31

196 10 1
                                    


Helena menghela nafas panjang, lalu ia segera keluar dari ruangan rapat menuju lift.

Saat pintu lift hampir tertutup, Coki menahan dengan sebelah kakinya, lalu memasuki lift bersama dengan Helena. Helena menatap Coki acuh tak acuh.

"Kita bukan orang asing, bagaimana kalau menyapa?" , ucap Coki membuka obrolan.

Helena menetapnya dan menganggukan kepala tanda menyapa hormatz Coki pun membalasnya dengan senyuman sumringah.

"Ini menyenangkan, setidaknya sekarang kita menyapa", Coki terus tersenyum ke Helena.

Saat Helena baru saja keluar lift yang diikuti dengan Coki, Helena pun menghentikan langkahnya seketika saat melihat ke arah kiri. Coki yang melihat Helena berhenti mendadak pun menolehkan arah pandangan ke kiri juga.

Terlihat di ujung lorong ada Dewa yang sedang berbicara dengan Yona sambil memegang pergelangan tangan Yona.

Di saat itu juga Yona pergi meninggalkan Dewa yang diikuti kembali dengan Dewa ke arah berlawanan.

Helena yang ingin mengejar Dewa dihentikan oleh Coki.

"Kamu sudah makan malam?".

"Belum", Lala menjawab sambil terus berjalan cepat Helena ingin mengejar Dewa.

"Kamu mau makan dengan ku?", Coki terus ingin menghalangi Helena karena ia tahu sepertinya Helena menaruh curiga ke Dewa.

"Aku agak sibuk sekarang",

"Aku akan mentraktirmu makan malam, aku sedang kelaparan dan enggak mau makan sendirian", Helena menghentikan langkahnya tak habis pikir dengan Coki kenapa is terus saja mengajak makan malam padahal dia sudah menolaknya.

"Bisakah kamu bersikap baik hati untuk kolega mu yang kelaparan ini?".

"Aku biasanya mual jika makan dengan teman yang tidak dekat, aku enggak bisa melakukan itu", Helena pergi meninggalkan Coki sambil berlari kecil mengejar Dewa. Coki terus mengikuti Helena. Sesampainya di ujung lorong, Helena tidak dapat melihat Dewa ataupun Yona lagi. Helena pun menetap Coki dengan kesal.

"Baiklah aku akan makan sendirian", ucap Coki lagi lalu Helena pergi meninggalkan Coki begitu saja.

Seketika Coki pun bisa bernafas dengan lega walaupun ia sedikit merasa bersalah ke Helena, karena ia sudah menghalagi Helena agar tidak dapat melihat Dewa dan juga Yona.

"Apa sebenarnya yang dilakukan Dewa" ucap Coki frustasi sendiri.

*****

Dewa datang menemui ibu mertuanya di stasiun. Ia mengeluarkan amplop coklat berisi uang tunai untuk ibu mertuanya.

Ibu Lala pun menerimanya dengan senang. "Terima kasih Dewa, kamu menyelamatkan hidup seseorang. Tapi ibu mohon--"

"Aku tidak memberitahunya kok bu", Dewa memotong ucapan ibu mertuanya karena ia tahu pasti ibu mertuanya ingin meminta jangan memberitahu Lala tentang ini.

"Terima kasih", kembali ibunya Lala tersenyum mengucapkan terima kasih ke Dewa, "Ibu sangat malu, lain kali ibu harap lupakan saja ketidakhadiran ibu, akan lebih baik untuk kalian, ibu akan bersikap seolah-olah tak ada kabar adalah kabar baik", ibunya Lala pun berjalan pergi meninggalkan Dewa.

"Ibu", panggil Dewa seketika itu juga langkah kaki ibu mertuanya berhenti, "Kabari Lala sekali, bahwa ibu baik-baik saja, dia mengatakan ini dan itu tapi dia masih memikirkan ibu".

"Baiklah, kamu pulang lah", ibu Dewa mengangguk-anggukan kepalanya.

Saat akan menaiki bus, Ibu Lala kembali menoleh kebelakang. "Kamu orang baik, Lala bernasib sial soal ibunya tapi dia beruntung jika menyangkut suaminya", ucapnya ke Dewa. Dewa hanya menatap datar ke ibu mertuanya. Ia sadar kalau ucapan ibu mertuanya tidak semuanya benar, ia sudah menghianati anaknya.

Ibu Lala kembali melangkah kan kakinya menuju bus dengan sedikit gontai.

"Ibu", panggil Dewa dan ia bergegas menghampiri ibunya Lala yang hampir terjatuh.

Dewa menghubungi Lala, memberi tahu kalau ibunya saat ini sedang berada di rumah sakit dan meminta Lala untuk segera ke rumah sakit untuk melihat keadaan ibunya.

*****

Lala bergegas pergi ke rumah sakit setelah mendapat telepon dari Dewa yang memberi tahu kalau ibunya pingsan dan dibawa ke rumah sakit malam ini juga.

*****

Sesampainya di rumah sakit ia sedikit ragu untuk membuka ruangan rawat ibunya. Setelah meyakinkan hati ia pun membuka pintunya.

Di lihatnya di ruangan itu ada Dewa, ibunya dan juga ayahnya. Ibunya sedang makan seketika menghentikan suapannya.

"Lama tidak bertemu", sapa ibunya yang dibalas senyum tidak acuh oleh Lala.

*****

"Level CRPnya tinggi, dan ada keabnormalan yang ditemukan dalam tes darahnya, jadi dia butuh pemeriksaan tambahan", Dewa menjelaskan hasil pemeriksaan dokter mengenai ibu mertuanya ke Lala.

"Aku yakin bukan hal serius", Lala mencoba menyangkalnya walaupun di hati yang terdalam ia merasa khawatir dengan kondisi ibunya.

"Tapi bagaimana kamu bisa kemari bersamanya?", tanya Lala sambil menatap ke Dewa, di saat itu juga ayahnya menghampiri mereka berdua.

"Ayah akan tetap di sini, jadi kalian bisa pergi".

"Kenapa ayah mau tetap di sini?", tanya Lala bingung.

"Dia butuh wali", jawab ayahnya sambil memegang pergelangan tangan Lala.

"Kenapa ayah mau jadi wali wanita itu?"

"Lala ayah sudah melupakan semua itu, semua itu sudah berlalu".

Lala membalas genggaman tangan ayahnya.

"Kenapa ayah melupakannya? Bagaimana ayah bisa melupakannya, dia meninggalkan kita untuk tinggal dengan pria lain, wanita itu membuat ayah sangat menderita", ucapnya sambil menggebu-gebu dengan mata yang sudah berair.

Dewa hanya melihat ayah dan anak itu sedang berbicara.

Sambil menghapus air matanya yang sudah menetes di pipinya, Lala melanjutkan ucapannya.

"Ayah jangan lupa, wanita itu hanya orang asing, tidak dia lebih buruk dari orang asing. Pergi lah, aku akan tetap di sini. Lebih baik aku tetap di sini, jika ayah mau tinggal, ayo". Lala mencoba menarik tangan ayahnya untuk kembali ke ruangan ibunya.

"Iya ayah jangan cemaskan kami, aku akan berada di sini dengan Lala untuk menjaga ibu", Dewa mencoba menengahi.

"Kamu juga harus pergi", ucap Lala ke Dewa.

"Aku akan tetap di sini".

"Aku enggak mau kamu melihat ini, pergilah", Lala menatap sinis ke Dewa. Lala tidak ingin Dewa melihat kerumitan dalam keluarganya, karena ia merasa Dewa tidak berhak tahu semuanya lagi.

Dewa dan ayahnya Lala hanya menuruti keinginan Lala lantas pulang ke rumah masing-masing.

"Kenapa ibu menemui Dewa?", tanya Lala setelah sedaritadi ia hanya menatap ibunya yang sedang menonton televisi dari atas brankar rumah sakit.

"Ibu meminta uang padanya?", tanya Lala lagi saat melihat raut wajah ibunya yang kelihatan ada sesuatu yang ibunya sembunyikan.

"Tidak ibu--",

"Apa salahnya? Bagaimana ibu bisa hidup seperti itu?", Lala menaikkan nada bicaranya merasa kesal ibunya selalu saja meminta uang ke Dewa untuk menghidupi keluarga barunya.

"Ibu juga seperti itu, ingat kan bu, saat itu, pada akhirnya, hanya uang alasan ibu mencariku".

Lala teringat tujuh tahun yang lalu saat ibunya mendatanginya di kantor.

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang