Bab 54

44 2 0
                                    

Yona mengecek komputer kerjanya dan membuka sebuah pesan yang baru saja masuk. Lalu Yona kembali berjalan menghampiri meja kerja Lala.

"Bu, baru saja bu Rini memberitahu ku mengenai ahli parfum bernama Miss Lee, yang pernah bekerja dengan kita untuk kolaborasi parfum. Dia penerima anugerah ahli parfum baru pada penghargaan tahun lalu, jadi itu akan menjadi promosi yang baik", ucapnya kembali memberi tahu Lala mengenai progres hadiahnya.

"Periksa apakah kita bisa membuat sampel. Aku tidak bisa berbahasa Prancis. Yang ku tahu Miss Lee hanya bisa berbahasa Prancis", ucap Lala dengan nada datar dan melihat ke Yona sekilas. Lalu Lala mengambil gagang telepon di meja kerjanya untuk menghubungi seseorang.

"Halo saya Lala dari Tim Manajemen PT. Future Bright. Bu Rini sudah mengubungi? Baiklah pak, akan saya kirim kan via email. Iya pak. Itu saja. Terima kasih", Lala menutup panggilan teleponnya setelah menghubungi Pak Keenan asisten dari Miss Lee yang ia kenal.

"Sepertinya Bu Rini sudah menelepon. Spesifiknya bisa di kirim via email ke alamat ini", Lala menyerahkan secarik kertas yang di beritahu Pak Keenan tadi melalui sambungan telepon. "Kamu bisa mengirim email dalam bahasa Inggris", lanjutnya lagi.

"Iya bu", Yona mengambil kertas yang di berikan Lala itu.

"Tunjukkan emailnya padaku sebelum kamu mengirimnya", ucap Lala lagi.

"Baik bu", Yona meninggalkan meja kerja Lala dengan hati gelisah karena sedaritadi Lala berbicara dengan nada datar dan hanya sekilas saja melihat ke dirinya saat berbicara.

Yona kembali berjalan menuju meja kerjanya. Ia mulai mencari di internet bagaimana cara menulis email dalam bahasa inggris. Segera Yona mempelajarinya dengan serius agar ia bisa mengerjakan tugas yang di berikan Lala.

Sebelum jam pulang kerja, Yona kembali mendatangi meja kerja Lala dengan memberikan hasil dari ia menulis email dalam bahasa Inggris yang sudah dalam bentuk print-an. Lala pun mengeceknya.

"Kirim kan dalam bentuk file pada ku", ucap Lala.

"Baik bu", Yona segera kembali ke mejanya dan mengirimkan email itu ke Lala.

"Aku sudah merevisi email mu. Kirim kan itu", ucap Lala sebelum berjalan akan meninggalkan ruangan.

"Iya bu baiklah", jawab Yona. "Aku minta maaf bu, aku sudah membuat bu Lala lembur", katanya saat melihat Lala sudah bersiap untuk pulang.

"Kamu pernah bilang, ada semacam kualifikasi. Kamu benar. Staff di tim kami harus sering menghubungi orang asing. Kami membutuhkan keterampilan komunikasi dasar bahasa Inggris. Dengan kata lain kamu di tim kami adalah karena perlakuan khusus", ucap Lala sinis dengan bibir yang ditarik sedikit. "Steven bergabung enam bulan sebelum kamu, dan tugasnya masih membantu sana-sini. Kami seharusnya tidak memberi orang baru proyek sebesar ini. Itu juga perlakuan istimewa untuk mu yang tidak akan pernah kamu miliki kecuali karena kamu adalah putri dari Pak Rangga. Itu kualifikasi mu. Jadi kamu tidak perlu meminta maaf. Kamu di sini karena memenuhi syarat. Ku rasa kamu juga ingin bersikap seperti orang baik. Hentikan. Itu membuat ku merasa tidak nyaman", ucapan Lala begitu pedas menohok Yona yang hanya bisa menunduk kan kepala sedari tadi mendengar itu semua.

*****

Raisa saat ini sudah berbaring di ruang operasi. Dia sudah bertekad untuk menggugurkan kandungannya. Saat para dokter sedang menyiapkan alat-alat, dan saat dokter ingin memberikan suntikan bius ke Raisa. Raisa seketika duduk dari brankar.

"Maaf dok, aku ngga bisa melakukan ini", ucapnya kepada dokter itu.

"Pak bapak tidak boleh masuk ke sana", terdengar keributan dari luar ruangan operasi.

"Istri ku, di mana istriku?", terdengar suara laki-laki yang berteriak memanggil istrinya.

Lalu pintu ruangan operasi Raisa di buka dari luar, terlihat Lucky yg menerobos masuk sedang berusaha di tahan oleh beberapa perawat.

"Sayang", ucapnya begitu melihat Raisa.

"Kenapa kamu di sini?", tanya Raisa menghela nafasnya begitu melihat Lucky.

"Ayo keluar dari sini. Mari kita bicara di tempat lain", Lucky mendekati Raisa dan ingin membantunya turun dari atas brankar.

"Sayang", Raisa memelas ke Lucky.

"Ayo ikut dengan ku", Lucky mencoba menarik lembut tangan Raisa.

"Lepas kan aku", Raisa berusaha melepaskan tangan Lucky dari pergelangan tangannya.

"Ikut saja dengan ku", mau tidak mau Raisa mengikuti perintah suaminya itu.

Lucky mengajak Raisa untuk duduk di sebuah cafe yang tidak jauh dari rumah sakit untuk berbicara.

"Aku tidak bisa menghubungi mu", Lucky memulai obrolan. "Jadi, aku pergi ke apartemen mu, aku menemukan buku harian ibu hamil. Aku sangat bingung hingga menelepon rumah sakit. Mereka bilang kami ada janji hari ini. Tapi itu untuk operasi. Teganya kamu tidak mau memberi tahuku--", nada Lucky berbicara sudah mulai tidak stabil dan Raisa segera memotongnya.

"Jika aku memberitahu mu, kamu pasti mau mempertahankannya", ucap Raisa yakin.

"Teganya kamu mengaborsi bayi", sanggah Lucky.

"Karena aku tidak berniat melahirkannya", jelas Raisa lagi.

"Jadi ini alasan kamu pindah?", tanya Lucky.

"Mudah mengatakan kita harus mempertahankannya. Kamu bisa bersikap sok baik dan bilang kita akan menjaganya bersama-sama. Bagimana setelah itu? Apa yang akan terjadi? Aku yang harus mengurus semuanya. Aku--", Raisa berbicara dengan datar.

"Ini anak kita. Aku mungkin bodoh, tapi seharusnya kamu mendiskusikannya dengan ku. Teganya kamu. Kenapa kamu jadi sangat menakutkan Raisa. Aku tidak tahu kalau kamu begitu menakutkan", Lucky merasa sangat kecewa dengan keputusan Raisa ingin menggugurkan bayi mereka yang tidak bersalah dari rahimnya. Lucky memutuskan meninggalkan Raisa di cafe itu setelah ia sudah tidak sanggup untuk berkata-kata lagi dengan Raisa. Raisa mencoba menarik pergelangan tangan Lucky tetapi tidak sampai, Raisa hanya bisa menangis melihat kepergian Lucky. Ia benar-benar merasa sangat bersalah dengan keputusannya.

*****

Weeken ini Helena memutus kan untuk pindah ke rumah kontrakan yang baru. Dengan susah payah ia menggeret koper dan tas besar yang berisi penuh barang pribadinya. Setelah sudah sampai di depan rumah kontrakan ia segera membuka kunci pintu rumah itu.

"Akhirnya sampai jugaaa", teriaknya senang saat menduduki sebuah sofa yang memang sudah ada di dalam rumah kontrakan itu.

*****

Sedangkan bagi Dewa dan juga Lala, weekend ini mereka isi dengan mengatur janji dengan keluarga Pak Rangga untuk makan siang bersama. Lala memutuskan untuk melepaskan cincin pernikahannya dengan Dewa setelah sudah bertahun-tahun sama sekali tidak pernah ia lepas kan.

Dewa dan Lala berjanji untuk bertemu di tempat langsung.

"Kenapa kamu menyetujui makan malam ini?", tanya Dewa ke Lala, saat ini mereka masih menunggu kedatangan Pak Rangga dan istrinya.

"Jangan salah paham, aku di sini bukan demi kamu", jawab Lala.

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang