Bab 12

146 8 0
                                    


Di toilet restaurant itu, "Lo melihatnya bersama wakil presdir Rangga?" tanya Soraya kepada Yuli yang sedang merapihkan riasannya di depan cermin lebar di dalam toilet.

"Iya, rasa gue gak pantas bersikap seperti itu di depan umum kan?" Yuli menyahuti ucapan Soraya yang sedang mencuci tangannya di wastafel.

"Tepat sekali ckck" Yuli berdecak mengingatnya.

"Siapa tadi namanya? Yona ya? Siapa yang menduganya, kita ngga bisa menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya saja" ucap Soraya panjang lebar. Helena yang ingin memasuki toilet, menghentikan langkahnya, saat ia mendengar dari dalam ada seseorang yang sedang membicarakan Yona rekan satu timnya di tim manajemen.

"Yap, gue ngga pernah menyangka kalau dia orang yang seperti itu" dengan nada merendahkan Yuli menyampaikan isi pikirannya mengenai Yona. Helena yang sudah tidak tahan mendengarnya, memutuskan untuk masuk saja ke dalam toilet.

"Kalau kalian membicarakannya di toilet, padahal tahu rekan kerja lain bisa saja mendengarkannya, apa kalian sengaja melakukannya agar dia bisa mendengar kalian?" tanya Helena kepada Soraya dan Yuri seraya berjalan memasuki toilet dan langsung menuju cermin. Soraya dan Yuli langsung terlihat salah tingkah mendengar ucapan Helena barusan.

"Kalian harus berhati-hati membicarakan rumor yang belum tentu kebenarannya" ujar Helena kembali memperingatkan Soraya dan Yuli.

"Kami hanya--" Soraya ingin membela dirinya tetapi dengan cepat Helena memotong ucapannya. "Menurut kalian bagaimana jika wakil presdir Rangga mendengarkan semuanya" ucap Helena lalu mengoleskan lipstick di bibirnya untuk melakukan toch up.

"Maafkan kami bu" ucap Yuli kepada Helena, lalu ia mengajak Soraya untuk segera meninggalkan toilet itu. Helena hanya membiarkan mereka untuk pergi.

"Kamu bisa keluar sekarang" seru Helena kepada seseorang di dalam bilik toilet. Nyatanya ia tahu kalau Yona sedang berada di toilet saat ini. Lalu Yona membuka pintu bilik toilet itu dan berjalan pelan menuju wastafel dimana ada Helena disitu.

"Apa kamu melakukan kejahatan makanya terus bersembunyi di dalam?" tanya Helena ke Yona.

"Terimakasih ya bu" ucap Yona tulus ke Helena, ia merasa sudah merasa terbela oleh Helena dari nyinyiran orang-orang di kantornya itu.

"Ngga perlu berterima kasih, aku juga salah satu orang yang bergosip. Urusan pribadimu bukan urusanku, tapi kamu harus berhati-hati jika itu menyangkut urusan rumah tangga orang lain" Helena mencoba menasehati Yona dengan apa yang menjadi topik pembicaraan rekan-rekan di kantornya. "Astaga, itu terdengar seperti merendahkan" sambungnya lagi sambil berjalan keluar meninggalkan Yona yang masih berdiri mematung di dalam toilet.

Lala dan Raisa berjalan kaki menuju minimarket yang tak jauh dari tempat dimana restauran yang tadi mereka gunakan untuk makan malam berada. Mereka memasuki mini market itu dan mengambil 2 botol air mineral dan juga beberapa cemilan. Mereka pun duduk di bangku yang sudah disediakan pihak minimarket dihalamannya.

"Raisa, pernah ngga lo mengalami" Lala menjeda ucapannya, sambil berpikir apa ia harus menceritakan masalahnya ke Raisa. Yang mana notabene sebenarnya bisa saja Raisa yang menjadi selingkuhan suaminya kalau berdasarkan isi pesan teks yang ia terima tempo lalu.

Raisa masih terus menatap Lala sambil mendengarkannya. "Pernah ngga lo mengalami perasaan seseorang yang udah lo kenal baik, tiba-tiba menjadi asing?" Lala melanjuti pertanyaannya. Lala menoleh ke Raisa, ingin tahu bagaimana respon Raisa.

"Hmm entahlah" jawab Raisa sambil tertawa yang diikuti dengan tawa Lala juga.

"Gue kayaknya lelah dan ngantuk juga makanya bisa menanyakan hal aneh seperti itu" ucap Lala kembali sambil tersenyum.

"Bukankah sebuah kesalahan jika kita berani berpikir bahwa kita mengenal orang lain dengan baik?" dengan pelan Raisa masih menanggapi ucapan Lala yang sebelumnya.

Lantas membuat Lala yang sedang memandang lurus ke depan mengalihkan pandangannya ke Raisa. "Kita menganggap sebagian sifat orang yang kita lihat adalah sifat mereka yang sebenarnya" Raisa masih melanjutkan ucapannya. Hening, Lala belum menanggapi ucapan Raisa.

"Bukankah kita semua, setidaknya memiliki satu rahasia yang kita sembunyikan dari orang lain" tutur Raisa kembali yang masih tetap di tatap Lala. Lala bingung mengapa Raisa bisa mengatakan seperti itu.

"Begitukah?" hanya itu tanggapan Lala sambil tersenyum sedikit di paksakan.

"Bukankah itu yang terjadi sama lo?" tanya Raisa kembali kepada Lala. Lala yang mendengar itu pun terkejut, bagaimana bisa Raisa seperti mengetahui kalau saat ini ada sesuatu yang sedang ia tutupi atau rahasiakan.

Apa Raisa yang mengiriminya pesan teks saat tengah malam hari itu?

"Bu Lala, Bu Raisa, ayo masuk lagi, kita akan mengakhiri acaranya" Stefan ternyata memecahkan kecanggungan yang sedang dirasakan Lala. Memberi tahu kalau acara makan malam pertemuan dengan pak wakil presdir rangga akan selesai. Raisa dan Lalu pun meninggalkan minimarket itu dan berjalan mengikuti langkah Stefan untuk kembali menuju restauran.

Saat keluar dari restauran, Dewa melepaskan genggaman tangannya dari Lala. "Aku mengantarkan pak Rangga pulang dulu ya yang, kamu gapapa kan pulangnya sendiri?" tanya Dewa ke Lala seraya pamit untuk mengantarkan wakil presdir terlebih dahulu.

"Iya yang gapapa kok, pergilah" Lala tersenyum manis ke Dewa, tidak ingin terlihat seperti istri yang posesif.

"Yauda yang kamu pulanglah, hati-hati ya" ujar Dewa sambil menyetop sebuah taksi yang sedang melintas di depan mereka. Dewa tetap ingin memastikan keselamatan istrinya untuk pulang ke apartemen.

"Oke yang, kamu jangan macam-macam ya, sampai ketemu di kamar sayang" ujar Lala seraya memeluk Dewa sambil tertawa sebelum meninggalkan Dewa dan menaiki taksi yang sudah menunggunya untuk masuk.

Dewa membuka kan pintu mobil di bagian belakang untuk mempersilahkan Pak Rangga masuk. "Hati-hati di jalan pak" ucap Dewa sambil menutup pintu mobil itu setelah Rangga masuk dan duduk di kursi penumpang. Ternyata Dewa tidak mengantarkan Pak Rangga untuk pulang, tidak seperti yang ia katakan tadi dengan istrinya. Lalu Dewa berjalan menuju parkiran dan menaiki mobilnya bergegas untuk pergi meninggalkan restauran.

Ternyata taksi yang di tumpangi Lala tadi masih berhenti tidak jauh dari restauran berada, ia melihat sendiri kalau Dewa tidak mengantarkan Pak Rangga pulang, dan Dewa memasuki mobilnya sendiri. Lantas Lala meminta sang sopir taksi untuk mengikuti mobil Dewa. "Pak, tolong ikuti mobil depan yang baru saja melintasi kita" ucap Lala kepada sopir taksi dan di iyakan oleh sang sopir. Dengan perasaan khawatir, kecewa, gelisah, campur aduk Lala tidak tenang di dalam taksi itu.

Sambil mengemudi, Dewa mengambil handphonennya dan mengetikkan sebuah pesan "Aku sedang dalam perjalanan" lalu mengirimkannya. Tidak lama mobil Dewa pun sampai di depan sebuah hotel bintang 5 di kawasan Jakarta. Ia berhenti dan menyerahkan kunci mobil ke valey parking untuk memarkirkan mobilnya. Lala yang melihat mobil suaminya berhenti di depan sebuah hotel dan dengan jelas melihat Dewa berjalan memasuki mobil itu pun tampak tak menyangka.

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang