Helena kembali berpapasan dengan Coki pada saat ia akan menuju kembali ke ruangan kerjanya. Helena pun hanya menundukkan kepala sebagai sapaan kepada Coki.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" Coki menanyakan itu kepada Helena sambil mengikuti nya berjalan. "Katanya kebetulan berulang kali itu takdir, jujur saja aku terkejut sekarang" ucap Coki sambil memegang dadanya. "Kita tidak sengaja berpapasan di kantor dua kali" ucapnya kembali.
Helena hanya berjalan tidak menghiraukan ucapan Coki. "Ketiga kalinya adalah keajaiban. Ku rasa kamu ingin mengabaikan ku jadi ku bilang saja dua, kan aku selalu bisa menciptakan takdir kita" ucap Coki yang masih saja diabaikan oleh Helena.
Sampai Helena berhenti di depan ruangan rapat yang di lihatnya saat ini sedang kosong. Helena pun membuka pintu ruangan rapat tersebut dan mempersilahkan Coki untuk masuk. Sebelum menutup pintu, Helena memastikan terlebih dahulu bahwasanya tidak ada orang yang melihat mereka memasuki ruangan rapat tersebut.
Helena mendekati Coki membuat Coki hampir tersudut di ruangan tersebut. Melihat itu Coki merasa sedikit tegang dan terkejut melihat keberanian Helena. "Helena kamu sangat berani" ucap Coki sambil tersenyum menatap Helena. "Astaga, Helena--"
Helena memotong ucapan. "Coki, gue sudah menjelaskan dan bilang tidak bertaruh dengan peluang kecil."
"Tuh kamu ingat" jawab Coki, kembali dipotong oleh Helena. "Kalau gue menolak seharusnya lo mundur, kalau lo menggoda gue di kantor sekali lagi, gue akan melaporkan lo atas pelecehan seksual" ucap Helena menegaskan kepada Coki. "Kalau lo enggak mau di permalukan di kantor, lo harus menjaga sikap lo" lalu Helena kembali keluar dari ruangan meninggalkan Coki yang masih terkaget dengan ketegasan yang dimiliki Helena.
"Astaga dia benar benar menawan".
Setelahnya Helena kembali memasuki ruangan kerjanya yaitu ruangan tim manajemen. Terlihat Dewa yang bergegas pergi meninggalkan ruangan. "Aku akan menghadiri rapat agensi, hubungi nomor ponsel ku jika terjadi sesuatu" ucap Dewa kepada Stefan yang di jawab anggukan kepala oleh Stefan.
Lalu sejenak Stefan berfikir karena mengingat sesuatu, "Bukan kah rapat agensinya besok ya?" Stefan bergumam sendiri tetapi gumamannya itu terdengar oleh Lala.
Lala yang mendengar itu sejenak berfikir lalu ia mencoba mengabaikan pikirannya.
"Aku ada rapat dengan periklanan, aku permisi keluar sebentar" ucap Raisa meminta izin kepada yang lainnya. Melihat itu Lala pun menjadi semakin curiga, kenapa Dewa dan Raisa mendadak sama-sama izin pergi untuk menghadiri sebuah rapat, walaupun rapat itu tujuannya berbeda. Tetapi lagi-lagi Lala mengabaikan pikirannya.
Lala yang tidak bisa mengabaikan pikirannya begitu saja, segera mengecek jadwal rapat yang akan di hadiri Raisa dan ternyata di jadwal tidak ada rapat yang di maksud kan oleh Raisa. Lala semakin gusar, ia pun ikutan izin pergi untuk keluar sebentar kepada yang lainnya. Lala bergegas berlari kecil menuju lift, tidak lupa ia membawa tas nya yang berisikan handphone. Lala merasa panik karena pintu lift tidak juga segera terbuka, lalu ia segera menuju tangga darurat untuk menuruni lantai tersebut. Terlihat Raisa yang baru saja keluar dari lift di lantai bawah dan itu terlihat oleh Lala. Lala pun segera mengejar Raisa.
Raisa yang sudah memasuki sebuah taksi dan Lala pun mengikuti nya dengan menyetop sebuah taksi yang ada di belakang Raisa. Lala meminta sopir taksi tersebut untuk mengikuti taksi yang berada di depannya.
*****
Dewa yang saat ini sedang berada di sebuah kafe terlihat sedang menunggu seseorang sambil memegang cincin yang berada di jari manis tangan sebelah kirinya.
