Bab 51

52 3 0
                                    

Raisa tiba-tiba saja teringat dengan perkataan Lala waktu itu, kalau Dewa belum mengetahui bahwasanya Lala sudah tahu siapa selingkuhannya Dewa dan meminta Raisa untuk berpura-pura tidak tahu saja.

"Pak Dewa, aku akan memberitahu ke bu Lala sendiri saja kalau aku ingin cuti untuk beberapa hari", Raisa memang sebaiknya langsung memberitahu Lala karena saat ini posisi manajer di tanggung jawabin oleh Lala.

"Baiklah tidak apa-apa, sampaikan saja secara langsung ke Lala", jawab Dewa. Raisa pun pamit meninggalkan ruangan itu.

*****

"Kita harus berkonsultasi dengan Tim Pemasaran sebelum merencanakan iklan dan surat promosi, Helenda urus itu bersama Raisa ya", perintah Lala.

"Okey baiklah bu", jawab Helena dan juga Raisa berbarengan.

"Yona akan bertugas memperbarui hadiah pelanggan kita", - Lala

"Apa bu?", tanya Yona kaget mendengar itu. Pasalnya dia masih terlalu baru dengan hal seperti itu dan di beri tanggung jawab yang menurutnya besar.

"Steven kamu bisa membantunya kan?", tanya Lala ke Steven.

"Baik bisa bu", mau tidak mau Steven menyetujui perintah atasannya itu.

"Kamu mendapat kan proyek yang sangat bagus", bisik Steven ke Yona lalu berjalan pergi ke toilet.

"Yona", panggil Lala menghentikan Yona yang ingin beranjak meninggal kan ruangan.

"Iya bu?", jawab Yona membalikkan badannya.

"Itu yang kita kirim ke pelanggan pada hari ulang tahun dan hari jadi sejak tahun 2016 ke depannya. Kami biasa memilih sesuatu yang sesuai dengan trend yang sedang berlangsung. Jadi aku ingin mengusulkan apa yang pantas", - Lala

"Iya bu baik", jawab Yona sopan.

*****

Raisa pergi menemui pak Baim di ruangan rapat.

"Masuk lah", jawab pak Baim saat mendengar suara ketukan pintu dari luar, Raisa lantas masuk dan menghampiri pak Baim.

"Aku sangat sibuk, akhirnya aku bisa bicara dengan mu. Aku di minta merilis video itu oleh atasan dan tidak punya pilihan lain. Di organisasi, bawahan tidak bisa melawan atasan, kamu tahu itu. Tetapi ada sedikit masalah, keadaan berjalan ke arah yang tidak di rencanakan dan atasanku menjadi lebih marah. Dia ingin alternatif", ucap Pak Baim panjang lebar lalu ia ikut duduk di bangku sebelah Raisa.

"Jadi, aku butuh bantuan mu sekali lagi", ucap pak Baim lagi meminta bantuan Raisa

"Apa yang bisa saya lakukan pak?", tanya Raisa.

"Semua orang punya rahasia, aku juga punya dan begitu juga dengan mu. Periksa laptop Dewa, jika bisa ponselnya juga", pinta pak Baim dengan wajah memelas

"Aku merekan video itu karena kamu ingin melihat bagaimana acaranya. Jika tahu apa yang kamu lakukan--", ucapan Raisa di potongan oleh Pak Baim.

"Kamu serius? Bukan kah kamu pintar? Jika untuk itu aku tidak akan menjadikannya rahasia. Kamu tidak pernah memikirkan itu? Kamu sudah tahu tapi kamu memutuskan pura-pura tidak tahu. Benar kan?", tanya Pak Baim sambil lebih mendekat kan dirinya dengan Raisa. Raisa mendengar itu hanya bisa terdiam.

"Untungnya hanya aku yang tahu kamu merekam video itu", ucap pak Baim sambil menepuk pelan paha Raisa. Dan itu membuat Raisa semakin takut dengan Pak Baim. Dia tidak menyangka kalau sejauh ini ia di peralat oleh Pak Baim untuk menghancurkan seseorang.

"Jika kabar itu tersebar, bukan hanya aku tapi kamu juga akan mendapat masalah. Aku menjaga orang-orangku. Namun, aku harus yakin orang itu setia pada ku", ucap Pak Baim lalu ia berdiri di belakang Raisa.

"Ku harap kamu tidak terlalu lama, karena aku juga tidak punya banyak waktu", sambil menekan pundak Raisa tanda memberi sedikit ancaman, lalu Pak Baim pergi meninggal kan ruangan rapat itu.

Raisa hanya bisa menangis menyesali kebodohan dan kecerobohannya. Lalu ia mengikuti langkah Pak Baim menuju lift.

Saat pintu lift terbuka, ada Helena yang melihat kebersamaan Raisa dan juga Pak Baim yang nampak mencurigakan.

*****

Helena berpapasan dengan Coki saat berjalan di lorong menuju ruangan kerja Tim Manajemen.

"Pak Coki", panggil Helena saat mereka berdua sama-sama ingin melanjutkan perjalanan.

"Iya bu Helena", sahut Coki tersenyum senang karena Helena lebih dulu memanggilnya.

"Jika kamu ada waktu, kamu mau kita makan malam bersama?", tawar Helena, mendengar itu Coki langsung tersenyum senang.

"Tentuu", jawab Coki semangat.

*****

"Ini pertama kalinya kamu memberiku tawaran makan malam", ucap Coki, saat ini Coki dan Helena sedang makan malam di sebuah restaurant Jepang.

"Benarkah?", respon Helena singkat.

"Itu bukan apa-apa. Tapi aku tersentuh", ucap Coki kembali senang.

"Kamu pria yang baik, hari itu--", ucapan Helena di potong oleh Coki.

"Hei aku akui hari itu adalah awal yang buruk. Bukan kah di awal itu awal mula dari penolakan?", tanyanyaZ

"Kamu mendengar kata-kata ku hari itu, agar kamu tahu aku tidak bisa peduli dengan orang lain. Keluarga ku berantakan, begitu pula denganku. Aku tidak punya ketenangan untuk memahami seseorang atau memiliki hubungan. Ku pikir sebagai tata krama, aku harus memberitahu mu di awal", jelas Helena menjelaskan arti sikapnya di awal ketemu dengan Coki saat di lift apartemen.

Coki yang mendengar itu merasa sedih sekaligus senang. Ia senang saat ini Helena mulai memanggilnya dengan sebutan aku kamu, tidak lagi lo dan gue.

"Itu terdengar menyakit kan, maaf sudah menekan mu. Aku mengerti maksud mu. Jadi, mulai sekarang aku tidak akan nelewati batas sebagai kolega", ucap Coki.

"Terima kasih", - Helena

*****

Coki dan Dewa saat ini sedang bermain basket di depan apartemen Coki. Sudah lama mereka tidak melepas penat bersama dengan melakukan olahraga itu.

"Perceraian? Apa lo gila? Fix lo gila. Waah. Apa karena dia? Apa lo akan bersamanya setelah bercerai?", ucap Coki menyesali keputusan Dewa.

"Bukan gitu", potong Dewa.

"Lalu kenapa bercerai? Lo membuat kesalahan dalam hidup. Gue akan memaklumi kalau untuk sesaat dan menyebut itu hubungan singkat. Maka lo harus menebusnya seumur hidup lo. Jujur aja. Pasangan menikah mana yang tidak pernah mengalami krisis? Mereka semua melupakannya. Walaupun gue lajang tapi gue juga paham--", Coki merasa sangat kesal dengan sikap dan keputusan Dewa.

"Gue sudah mencobanya. Gue ingin melakukan itu. Tapi, setiap melihatnya, hati ku sedih. Jadi gue ngga bisa menghadapi Lala", Dewa menjelaskan perasaannya saat ini dengan Lala. Coki yang mendengar itu pun sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Dia benar-benar merasa Dewa adalah orang paling bodoh yang menyia-nyiakan Lala.

"Ada apa? Apa yang ada dalam dirinya yang membuat lo seperti ini?", tanya Coki mengenai selingkuhan Dewa yang bisa membuat Dewa berpaling dari Lala.

"Lo tahu, itu seperti rahasia memalukan yang gue simpan sendiri. Dan dia kebetulan tahu dan itu anehnya membuat gue lega", ujar Dewa mengingat kisahnya yang lalu dengan Yona.

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang