Bab 60

111 6 0
                                    

Dewa memutuskan kembali menemui Yona di rumah duka. Melihat kedatangan Dewa, Yona tidak kuasa menahan tangisnya.

"Aku kehilangan ibu. Aku tidak memiliki siapa - siapa lagi di dunia ini", ucap Yona sambil terisak.

"Kamu masih punya aku. Aku akan terus berada di sisimu", ucap Dewa sambil membawa Yona kedalam rengkuhannya.

*****

Pagi ini Dewa berangkat ke kantor bersama Yona.

"Seharusnya kamu mengambil cuti beberapa hari lagi", ucap Dewa saat mereka masih berada di mobil.

"Aku lebih sering memikirkan ibu ku saat sendirian. Aku berjalan kaki dari simpang sebelum kantor. Aku tidak mau kalau nanti orang - orang menjadi salah paham", ucap Yona.

"Baik lah, nanti kamu pakai payung yang ada di dalam mobil ini, lihat di luar masih hujan", Dewa pun memberhentikan mobilnya saat sudah sampai di persimpangan yang di maksud. Dan memberikan payungnya dan Yona pun turun dari mobil dan berjalan menuju kantor.

Sesampainya di ruangan kerja, Lala memperhatikan payung yang sedang di pegang Yona, ia sangat tahu pasti payung itu milik siapa. Tetapi dia hanya mengabaikannya saja.

**

"Dewa", panggil temannya dari divisi yang berbeda saat Dewa akan memasuki ruangan kerjanya. Dewa pun menghentikan langkahnya dan membalikkan badan untuk melihat siapa yang memanggil dirinya.

"Aku fikir kamu dekat dengan pak Rangga. Tapi pemindahan istri mu-",

"Apa?", Dewa langsung memotong ucapan temannya itu.

"Kamu tidak tahu?", tanya temannya itu ragu.

"Maaf, tapi aku harus pergi", Dewa meninggalkan temannya tadi dan segera berjalan cepat menuju ruang kerja pak Rangga.

Ia langsung memasuki begitu saja ruangan pak Rangga tanpa mengetok pintu terlebih dahulu.

"Apa benar bapak memindahkan Lala ke kantor cabang?", tanya Dewa menggebu. Pak Rangga menyenderkan bahunya ke kursi kerjanya sambil menghela nafasnya.

"Dia hanya korban dalam kekacauan ini. Tolong bapak batalkan pemindahnnya itu", ucap Rangga dengan sopan sambil menundukkan badannya. Ia merasa ini semua tidak adil untuk Lala. Hati Lala sudah tersakiti oleh perbuatannya dan Yona dan itu akibat perintah pak Rangga di awal.

"Tolong bu jangan membuat kekacauan, kamu tidak bisa main masuk begitu saja", terdengar suara dari arah luar ruangan pak Rangga dan itu adalah suara asisten. Dewa yang mendengar itu pun menolehkan pandangannya ke pintu di ikuti dengan Lala yang berjalan pasti masuk ke ruangan kerja pak Rangga.

Lala langsung berdiri tegak tepat di depan meja kerja dimana pak Rangga saat ini duduk.

"Kamu bisa meninggalkan kami disini", ucap pak Rangga kepada asistennya.

"Ada apa ini?", tanya pak Rangga ke Lala.

"Ku dengar bapak memerintahkan pemindahan ku ke kantor cabang", ucap Lala membuat pak Rangga lagi - lagi menghelakan nafasnya.

"Kini kamu melewati batas", seru pak Rangga. "Ini tentang alokasi pegawai perusahaan. Tidak ada yang perlu kamu cemaskan Lala", jelas pak Rangga.

"Iya, aku tahu itu pak. Namun jika semua ini berkaitan dengan urusan Yona dan pak Dewa, aku ingin bicara dengan mu, itu sebabnya aku datang", Dewa yang sedari menundukkan kepala, seketika menatap Lala begitu namanya di sebut.

"Jika kamu mengorban kan aku, untuk menuupi perselingkuhan mereka, aku tidak akan diam saja. Aku akan membeberkan semuanya ke publik", ancam Lala.

"Kalau begitu, kamu juga akan menderita", ucap pak Rangga tidak gentar.

"Aku sudah kehilangan banyak hal. Aku tidak takut kehilangan apa pun lagi. Yang aku tahu. begitu semuanya terungkap, kamu akan kehilangan jauh lebih banyak daripada aku", tegas Lala lagi.

"Kamu mengancam ku?", tanya pak Rangga yang terbawa emosi dengan Lala.

"Tidak. Aku melindungi diri ku. Tolong pertimbang kan itu saat kamu memutuskannya", Lala menundukkan badannya lalu pergi meninggalkan ruangan pak Rangga.

Tinggal lah kembali pak Rangga bersama Dewa di dalam ruangan kini.

"Aku memilih mu. Setiap pilihan memiliki harga. Kamu juga harus membuat keputusan", ucap pak Rangga yang Dewa sangat tahu apa itu artinya.

*****

Saat akan keluar dari kantor, Lucky melihat Raisa sedang menelfon seseorang di depan gedung kantor. Lalu Raisa buru-buru menyetop taksi yang lewat di hadapannya. Lucky yang melihat itu merasa curiga dan membuntuti Raisa.

Raisa sudah sampai ke lokasi yang ia tuju, yaitu sebuah club malam yang berisi beberapa bilik ruangan vip untuk karaoke.

Raisa mencari ruangan yang sudah di beritahukan melalui chat yang masuk ke handphonenya sebelum ia memutuskan untuk pergi ke club itu.

Dengan sangat hati-hati Raisa mengetuk pintu ruangan itu.

Tok tok tok

"Iya siapa?", sahut suara dari dalam ruangan.

Karena Raisa benar mendengar suara seseorang yang ia kenal, ia pun memberanikan diri untuk membuka pintu ruangannya dan masuk.

"Ohhh Raisa, kamu sudah datang, selamat datang, masuk lah", ucap suara seorang pria menyambut kedatangan Raisa dengan keadaan oleng karena sudah mabuk.

Ya itu adalah pak Baim, yang sedang berada dalam ruangan VIP di sebuah club bersama dengan 2 orang wanita panggilan. Baim pun menyuruh kedua wanita yang sedaritadi bersamanya untuk meninggalkan ruangan itu dan membiarkan dia hanya bersama Raisa berdua saja di dalam.

Raisa pun sedikit takut berada di dalam ruangan itu hanya berdua saja dengan pak Baim yang dalam keadaan mabuk.

"Jangan membuat ku sedih dengan kamu duduk sangat jauh dari ku", Baim menepuk sebelah pahanya untuk menyuruh Raisa mendekatinya. Tetapi karna tidak ada pergerakan dari Raisa, lantas Baim sendiri yang berpindah posisi duduk tepat di samping Raisa.

"Baik lah kalau kamu ngga mau kesini, biar aku saja yang kesana mendekati mu", ucapnya lalu berjalan sempoyongan dan duduk di samping Raisa.

Baim menuangkan segelas alkohol dan menyodorkan gelas itu ke Raisa. "Minum lah", ucapnya dengan tangan yang masih tergantung memegang gelas kecil itu.

"Pak, aku tidak bisa melakukannya", ucap Raisa yang membuat tangan Baim yang sedari terangkat menurunkan dan meletakkan gelas itu kembali ke atas meja.

"Aku akan melakukan tugas lain yang bapak ingin kan. Tapi aku tidak melakukan permintaan bapak itu", ucapan Raisa itu membuat Baim kecewa lalu menghembuskan nafasnya dalam.

"Jadi kamu tidak bisa. Kalau begitu aku juga tidak bisa menjamin masa depan mu. Aku masih menjabat sebagai Direktur Senior. Aku punya cukup kekuasaan untuk menyingkir kan pegawai", ucap Baim sambil meminum alkohol yang tadinya akan ia berikan ke Raisa.

"Yang bapak minta itu tindakan ilegal. Kalau orang lain tahu soal pemikiran bapak, bapak akan mendapat kan masalah", ucap Raisa memperingati atasannya itu.

"Tentu", ucap Baim sambil tertawa. "Pekerjaan itu mungkin sulit bagi wanita seperti mu. Aku mengerti itu", ucap Baim sambil meremas paha Raisa yang saat ini memakai rok sepan di atas lutut sejengkal. Mendapati perlakuan seperti itu dari pak Baim yang sedang mabuk, membuat Raisa sangat takut.

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang