Bab 11

172 6 0
                                    


Di kamar penginapan sederhana, terlihat Helena menatap handphonenya karena panggilannya tidak kunjung di angkat. Wajahnya terlihat sangat sedih dan pandangannya menjadi kosong memikirkan segalanya. Hanya bisa terduduk lesu di lantai kamar penginapan dan bersandar di dinding yang sedikit lembab itu.

*****

Di kediaman Raisa, Yoga dan Sony sedang bermain dengan sang ayah, Lucky.

"Aku akan pergi ke pasar" ucap Raisa sambil berlalu meninggalkan ketiganya yang sedang asyik bermain.

"Tunggu, aku ikut denganmu bu" ucap Lucky yang sudah lelah menemani anak-anaknya bermain dan lebih memilih mengikuti istrinya pergi berbelanja ke pasar.

"Bagaimana dengan anak-anak?" tanya Raisa sambil melipat kedua tangannya ke depan dada.

"Ohiya, kalau gitu sini aku segel bibir kamu babe" Lucky meminta mencium bibir sang istri dengan kode menggerakkan jari telunjuk ke bibirnya. Raisa hanya tersenyum lalu berlalu pergi keluar rumah. Lucky pun kembali menemani anak-anaknya bermain.

Ternyata Raisa tidak berkata jujur kepada suaminya. Ia tidak keluar untuk berbelanja. Raisa memasuki sebuah bangunan kost-kostan yang berada di lantai 3. Sejenak ia berdiri di depan pintu kamar 305, menghela nafas ringan, dengan ragu. Akhirnya Raisa pun memutuskan untuk masuk ke kamar 305. Tidak ada siapa pun disana. Raisa melangkahkan kakinya ke dalam kamar dan menuju sebuah tempat tidur yang ukurannya tidak terlalu besar. Ia duduk di atas tempat tidur itu sambil memikirkan sesuatu.

*****

Yona sedang duduk di depan kamar tidurnya sambil memegang handphone di telinganya, sedang menelfon seseorang. Panggilan yang tak kunjung di angkat, membuat Yona kecewa. Ia berjalan mondar mandir di ruangan televisi sambil tetap melihat handphonennya. Hampi 1 jam ia menunggu sebuah panggilan yang tak juga ada. Yona pun memutuskan untuk memasuki kamar tidurnya. Di pandanginya sebuah lemari yang menyimpan beberapa barang mewah miliknya, mulai dari sepatu, tas sampai jam tangan bermerek mahal yang ia punya.

Akhirnya Yona memutuskan untuk menggunakan barang mewahnya. Dengan memilih setelah blous bertangan panjang dan juga rok mini berwarna hitam, serta sepatu highheels berwarna hitam ia padu padankan dengan setelan atasannya. Tidak lupa juga ia memoleskan lipstick berwarna merah yang baru saja ia beli kemarin setelah selesai bertemu dengan Helena. Tas mini berwarna hitam ia jinjing untuk menambah kesan elegan di dirinya.

Yona pun sampai di sebuah hotel bintang 5 di kawasan Jakarta Selatan. Dengan langkah ringan ia terus berjalan menuju lift yang akan membawanya ke lantai yang akan ia tuju. Sesampainya di depan pintu sebuah kamar, ia berhenti lalu menarik nafasnya sejenak, lalu menekan bel yang terdapat di samping pintu. Tampak seorang laki-laki membukakan pintu dari dalam kamr. Yuri pun tersenyum kecil melihatnya. Dan ternyata laki-laki itu adalah Wakil Presdir, Pak Rangga. Pak Rangga terlihat mmepersilahkan Yona untuk masuk dan di turuti langsung, Yona melangkahkan kakinya memasuki kamar itu.

*****

Dewa mengingat percakapannya kemarin dengan Stefan sewaktu di kantor. "Aku meminta tim komunikasi untuk bekerjasama" Stefan menyampaikan tugas yang diberikan Lala ke Dewa.

"Coki yang bertanggung jawab kan?" Dewa memastikan bahwa yang bertanggungjawab di tim komunikasi ialah Coki.

"Dia sedang melakukan perjalanan bisnis ke China, jadi Bapak yang saat ini menggantikan tugasnya sementara" Dewa baru mengetahui perihal ini dari Stefan sekarang.

Di kamar tidur, Lala yang sedang berbaring di samping suaminya, tak berhenti terus menatap ke arah Dewa yang sudah tertidur pulas. Ia masih memikirkan isi pesan teks yang ia terima, serta kejanggalan kontak dengan nama Coki di handphonenya Dewa. Ia ngga bisa membayangkan kalau apa yang dia pikirkan benar-benar terjadi di dalam kehidupan rumah tangganya.

Saat di kantor, Dewa terus memikirkan perkataan sang istri tadi malam. "Apa kamu berselingkuh" itu terus yang mengisi pikirannya. Kenapa Lala bisa sampai melontarkan pertanyaan itu kepadanya. Lalu ia menatap ke depan ruangannya, dari situ ia bisa melihat para karyawannya. Mulai dari Lala, Helena, Yuri, Raisa dan juga Stefan. Pikirannya semakin terasa penat. Lantas Dewa pun mengambil handphonennya di atas meja kerjanya dan mengetikkan sebuah pesan "Bisakah kita bertemu hari ini? Kita harus bicara" lalu mengirimkannya ke seseorang. Dan Dewa kembali meletakkan handphonenya di atas meja kerjanya.

Di saat yang bersamaan, di ruangan karyawan, terlihat handphone Helena, Raisa, Stefan, Lala, dan juga Yona bergetar menandakan ada pesan yang masuk. Mereka masing-masing mengecek pesan yang masuk tersebut. Lalu Stefan menggerutu "Kenapa Wakil Presdir tiba-tiba ingin mengadakan pertemuan ya".

Di saat pertemuan dengan Wakil Presdir dan lainnya. "Baiklah, terima kasih untuk kerja keras kalian selama ini dan aku meminta kalian semua untuk terus bekerja kerasa seperti saat ini, jangan terllau memikirkannya, nikmati lah hidangan yang saat ini sudah tersedia untuk kita makan semua, Jaya PT. Future Bright" ucap Pak Rangga kepada semua orang yang hadir di pertemuan yang ia adakan di sebuah restaurant ternama, sambil mengangkat tangan kanannya yang sedang memegang segelas air.

Terlihat Lala yang tidak berhenti menuangkan air ke gelasnya, karena ia merasa saat ini begitu gelisah dengan segala pikiran yang ada di pikirannya. Helena pun menatapkan dengan rasa tanda tanya. Setelah semua orang selesai dengan makanannya masing-masing. Pak Rangga kembali membuka obrolan.

"Bagimana dengan makanannya?" Rangga bertanya kepada semua orang yang direspon dengan anggukan dan senyuman yang menandakan mereka puas. Lalu Rangga mengalihkan padangannya dan tertuju kepada satu orang, yaitu Yona.

"Bagaimana dengan perkejaanmu disini?" tanyanya ke Yona sambil tersenyum, melihat itu yang lainnya pun ikut memerhatikan kedua orang itu.

"Lancar Pak" jawab Yona singkat sembari menundukkan kepalanya menandakan hormat. Yang lainnya masih tetap memandangi ke arah Yona dan juga Rangga dengan tatapan yang masing-masing sulit untuk di artikan.

"Baiklah, saya tahu kalian semua lelah, tetapi semuanya saya harap masih akan terus bekerja keras demi perusahaan kita agar lebih sukses dan produk kita bisa di nikmati oleh semua kalangan, saya berjanji akan mengganti semua kerja keras kalian" seru Rangga bersemangat menyemangati para karyawannya.

Lala melihat ke arah Raisa yang sedari tadi seperti ingin muntah atau mual. Lalu Raisa pamit untuk menuju ke toilet, pandangan Lala masih tetap terus mengikuti arah Raisa pergi, merasa sedikit khawatir dengan temannya itu, lantas Lala menyusul Raisa ke toilet. Ternyata Helena juga sama, pandangannya memerhatikan Raisa dan juga Lala yang keluar meninggalkan ruangan makan restauran itu.

Dewa yang melihat Lala tiba-tiba keluar, merasa sedikit khawatir. Apalagi ia tahu, istrinya itu mulai dari tadi malam terlihat sedang tidak baik-baik saja. Dewa pun meminta izin ke Rangga untuk keluar sebentar. "Maaf pak, saya permisi keluar sebentar ya" ucap Dewa lalu Rangga mempersilahkannya. Helena melihat Dewa yang juga ikut keluar meninggalkan meja. Helena mengambil ponselnya yang terletak di atas meja itu, lalu mengetikkan sesuatu di sana.

Dewa yang sudah keluar dari ruangan itu, kehilangan jejak sang istri. Ia kebingungan, apa Lala ke toilet atau keluar dari restauran. Saat ini sedang celingukan, handphone di saku celananya pun bergetar menandakan adanya pesan yang masuk. Gegas ia mengeluarkan handphone itu dan mengeceknya. Dibukanya pesan teks yang masuk bertuliskan "Mari kita bertemu setelah ini".

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang