FLASHBACK ON
Saat itu Dewa sedang berada di rumah sakit tempat dimana ibunya Yona di rawat.
"Halo pak, aku sudah berada di rumah sakit tempat ibunya Yona dirawat", lapor Dewa kepada Pak Rangga melalui sambungan telefon.
"Baik, akan saya lakukan pak", ucapnya lagi lalu mengakhiri panggilan telepon itu.
"Dewa?", panggil seorang laki-laki dari arah belakang Dewa, lantas membuat Dewa menoleh ke belakang dan melihat siapa yang menyebut namanya.
"Berani sekali lo datang kesini", ucap laki-laki itu lagi dengan nada marah. Dewa hanya masih melihatnya dengan terkejut.
"Ada apa ini?", datang seorang wanita yang keluar dari ruangan tepat di belakang laki-laki tadi itu untuk menengahi.
"Sedang apa kamu kesini?", tanya seorang wanita muda yang tadi datang bersama wanita yang pertama.
"Kamu memberitahunya bahwa ayah ada di rumah sakit?", tanya laki-laki itu kepada wanita muda.
"Engga kak", jawabnya.
"Lo ingin berkunjung karena lo anak simpanannya?", ucap laki-laki itu lagi sambil mendorong pundak Dewa. Iya laki-laki itu adalah Herman abang tiri Dewa.
"Apa yang kamu lakukan Man", cegah kakaknya Herman menarik tangan Herman untuk menjauh dari Dewa.
"Lepaskan Kak", Herman menepis tangan kakaknya. Mereka bertiga adalah saudara tiri Dewa. Mereka satu ayah tetapi lain ibu.
"Sejujurnya gue tidak merasa kasihan pada ayah sedikit pun, karena dia menyulitkan ibu sepanjang hidupnya. Dia selingkuh dengan ibu lo dan melahirkan lo. Jika ibu tidak meminta, gue tidak akan peduli apa yang terjadi padanya", ucap Herman ke Dewa.
"Hentikan Man, Ibu sedang dalam perjalanan ke sini", pinta kakaknya Herman.
"Pergi dari sini sekarang juga. Gue tahan ngelihat lo", ucap Herman seraya meludah ke lantai. "Kurang ajar. Melihat lo membuat gue ingin muntah. Beraninya lo berdiri di san dan diam saja", Herman siap-siap ingin menghajar Dewa. Tetapi adiknya langsung menarik tangan Herman.
"Bang udah, ayo kembali ke dalam", tarik adiknya Herman menarik tangan Herman.
"Sudah cukup", ucap Dewa tanpa menatap ke arah Herman yang sedang di tarik agar masuk ke ruangan ayahnya. Dan itu membuatnya menghentikan langkah kakinya, begitu juga dengan adik dan kakaknya.
"Selama lebih dari 20tahun, kami bersikap seperti pendosa. Kami memohon dan menahan penyiksaan", Dewa membalikkan badan kearah Herman. "Kapan pun kalian meminta uang, kami memberikannya" ucap Dewa.
"Apa lo bilang?", tanya Herman kembali murka.
"Ibuku hidup dengan kegelisahan dan rasa bersalah seumur hidupnya. Bahkan sekarang dia tidak bisa tidur tanpa minum obat tidur. Keadaan akan terus begitu, sampai dia mati. Apa itu tidak cukup?", Dewa mulai bergetar menahan marahnya selama ini yang ia berusaha pendam.
"Cukup? Lo bilang cukup? Lo dan ibu lo memecah keluarga gue. Gelisah? Bersalah? Ibu gue hidup dengan amarah dan kebencian terhadap ibu lo. Dia hidup kesepian, menunggu suaminya meninggalkan simpanannya. Lalu apa? Lo bilang sudah cukup? Jangan konyol. Pelakunya tidak memutuskan apakah mereka membayar penuh. Itu terserah pada korban", berang Herman sambil berjalan mendekat ke Dewa.
"Aku terlahir seperti ini bukan karena aku ingin", ucap Dewa yang sepertinya malah membuat Herman semakin marah.
"Beraninya lo bicara--", ucap Herman yang hampir sama meninju wajah Dewa tetapi di cegah oleh adik dan kakaknya.
"Apa yang kamu lakukan", ucap ibunya Herman yang baru saja sampai di rumah sakit itu. Sedangkan Dewa hanya pasrah saat Herman ingin meninjunya.
"Kamu membuat keributan, kembali lah ke dalam", perintah ibunya Herman kepada Herman dan di turuti Herman dengan terpaksa. Dewa memberi salam dengan menundukkan kepala kepada ibunya Herman tetapi hanya di abaikan.
Saat Dewa berbalik badan hendak menuju tujuan semulanya yaitu menuju ruang rawat ibunya Yona, ia melihat ternyata Yona ada disitu menyaksikan keributan yang terjadi sebelumnya.
Dewa dan Yona berjalan bersama menuju ruangan ibu Yona dengan keheningan. Tidak ada yang memulai berbicara.
"Tagihan rumah sakit yang menunggak sudah di bayar. Pak Rangga menyarankan kami memindahkannya ke pusat perawatan yang lebih baik", ucap Dewa setelah mereka sudah sampai di kamar rawat ibunya Yona.
"Tidak apa-apa pak, dia sudah cukup lama di sini jadi para perawat tahu betul dengan kondisinya. Aku lebih suka dia tetap di sini. Di sini lebih nyaman", ucap Yona tidak ingin kalau ibunya di pindahkan ke rumah sakit lain.
"Baiklah itu yang akan aku sampaikan ke pak Rangga, jaga dirimu", Dewa pamit ingin meninggalkan Yona.
"Bapak tidak perlu khawatir, aku tidak akan memberitahu siapa pun", ucap Yona sebelum Dewa benar-benar meninggalkan ruangan itu. Sontak membuat Dewa menghentikan langkahnya dan menoleh ke Yona sambil tersenyum tipis.
Beberapa hari kemudian, Dewa yang sedang berada diruangan kerja apartemennya mendapat telfon dan di beri kabar kalau ayahnya baru saja meninggal dunia.
"Kamu mau pergi yng?", tanya Lala saat melihat Dewa keluar dari ruangan itu mengenakan pakaian rapi serba hitam.
"Seseorang yang ku kenal meninggal. Kamu mau ikut?", tanyanya ke Lala.
"Apa aku mengenalnya juga?", tanya Lala.
"Tidak, kamu harus beristirahat dan memulihkan diri. Aku akan pergi sendirian", ucap Dewa karena melihat kondisi Lala yang masih sangat lemas. Lala juga tidak memaksa untuk ikut.
Saat sudah berada di rumah duka, Dewa melihat jasad ayahnya untuk yang terakhir kali. Ia di persilahkan untuk mendekat oleh kakak tirinya.
Saat melihat Dewa yang ingin mendekati jenazah ayahnya, Herman langsung bangkit ingin mengusir Dewa. Tetapi di tahan oleh ibunya.
"Ibu yang meneleponnya", cegah ibunya Herman. Dewa pun kembali melanjutkan mendekat, melihat dan mencium kening ayahnya untuk yang terakhir kali.
Setelah selesai mengikuti prosesi pemakaman ayahnya, Dewa mendapat telfon dari Pak Rangga untuk meminta bertemu dengannya dan Dewa menyanggupinya.
Dewa menemui pak Rangga di sebuah restaurant
"Ini, kamu melakukannya dengan baik" pak Rangga menyerahkan sebuah file ke Dewa. Dewa menerimanya dengan sopan.
"Apa kamu baru saja dari pemakaman?", tanya Pak Rangga karena melihat pakaian Dewa yang serba hitam ada sedikit kotor oleh tanah.
"Iya pak", aku Dewa. Saat itu juga Dewa melihat istri pak Rangga keluar dari ruangan vip di restaurant itu dengan raut wajah marah, di lihatnya ada Yona yang sedang duduk di dalam ruangan vip itu sambil tertunduk.
"Astaga ini memalukan, bisakah kamu mengantar Yona pulang? Mungkin aku harus mengikuti istri ku. Ucapkan sesuatu yang akan menenangkannya", pinta pak Rangga ke Dewa.
"Baik pak", Dewa menangguk menyetujui perintah pak Rangga. Lalu ia masuk ke dalam dan meminta Yona untuk segera mengikutinya keluar menuju parkiran mobil.
Saat mereka sudah sampai di persimpangan lampu merah, Yona melihat sebuah cafe yang menyajikan makan all you can eat daging wagyu.
"Aku selalu ingin makan di tempat seperti itu. Tapi belum ada kesempatan", ucapnya yang membuat Dewa melihat arah yang di lihat Yona.
"Ayo kita kesana", Dewa pun segera menepikan mobilnya di depan cafe itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Ketiga Dalam Rumah Tangga
RomanceLala mendapatkan pesan dari nomor tidak dikenal, memberitahu bahwasanya suaminya tengah berselingkuh dengan salah satu karyawan yang berada di tim yang sama dengan dirinya. Mulai dari situ Lala berusaha mencari tau satu persatu dan betapa ia sangat...