Bab 50

86 5 0
                                    

Raisa berjalan menuju toilet, ia bertemu dengan Lucky yang sedang berjalan tergesa gesah ke arahnya.

"Sa, aku di telfon pengasuh anak kita, mengabarkan kalau Yoga terluka dan saat ini sudah di bawa ke UGD", Raisa yang mendengar itu langsung melangkahkan kakinya cepat kembali ke meja dimana timnya makan tadi untuk mengambil tas dan juga berpamitan dengan yang lain.

"Bu Helena, terjadi sesuatu dengan anak-anak di rumah, jadi aku harus pergi sekarang", cepat Raisa berpamitan dan keluar meninggalkan restaurant sebelum Helena sempat bertanya.

"Lo duduk di meja yang salah, bukan kah seharusnya lo di sana?", ucap Helena saat Coki tiba-tiba saja sudah duduk di sampingnya.

"Ku rasa ada antrian panjang dengan banyak orang di depan ku. Kamu tinggal di mana?", tanya Coki mengabaikan ucapan Helena yang sebelumnya.

"Di hotel?", tanya Coki lagi yang masih penasaran di mana saat ini Helena tinggal setelah sudah tidak pernah terlihat di apartemen yang sama dengannya sebelumnya. "Senior ku akan bekerja di luar negeri selama sekitar enam bulan dan rumahnya akan kosong. Dia meminta ku memakainya jika aku mau, tapi tidak ada gunanya untuk ku. Beritahu aku jika kamu membutuhkannya", Coki berucap panjang lebar.

"Kenapa? Jika gue sedingin itu sama lo, gue akan tersinggung. Ini menyangkut dengan harga diri", ucap Helena tetap dengan nada ketusnya ke Coki.

"Tidak, bukan begitu. Aku hanya ingin menunjukkan kebaikan sebagai kolega. Lebih dari kebaikan sederhana", Coki berdehem sebelum melanjutkan kalimatnya. "Pada awalnya, sejujurnya, aku hanya penasaran. Iya aku hanya penasaran. Tapi, aku mulai menyukai mu. Aku tidak bisa menjelaskannya dengan cara lain", seketika itu juga Helena menolahkan pandangan ke Coki dan menatapnya lekat. Membuat situasi Coki canggung, tetapi untungnya tidak dalam Lala kembali ke meja itu setelah balik dari toilet. Dan itu membuat suasana canggung sedikit berkurang.

"Kalian lagi ngobrolin apa?", tanya Lala yang membuat Coki hanya senyum-senyum saja,

*****

Sesampainya di rumah sakit, Lucky Raisa berlari menuju ruangan IGD.

"Ibuuuu", panggil Yoga setelag melihat ayah ibunya berlari kearahnya.

"Kamu baik-baik saja?", tanya Raisa saat melihat dan menyentuh pelan kepala Yoga yang di perban.

"Aku di jahit dengan jarum. Bukan kah itu keren?", ucap Yoga sumringah. Ia merasa kalau laki-laki pernah di jahit di tubuhnya adalah hal yang keren. Sedangkan Sony yang juga terluka hanya berbaring di brankar dengan lemas.

"Maaf Bu Raisa, ku kira mereka akur-akur saja, tapi dahinya terluka saat bermain dengan pedang mainan", buru-buru pengasuhnya Yoga dan Sony meminta maaf.

"Kami tahu betapa terkejutnya kami? Untuk sementara ini, jangan bermain dengan pedang mainan", ucap Lucky kepada Yoga untuk memperingatkannya.

Raisa mensejajarkan tubuhnya dengan Yoga yang saat ini duduk di atas brankar.

"Ini keren, luar biasa, karena kejadian ini ibu ada di sini. Apa kalian akan bercerai bu?", tanya Yoga dengan nada imutnya.

"Apa? Kamu tahu cerai itu apa?", tanya Lucky terkejut.

"Kata teman sekolah ku, kalau para ibu dan ayah hidup terpisah itu artinya mereka akan bercerai", Yoga menjelaskan ke Lucky arti cerai yang ia ketahui.

"Bukan begitu sayang", ucap Raisa lembut. "Beri ibu tujuh hari lagi. Ibu akan pulang segelah tujuh malam", ucap Raisa.

"Benarkah?", tanya Lucky dan Yoga bersamaan dengan nada gembira.

"Asiikkkk", seru Yoga bersemangat begitu pula dengan Lucky.

"Ayah senang kamu terluka", ucap Lucky pelan sambil membelai rambut Yoga. Ucapan Lucky itu pula tidak luput dari pendengaran Raisa. Pasalnya Lucky senang karena Yoga terluka, Raisa memutuskan untuk kembali ke rumah walaupun masih harus menunggu selama tujuh hari lagi.

"Maksudnya, ayah senang ini tidak lebih parah. Bagimana jika lebih buruk dari ini? Astaga kamu menggemaskan sekali", ralat Lucky cepat-cepat saat mendapat pelototan mata dari Raisa.

"Aku coco kan yah memakai perban", tanya Yoga senang yang di jawab anggukan kepala oleh Lucky.

Melihat kesenangan Yoga dan Lucky saat mengetahui dirinya akan pulang tujuh hari lagi, membuat Raisa kembali teringat dengan janin yang saat ini ia kandung. Perlahan ia mengusap lembut perutnya.

*****

"Aku akan mengantar mu", ucap Pak Rangga kepada Yona saat semuanya akan pulang setelah habis dari makan malam perusahaan. Dan itu membuat orang-orang memperhatikan Yona dan juga pak Rangga.

"Selamat tinggal semuanya, kami deluan ya", ucap pak Rangga kepada karyawan-karyawannya.

"Iya pak hati-hati di jalan", jawab mereka kompak.

Pak Rangga dan Yona pun masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu di depan restaurant. Yang di bantu Dewa membuka kan pintu mobil itu.

"Wahhh mereka pergi bersama", ucap Rini. "Menurut mu dia akan segera menjadi eksekutif? Aku sangat iri?", ucap Rini ke Helena.

"Sama aku juga", ucap teman yang lain menimpali perkataan Rini.

"Gue balik deluan", ucap Helena ke Rini.

"Lo mau ke mana?", tanya Rini menahan tangan Helena yang akan pergi. Begitu juga dengan Coki yang ingin menahan kepergian Helena.

*****

Di dalam mobil, Pak Rangga menggenggam lembut tangan Yona.

"Kamu sudah bekerja dengan baik", ucapnya ke Yona yang dibalas anggukan oleh Yona.

*****

"Lala akan menjadi manajer di Tim Manajemen ini untuk sementara. Kita akan bekerja sama selama masa peralihan, tapi mulai sekarang, kalian bisa melapor padanya mengenai semua proyek kita", ucap Dewa saat memimpin rapat Tim Manajemen.

"Baik pak", jawab yang lainnya setuju.

"Itu saja", Dewa mengakhiri rapat dan meninggalkan ruangan di ikuti dengan yang lainnya.

"Helena", ucap Dewa sebelum benar-benar meninggalkan ruangan memanggil Helena.

"Iya pak?", Helena menghentikan langkahnya.

"Aku berpikir untuk membiarkan Yona memilih hadiah untuk pelanggan setia kita", ucap Dewa hati-hati setelah melihat yang lainnya sudah keluar dari ruangan rapat itu.

"Kita langsung menerima polling jika menyangkut hadiah pelanggan. Tidak kah menurut mu itu berlebihan kalau harus menyerahkan pilihan dengannya?", tanya Helena.

"Yona harus belajar bertanggung jawab lebih cepat dari orang lain", ucap Dewa.

"Baik lah kalau begitu pak", jawab Helena.

"Aku yang akan bertanggung jawab. Jika di biarkan terpisah, dia akan tempak lebih di sukai. Mungkin kita harus memasukkannya ke dalam proyek ku", ucap Lala tiba-tiba saja kembali memasuki ruangan rapat. Sebelum benar-benar pergi tadi Lala sempat mendengar sekilas dan itu membuat ia tidak jadi meninggalkan ruangan.

"Baik lah, kami harus menuruti perkataan mu La. Tolong ambil alih lah", ucap Dewa mau tidak mau setuju dengan Lala karena saat ini jabatan Manajer di tanggung oleh Lala.

*****

Saat Dewa sedang membereskan barang-barang di ruangan Manajernya untuk di bawa pindah ke ruangan lain, Raisa mengetuk pintu meminta izin untuk masuk.

"Masuk lah", jawab Dewa dari dalam. Raisa membuka pintu ruangan itu dan memasukinya.

"Pak Dewa, aku ingin mengambil cuti tiga hari, dan aku tidak tahu apakah aku harus memberitahu mu atau bu Lala", tanya Raisa.

"Kamu sudah memutuskan?", tanya Dewa.

"Iya sudah pak", jawab Raisa mengangguk.

"Baik lah. Nanti aku yang akan memberitahu Lala. Jika kamu butuh waktu lebih lama, kamu bisa cuti beberapa hari lagi", ucap Dewa.

"Terima kasih pak sudah merahasiakan ini sampai hari ini", ucap Raisa berterima kasih dan Dewa hanya menganggukan kepalanya saja.

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang