Dewa melajukan mobilnya menuju apartemen setelah ia berdiam di mobil selama 3jam untuk menunda waktu.
"Assalamualaikum", ucapnya saat memasuki apartemen.
"Waalaikumsalam", jawab Lala yang sudah menunggunya di sofa ruang tamu.
Dewa pun berjalan menghampiri Lala, dan duduk di sofa yang besebrangan dengan yang Lala dudukin.
"Mulailah", pinta Lala.
"Pada awalnya aku ngga tahu akan seperti itu. Saat aku dan pak Rangga sedang mengecek bagian kantin, perempuan itu sedang mengepel lantai dengan kain, aku dan pak Rangga memperhatikannya dan pak Rangga memintaku untuk memberikannya tugas yang mudah. Jadi aku bertemu dengannya karena pekerjaan. Saat pertama kali aku mendatanginya kerumah kontrakannya, pintu rumahnya dalam keadaan tidak bagus. Mulai dari situ aku tahu seperti apa kehidupannya. Aku hanya berpikir "Kurasa hidupnya pasti sangat sulit".
Setelah hari itu, aku hanya bertugas membawanya untuk bertemu dengan pak Rangga di sebuah kamar hotel. Hanya mengantarnya sampai pak Rangga membukakan pintu, tidak lebih dari itu. Entah bagaimana semua menjadi seperti ini", jelas Dewa panjang lebar menceritakan ke Lala.
"Maksudmu, kamu hanya kasihan padanya?", tanya Lala menatap suaminya.
"Pada awalnya, iya", Dewa menjawab singkat.
"Jadi, siapa dia?", baiklah sudah cukup untuk ceritanya, sekarang ini Lala ingin tahu siapa perempuan itu.
"Apa aku mengenalnya? Aku tahu kamu mengambil rekaman kamera CCTV kantor. Jika pesan itu tidak benar, apa kamu akan melakukan itu?", tanya Lala lagi karena Dewa tetap memilih diam saat ia bertanya siapa perempuan itu.
"Aku melakukannya untuk mencari tahu siapa pengirim pesan itu", - Dewa
"Bagaimana jika aku ingin melihat siapa wanita itu?", tanya Lala lagi dan lagi-lagi Dewa masih tetap diam.
"Sejak pertama kita bertemu, untuk alasan yang aneh, aku membayangkan kita bergandengan dan tua bersama. Aku menyukainya. Membayangkan dirimu akan bersamaku di akhir hidupku. Itu menenangkan ku. Karena itu, bahkan setelah melakukan hal gila aku ingin menutupinya. Aku ingin hidup seolah-olah tak terjadi apa-apa. Kubilang itu demi kebaikanmu, tapi sebenarnya itu untukku. Hari-hari yang ku pikirkan begitu hangat. Tapi.. orang bodoh yang mengacaukan semuanya tak pantas menerimanya", Dewa tampak menyesali kebodohannya. Iapun menarik nafasnya sebelum melanjutkan ucapannya.
"Lala, mari kita akhiri ini", hanya kalimat ini yang menurutnya bisa membuat Lala bahagia. Tetapi ia malah melihat kesedihan berkali-kali lipat di mata Lala saat ia selesai mengatakan itu semua. Ia merasa menyesal melakukan kesalahan ini, merasa menyesal sudah melukai hati istri yang sangat ia sayangi itu.
"Kamu mau bercerai?", tanya Lala tanpa sedikitpun meneteskan air matanya.
"Maafkan aku La", ucap Dewa.
"Aku..", Lala tidak sanggup melanjutkan kalimatnya, air mata yang sedari tadi ditahannya akhirnya tumpah juga. Ia mengambil tisu yang ada di atas meja udah menghapus air matanya yang terus saja mengalir.
"Kamu menemuinya lagi?", tanya Lala lagi.
"Tidak--", - Dewa
"Jadi kenapa tiba-tiba? Kenapa sekarang?", tanya Lala merasa frustasi dengan semua ini. Kenapa Dewa akhirnya memilih mereka berpisah padahal sebelumnya Dewa yang tetap ingin mempertahankan rumah tangga mereka.
"Kaca yang pecah tidak bisa di rekatkan lagi. Aku tahu sekarang perasaan kamu La", ucap Dewa.
"Jangan bodoh. Satu-satunya yang berdarah karena kaca itu adalah aku. Bukan kamu. Siapa kamu bisa memutuskan untuk merekatkannya atau tidak? Mengakhirinya?", teriak Lala penuh emosi mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Ketiga Dalam Rumah Tangga
Любовные романыLala mendapatkan pesan dari nomor tidak dikenal, memberitahu bahwasanya suaminya tengah berselingkuh dengan salah satu karyawan yang berada di tim yang sama dengan dirinya. Mulai dari situ Lala berusaha mencari tau satu persatu dan betapa ia sangat...