Bab 36

536 17 3
                                    


Lala menunjukkan handphone ke Dewa. mereka sedang duduk berhadapan di meja makan.

"Seseorang mengirimiku pesan ini", akhirnya Lala memberitahu Dewa kalau berapa bulan yang lalu ada seseorang yang mengirimi pesan yang berisi, "Suami mu berselingkuh dengan seseorang di Tim mu", dari nomor yang tidak dikenal. Melihat itu Dewa sedikit panik dan ia menatap Lala.

"Aku ingin melupakannya, aku benar-benar ingin melupakannya. Tapi itu hanya membuat semakin penasaran, aku ingin tahu, aku harus tahu soal wanita yang berselingkuh dengan mu", terlihat ketegangan diantara keduanya sambil bertatapan mata.

"Siapa yang mengirim?", tanya Dewa sambil terus saja memperhatikan handphone Lala yang ada di tangannya.

"Aku juga enggak tahu, dikirim lewat situs web dengan nomor telepon acak dan itu dari komputer di meja kerjaku", seketika pandangan Dewa kembali ke wajah Lala.

"Aku mencoba menganggapnya sebagai lelucon dan melupakannya, tapi aku enggak bisa. Kurasa aku sama seperti wanita lain, pada awalnya aku berfikir untuk berpura-pura memahami kesalahanmu. Seolah harga diriku tidak terinjak dan berpura-pura cukup berhari besar untuk memaafkanmu pada awalnya. Itu lah yang ingin kulakukan. Setiap hari aku berfikir, dia mungkin memegang tangannya dengan tangannya, dia mungkin membelai wajahnya, menyapanya dan berbisik bahwa dia mencintainya saat menyentuhnya dan itu membuat ku hancur, biarkan diriku untuk menerima semua itu tapi aku enggak bisa", Lala berbicara dengan mata yang berkaca-kaca. "Setiap hari aku hidup dalam siksaan. Bertambah aku marah padamu karena selingkuh dariku, tapi aku memikirkan hal-hal mengerikan", ucap Lala sedikit mengeram. "Apa itu salah ku? Apa masalah ku?", - Lala

"Aku sudah muak berhayal, karena itu aku harus tahu apapun kebenarannya, bencana apapun yang terjadi aku harus tahu", - Lala

Dewa tidak kuasa menjawab.

"Kamu tidak membantuku dengan tetap diam. Kamu bukannya takut menyakitiku, aku tahu kamu takut akan kehilangan sesuatu, apakah dia yang ingin kamu lindungi?", tanya Lala yang membuat seketika Dewa kembali menatapnya. "Kamu benar-benar selingkuh?", - Lala

"Enggak--", - Dewa

"Lalu kenapa?", Lala seketika berteriak. "Kenapa kamu tidak memberitahu ku?", melihat istrinya yang seperti itu Dewa tidak kuasa juga ikut meneteskan air matanya dan menunduk.

"kamu selalu diam seperti ini. Kalau saja kamu tahu betapa menjengkelkannya itu, kamu juga seperti ini saat itu. Apa kamu tahu bahwa aku ingin kamu membentakku saat itu?", - Lala

"Aku akan merasa lebih lega kalau kamu marah karena aku sudah menuduhmu berselingkuh, tapi nyatanya tidak. Saat itu kamu membenarkan semuanya", Lala menundukkan kepalanya dan menyeka air matanya. "Aku akan menginap di hotel untuk sementara. Telpon aku saat kamu sudah siap berbicara", Dewa mencegah Lala dan menarik lengan tangannya. "Jangan coba-coba menghindari masalah, aku enggak akan menyerah tanpa perlawanan".

"Aku akan pergi sebagai gantinya, aku akan pergi agar kamu bisa tetap di sini", Lala tidak menyangka kalau Dewa masih ingin tetap bungkam tidak memberitahu siapa selingkuhan yang sebenarnya. Bahkan ia lebih memilih pisah rumah dengan Lala demi melindungi identitas selingkuhannya.

*****

Lala membuang semua kotak yang berisi tespek di dalam kamarnya. Lalu dia keluar kamar untuk membuang semua ramuan-ramuan herbal yang sudah diberi ibu mertuanya agar ia segera hamil. Ia ambil terus menangis dan membuka satu persatu bungkusan minuman herbal itu untuk ia buang di wastafel. Untuk apa ia berjuang sendiri kalau nyatanya Dewa sudah tidak menginginkannya secara utuh.

*****

Berbeda dengan Yona, ia lebih memilih mengunjungi rumah sakit di mana tempat ibunya dirawat dibandingkan langsung pulang ke rumah.

"Kenapa kamu datang selarut ini?", tanya perawat saat melihat Yona baru saja datang padahal jam sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam. Perawat di sana cukup mengenal Yona karena sering berkunjung ke rumah sakit.

