Dewa pun menepikan mobilnya dan memarkirkannya di depan cafe. Dewa juga yang memesankan makanan untuk mereka. Lama mereka hanya terdiam sambil menyantap makanan mereka.
"Mas, aku mau pesan bir yang ada di kulkas itu ya", panggil Yona memanggil pelayan untuk memesan tambahan. Dewa yang mendengar Yona memesan bir terkejut mengapa perempuan yang terlihat polos seperti Yona memesan minuman itu, tetapi tetap ia biarkan.
Sudah hampir 1botol Yona habiskan sendiri, tersisa untuk 1 gelas terakhir Yona akan menuangkan ke gelasnya tetapi di hentikan oleh Dewa dan di tuangnya ke gelasnya sendiri.
"Apakah kematian benar-benar mengakhiri semuanya? Masa lalu, kesedihan, dan rasa sakit. Apa semuanya akan hilang?", Yona mulai meracau akibat minuman itu.
"Jika saja aku tidak di lahirkan, kenyataan bahwa aku sangat menyitkan bagi semua orang. Jika memikirkan semuanya akan lebih baik jika aku tidak dilahirkan. Aku lebih memilih itu", air mata Yona menetes mengatakan itu.
"Semua itu bukan salah mu. Terlahir di situasi itu bukan salah mu", Dewa mengatakan itu karena dia merasa Yona itu persis seperti dirinya yang merasa kalahirannya di dunia itu hanya menjadi rasa sakit untuk semua orang.
"Terima kasih sudah mengatakan itu", ucap Yona seraya tersenyum tipis. Dan mereka berdua kembali terdiam.
Tidak lama Dewa mengajak Yona untuk kembali pulang. Saat berjalan menuju mobil, ada sebuah motor yang berjalan berlawanan dengan Yona. Yona yang saat itu sudah mulai tidak sadarkan diri, berjalan sempoyongan hampir terserempet motor itu. Dewa yang saat itu sudah membuka pintu mobil di bagian kemudi terkejut dan segera menghampiri Yona yang sudah terduduk di aspal jalan.
"Kamu baik-baik saja?", tanya Dewa dan mengulurkan tangannya untuk membantu Yona bangkit.
"Aku gapapa Pak, Pak Dewa duduk lah, di sini cukup nyaman. Ayo duduk lah", Yona masih meracau mau tidak mau Dewa berjongkok di depan Yona.
"Bukan seperti itu Pak, tapi seperti ini", contoh Yona duduk dengan menyilangkan kakinya di aspal. Melihat Yona yang seperti itu Dewa merasa lucu dengannya.
"Pak Dewa, apa terjadi sesuatu? Bapak kelihatan sedih hari ini", tanya Yona memandangi wajah sendu Dewa.
Dewa menghela nafasnya dan juga menatap Yona.
"Aku hanya, merasa hampa. Ayah ku meninggal. Sejak tahu aku anak haram, aku memberi tahu semua orang kalau dia sudah meninggal setiap ada yang menanyakan keberadaan ayah ku. Aku bahkan mengatakan itu kepada istri ku. Semua orang berpikir dia sudah mati", Yona terkejut mendengar pengakuan Dewa.
"Ku kira aku merasa lega kalau ia meninggal", Dewa meneteskan airmatanya.
"Kamu bisa menangis. Itu pasti sangat menyedihkan", ucap Yona. "Tidak ada salahnya kok menangis", sambungnya lagi.
"Ku kira aku akan baik-baik saja, jika orang seperti dia meninggal. Tapi kenapa--", Dewa menutup matanya dengan telapak tangan, menangis, Dewa belum sanggup untuk mengucapkannya. Yona menatap Dewa dalam penuh rasa iba.
"Aku tidak ingin dia meninggal. Tapi jika dia meninggal seperti ini", kembali Dewa tersedu menumpahkan tangisnya. Yona mendekatinya, mengusap pundak Dewa lembut.
FLASHBACK OFF
"Lo tahu, itu seperti rahasia memalukan yang gue simpan sendiri. Dan dia kebetulan tahu dan itu anehnya membuat gue lega", ujar Dewa mengingat kisahnya yang lalu dengan Yona.
"Lo punya hal yang seperti itu?", tanya Coki. "Meskipun lo tutupi, gue yakin Lala pasti akan tahu", lanjutnya lagi.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Ketiga Dalam Rumah Tangga
RomantikLala mendapatkan pesan dari nomor tidak dikenal, memberitahu bahwasanya suaminya tengah berselingkuh dengan salah satu karyawan yang berada di tim yang sama dengan dirinya. Mulai dari situ Lala berusaha mencari tau satu persatu dan betapa ia sangat...