Tidak berapa lama datang seorang pria berbaju serba hitam yang saat ini duduk tepat di hadapannya. Pria itu memberikan satu buah map yang berisikan berkas. Lalu Dewa segera mengecek isi berkas tersebut dan Dewa pun memberikan uang di dalam amplop berwarna putih kepada pria itu. Lantas pria itu kembali memeriksa isi amplop yang berisi beberapa lembat uang, pria itu pun tersenyum sembari menatap Dewa yang hanya terdiam. Setelah itu pria tersebut pun pergi meninggalkan Dewa begitu saja di kafe itu. Dewa masih saja memperhatikan isi map yang di bawa kan pria tadi.
*****
Raisa yang sudah lebih dahulu turun dari taksi, di susul oleh Lala. Lala juga langsung mengejar Raisa dan ia melihat Raisa sedang menjemput kedua anaknya di taman kanak-kanak.
Raisa yang melihat keberadaan Lala di sekolah anaknya menjadi bingung, begitu juga dengan Lala yang merasa sungkan. Kedua anak Raisa pun melambaikan tangan kepada Lala untuk menyapanya.
"Kenapa kamu kemari Bu Lala?" tanya Raisa merasa sungkan dengan keberadaan Lala di sekolah anaknya.
Lala yang masih kaget terbata menjawab "Aku menuju suatu tempat dan melihatmu".
Raisa dan Lala pun di ikuti dengan kedua anak Raisa duduk di taman tidak jauh dari taman kanak-kanak.
"Sekarang giliran gue menjemput anak-anak" ucap Raisa kepada Lala. "Jadi gue mempekerjakan seseorang untuk membantu, namun dia menelepon gue buat bilang enggak bisa jemput hari ini" Raisa menjelaskan kepada Lala agar tidak terjadi kesalahpahaman karena memang dia merasa bersalah, di kantor tadi dia memberitahu bahwa dia izin untuk menghadiri sebuah rapat, tetapi nyatanya tidak.
"Kenapa lo enggak memberitahu gue?" tanya Lala kembali.
"Gur enggak enak memberi tahu lo. Padahal lo sangat tahu kita sangat sibuk" jawab Raisa merasa sungkan. "Maafin gue" ucapnya kembali. Lala pun hanya tersenyum tipis.
"Terkadang gue iri sama lo La" ucap Raisa kembali. "Lo selalu terlihat percaya diri, gue enggak hebat seperti ibu dan anggota tim, gue ingin mahir dalam keduanya dan sudah berusaha, tetapi semuanya kacau" Raisa menyampaikan kegundahan hatinya selama ini.
"Kita punya kesulitan masing masing Sa" ucap Lala menghibur Raisa.
Mereka pun memilih kembali masing masing. Lala kembali menuju kantor dengan menggunakan taksi, sedangkan Raisa menggunakan taksi untuk mengantarkan terlebih dahulu anaknya ke rumah.
Di perjalanan pulang Lala hanya berpikir tentang perselingkuhan suaminya, ia sangat penasaran siapa yang sebenarnya pernah menjadi selingkuhan suaminya di kantor.
Raisa yang saat ini hampir sampai menuju kantornya kembali menerima telepon dari sang suami.
"Halo sayang, aku ada makan malam tim hari ini" terdengar suara Lucky dari ujung telepon.
"Lalu kenapa?" jawab Raisa ketus. "Aku bekerja lembur, kamu bilang akan pulang lebih awal" kesal Raisa menanggapi suaminya.
"Iya tapi itu urusan departemen dan aku harus hadir Bu" ucap suaminya merasa sedikit tidak enak kepada istrinya.
"Jadi gimana, aku juga harus menyelesaikan sesuatu hari ini, mbak art di rumah akan segera pulang, kamu akan meninggalkan anak anak berdua saja di rumah?" Raisa kembali memarahi suaminya.
"Ijinkan aku sekali ini saja ya ibu sayang? iya ya saya datang booss. Ibu, aku harus pergi jadi titip anak-anak hari ini, maaf ya" Lucky pun menutup sambungan telepon nya. Ia sengaja seolah olah ia sedang di panggil oleh bosnya karena tidak ingin berdebat dengan istrinya.
Raisa yang melihat suaminya mematikan panggilannya begitu saja pun mencoba kembali menelepon Lucky, namun pada saat ia menelepon Lucky justru panggilannya tidak tersambung, karena tadi Lucky di seberang sana sudah menon aktifkan ponselnya.
"Astaga, yang benar saja. Gimana aku harus memberitahu kepada Bu Helena dan juga Bu Lala mengenai ini" ucapnya frustasi, lalu ia pun segera memasuki gedung perkantorannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Ketiga Dalam Rumah Tangga
RomanceLala mendapatkan pesan dari nomor tidak dikenal, memberitahu bahwasanya suaminya tengah berselingkuh dengan salah satu karyawan yang berada di tim yang sama dengan dirinya. Mulai dari situ Lala berusaha mencari tau satu persatu dan betapa ia sangat...