"Aku berniat mampir sebentar", jawab Yona sambil tersenyum ke arah suster.

"Ibu ini aku", sapa Yona, ia sudah tiba di ruangan ibunya.

"Senang bertemu denganmu", ucap Ibunya Yona.

Saat ini ibunya sedang dirawat di rumah sakit karena mengidap alzaimer akut. Ibunya tidak bisa lagi mengingat dirinya

Yona mengobrol sebentar dengan ibunya sampai ibunya terlelap ia masih tetap menunggu di samping tempat tidur ibunya.

"Aku berharap ibu akan bilang ibu enggak apa-apa", ucapnya sambil menangis dan menggenggam tangan ibunya yang saat ini sudah tertidur lelap.

Yona memutuskan untuk pulang dari rumah sakit karena besok dia akan bekerja lagi.

"Permisi sus saya pamit", pamit Yona ke suster yang sedang jaga di resepsionis.

"Ku lihat kamu sudah membayar tagihan rawat ibu mu ya, kamu selalu mengkhawatirkan itu selama ini, sekarang jadi baguslah kalau begitu. Kamu menang lotre atau semacamnya?", tanya suster yang menjaga resepsionis karena melihat tagihan rawat ibu Yona yang begitu besar sudah dilunasi. Bahkan sudah di bayarkan untuk 3 tahun ke depan kalau saja ibunya harus tetap bertahan di rumah sakit itu.

"Tidak, kenalanku yang membantu", jawab Yona

"Siapa?" tanya suster itu kepo, karena hanya orang terdekat yang rela membayar. "Kamu pasti lega karena semua sudah beres semua pembayarannya", suster resepsionis itu sangat tahu bagaimana kondisi ekonomi Yona dan juga ibunya selama ini.

*****

Raisa baru saja sampai di kamar kost yang hampir satu bulan ini ia tempatin. Ia teringat hasil tespek yang beberapa minggu sebelumnya ia pakai. Hasil tespek itu menunjukkan garis dua, yang artinya saat ini dia sedang hamil.

Saat itu ia mencoba tespek di dalam toilet kantor. Ia pun kembali masuk ke ruangan kerjanya dengan langkah yang lunglai. Ia tidak menyangka kalau ia sampai hamil lagi. Sejenak dia memperhatikan Dewa yang sedang berada di ruangan kerjanya. Bagaimana ia harus mengatakannya nanti batin Raisa sambil menyugar rambutnya.

Ia memperhatikan hasil USG yang menunjukkan kalau dia beneran positif hamil dari dokter kembali. Ia menangis menyesali kecerobohannya kenapa ia bisa sampai hamil. Di tutupinya wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

*****

"Mengalami banyak hal akan membuat karir kita maju", ucap Helena ke Yona, "Jadi kamu harus melihat apapun yang sedang trend seperti tempat ini", saat ini tim manajemen sedang makan malam di salah satu kafe hits di Jakarta.

"Iya Bu", jawab Yona sambil tersenyum.

"Mau bagaimana lagi? Memang butuh uang untuk menciptakan seleramu", Yona merasa bingung kenapa Helena mengatakan itu padanya.

"Kenapa kamu enggak makan banyak?", tanya Rini saat melihat Lala lebih banyak mengaduk-ngaduk makanannya tanpa menyuapkan ke mulutnya.

"Aku enggak terlalu berselera", jawab Lala masih dengan mengaduk-ngaduk makanannya. "Padahal kamu menyantap makanan yang sangat enak, kenapa bisa enggak berselera", - Rini

"Oh iya kalian udah tahu enggakc istri pak Beno yang kemarin ketahuan berselingkuh menuntut ke kantor karena suaminya dipecat perkara perselingkuhan. Ia bilang itu ilegal", Rini memberi tahu penemuan terkininya.

"Apa serius?", Steven menimpali

Istrinya. "Bukan wanita biasa", - Steven

"Aku bisa mengerti kenapa Pak Beno melakukan itu, tidak semudah itu untuk beraama istri sepertinya", lanjut Rini lagi.

"Dia mungkin membutuhkannya untuk mencari nafkah, lagi pula dia adalah korban",ucap Lala yang membuat seketika teman-temannya yang lain menatap ke arah Lala.

"Apapun alasannya, kamu tidak bisa membenarkan perselingkuhan, iya kan Sa?", tanya Lala ke Raisa. Sketika Raisa yang sedang minum pun tersedak dan menganggukan kepalanya. "Pada akhirnya itulah yang menghancurkan keluarga", kembali lagi Raisa hanya mengangguk mendengar pertanyaan Lala.

"Iya lo benar, itu perbuatan yang salah", jawab Raisa seraya menarik sudut bibirnya sedikit.

Helena dan Yona memperhatikan Lala yang sedang berbicara.

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang