Bab 24

172 7 1
                                    

Saat kembali ke kantor, Lala lagi-lagi memandang handphonenya yang menampil kan sebuah pesan.

"Suami mu berselingkuh dengan seseorang di Tim mu".

"Apa orang itu tahu sesuatu? Jika ini dari rekan kerja--" lamunan Lala berhenti saat Yona menghampiri meja kerjanya untuk memberi kan sebuah berkas yang tadi di minta oleh Lala.

"Ini materi yang saya gabung kan, saya enggak yakin bisa mengurus proyek sendirian. Kalau ibu tidak keberatan, apa bisa ibu saja yang mengambil alih?" tanya Yona, "Saya akan melakukan apapun yang ibu perintah kan" ucapnya kembali ke Lala. Karena ia merasa tugas yang di berikan Lala tidak bisa iya tangai sendiri teringat perkataan Bu Lia saat di ruangan rapat berdua dengan Lala tadi siang.

Lala yang mendengar itu dari Yona merasa ada sesuatu yang mengganjal kenapa Yona yang sebelumnya semangat mengerjakan proyek itu menjadi menyerah seperti ini.

*****

Dewa masih lembur di kantor mengirim pesan kepada istrinya

To: Belahan Jiwaku

Ragu ia ingin mengetik kan sesuatu ke Lala. Baru saja ia ingin mengirim kan pesan, masuk pesan baru dari Lala.

"aku akan makan malam dengan Yona, aku akan pulang agak larut"

Dewa yang sejenak berfikir kenapa Lala tumben makan malam berdua saja dengan pegawai barunya itu, memilih hanya membalas pesan istrinya.

"Baik lah hati-hati"

Langsung saja ia kirim kan pesan balasan. Lalu Dewa kembali meletakkan handphone ke meja kerjanya. Tidak lama Coki datang menghampirinya ke ruangan kerja.

"Kamu terlalu bekerja keras" ucap Coki sambil membuka pintu ruangan kerja Dewa. "Makan malam bareng yuk" Coki mengajak Dewa untuk makan malam di luar sekalian ia ingin membicarakan sesuatu dengannya.

"Apa itu yang terakhir?" tanya Coki setelah mereka sudah menyantap makan malam nya. "Apa yang terjadi sampai kamu menjadikan ku kaki tangan? Aku merasa sangat bersalah sekarang ke Lala" ungkapnya ke Dewa karena ia memang benar-benar merasa bersalah ke Lala. Selain Lala adalah istri dari sahabatnya itu, dia juga sudah mengenal Lala sebelum ia mengenal Dewa.

"Maaf", hanya itu yang diucapkan Dewa.

"Ada apa? tanya Coki. "Apa yang kamu pikirkan?"

"Aku enggak tahu itu akan berakhir seperti ini" dengan helaan nafas Dewa mengatakan itu. Ia juga merasa bingung dengan dirinya sendiri saat ini.

Coki yang mendengar itu spontan menguatkan suaranya. "Apa kau gila?" beberapa pengunjung warung makan itu menoleh kepada mereka.

"Apa yang sudah kamu lakukan? desak Coki merasa kali ini Dewa sudah melewati batasnya.

"Aku akan mengembalikan keadaan" hanya itu yang bisa di ucapkan oleh Dewa. Coki yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak menyangka Dewa bisa menjadi seperti ini.

*****

Helena saat ini sedang berada di sebuah gudang penitipan barang. Disanalah ia menyimpan barang-barang dari apartement nya setelah beberapa hari ini dia hanya bisa tinggal di penginapan kecil. Helena melihat beberapa koleksi tas mahalnya yang ia simpan dengan rapi di lemari gudang itu.

Helena mengambil beberapa tas nya dan membawa ke sebuah toko di dalam mall. Helena hendak menjual kembali tas tas brandid miliknya.

"Kalau yang ini hanya bisa kami terima senilai 2,5jt' ucap pegawai toko ke Helena.

"Ini edisi terbatas dengan jumlah impor 100 saja, dengan adanya edisi terbatas model bekas yang terjual lebih dari harga aslinya. Sepertinya tas-tas ku ini harus menemukan orang yang mengakui nilai mereka" Helena hendak membawa kembali tas-tas yang tadi sudah ia letakkan di atas kaca meja toko itu untuk pergi mencari toko lain yang bisa menerima tasnya itu dengan harga yang lebih tinggi.

Melihat itu pemilik toko pun langsung menahan Helena. "Kamu sangat tidak sabar" ucapnya sambil tersenyum. "Aku akan memberimu harga yang bagus" ucapnya kembali "Tentu saja aku akan memberimu 20% lagi".

Setelah mendengar itu Helena pun menyetujuinya dan melepaskan tas-tas brandid nya ke toko yang ia datangiin itu.

*****

"Kamu yang akan mengurus selebaran, aku akan membantu mu" Lala yang saat ini sedang berada di sebuah kafe dengan Yona mengatakan itu agar Yona kembali bersemangat untuk menangani proyek yang ia tugaskan.

"Kalau begitu ibu tidak akan bisa memenuhi tenggat, maaf saya tidak bermaksud menguping saya mendengar pembicaraan kalian dan enggak mau menjadi pengganggu" dengan jujur Yona mengatakan kepada Lala kalau iaa tadi sudah mendengar perkataan Bu Lia mengenai dirinya, karena dirinya lah pekerjaan itu menjadi terhambat.

"Yona" ucapan Lala kembali di potong oleh Yona.

"Ada kualifikasi seharusnya, aku sadari lebih awal, aku sudah keterlaluan" setelah mengucapkan itu Yona menyantap perlahan sup yang tadi ya pesan dengan wajah sedih yang kentara di mata Lala, tetapi Lala memilih hanya menatap Yona, dia tidak bisa memaksakan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri saja.

*****

Helena memasuki sebuah kafe untuk menemui seseorang, saat di lihatnya seseorang yang akan dia jumpai sudah menunggu dan duduk di bangku paling pojok kafe, dia pun langsung mendatangi nya

"Kamu kenapa lama sekali? tanya perempuan itu ke Helena. "Kamu tinggal di mana sekarang?"

"Di mana mana" ucap Hellena sambil menduduki kursi di hadapan wanita itu. "Mama tinggal di mana sekarang?" ternyata orang yang saat ini ia jumpai adalah mamanya.

"Mengetahui hal itu tak ada gunanya bagi mu. Kenapa kamu terlihat sangat menyedihkan? Para penagih hutang mama enggak datang kan?" tanya mamanya saat melihat Helena tidak seceria seperti biasanya.

"Berapa lama ini akan berlangsung? Seberapa buruk situasinya?" Helena ingin memastikan agar ia bisa kembali hidup dengan tenang seperti sebelum ia mengetahui ternyata mamanya sedang terlilit hutang.

"Mama akan membereskan semuanya, mama tidak akan menyulitkan mu, jadi jangan khawatir sekarang, kasih mama duitnya" mamanya berusaha menenangkan Helena. Helena pun mengeluarkan amplop yang berisi uang hasil penjualan tas-tas brandid nya tadi ke mamanya, dengan ragu yang memberikan amplop itu, sebelumnya memberikan semua isi amplop itu, dia mengeluarkan beberapa lembar untuk pegangan dirinya.

"Aku juga punya kebutuhan" ucapnya saat melihat ekspresi mamanya tidak suka saat ia mengambil beberapa lembar uang itu.

Sambil mengambil uang yang masih tersisa, "Mama memberi mu kehidupan yang baik selama dua puluh lima tahun ini, tapi kamu malah perhitungan gini dengan mama".

"Aku hanya mengambil beberapa lembar saja maa butuh untuk pegangan ku" Helena kembali menjelaskan ke mamanya.

"Hmm baiklah mama tak akan menghubungi mu untuk sementara, jadi jangan khawatir, jika kamu tidak mendengar ada kabar, berarti kabar mama baik-baik saja, mengerti" setelah mengucapkan kalimat untuk menenangkan Helena mamanya hendak berdiri untuk meninggalkan kafe itu.

"Jangan langsung pergi sekarang dong maa, ayo makan, aku lapar" Helena menahan mamanya agar tidak pergi sekarang, karena ia juga merasa rindu untuk makan berdua dengan mamanya.

"Apa kamu pikir saat ini mama bisa makan dengan santai di tempat umum seperti ini" lagi-lagi mamanya berjalan hendak pergi meninggalkan Helena. Helena pun langsung menarik tangan mamanya kembali.

"Tunggu ya" kembali Helena mengeluarkan beberapa lembar uang di dompet untuk memberikan kembali ke mamanya. "Ambil lah sebelum aku berubah pikiran" ibunya pun mengambil uang tersebut, sambil menghela nafas mamanya juga mengeluarkan beberapa lembar, ia berikan kembali untuk Helena.

"Simpan ini, hanya ini yang bisa mama lakukan sebagai mamamu, memberikan uang" ucapnya, Helena menetap ibunya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Mama harus pergi sayang, jaga dirimu ya" sambil mengelus lembut rambut kepala Helena, mamanya mengenakan kembali kacamata hitam yang sedaritadi iya pegang, ia berjalan sambil menyembunyikan wajahnya.

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang