Bab 72

59 5 0
                                    

Coki: Ayo, janji ya

Helena yang mendapat balasan seperti dari Coki juga ikut tersenyum. Ia sangat senang dan baru menyadari kalau ia selalu merasa nyaman apabila sedang berada di dekat Coki.

*****

"Helena, apa kamu yang bertanggung jawab atas kesepakatan kita dengan bu Fiona?", tanya Lala saat baru selesai mematikan sambungan telfonnya dengan pihak produksi.

"Bukan bu, Yona yang, maaf, bu Yona yang bertanggung jawab untuk itu", Helena meralat sebutannya untuk Yona karena saat ini Yona adalah atasannya dari divisi yang berbeda.

"Bu Yona di pindahkan ke Tim Prestise. Helena bisakah kamu yang menyelesaikannya sebelum jam makan siang hari ini?", titah Lala. Padahal Yona saat ini sedang berada di ruangan tim management untuk mengemasi barang - barangnya, namun yang lainnya hanya mengabaikan dirinya.

"Aku saja bu yang akan menyelesaikannya sebelum pergi dari tim ini", sahut Yona memberanikan diri. " Daripada mengganti orang yang bertanggung jawab, aku pikir lebih baik diriku sendiri". Lala mengabaikan ucapan Yona.

"Nanti kita akan keluar setelah jam makan siang bersama dengan tim komunikasi, jadi bersiap lah", seru Lala dan melanjutkan pekerjaannya.

"Stevan, tanyakan perencanaan bisnis jika mereka sudah meninjau kontrak yang kita beri", pinta Lala. Yona semakin mati kutu berada di ruangan itu karena tidak ada yang memperdulikannya.

*****

Yona ikut bersama tim management juga tim komunikasi untuk menyelesaikan pekerjaan yang masih menjadi tanggung jawabnya sebelum memulai bekerja di tim prestise.

"Bukannya itu pak Dewa?", seru Steven yang melihat Dewa berdiri di pinggir jalan tidak jauh dari kantor bu Fiona.

Yona dan Lala juga melihatnya, namun Lala lebih dulu berjalan menghampiri Dewa. Di ikuti Steven dan Yona.

"Apa yang membawa kamu kesini?", tanya Lala ke Dewa.

"Di mulai dengan ini, semua kontrak bisnis dengan mitra yang terkait tim manajemen, akan di tangani oleh tim pemasaran", tukas Dewa. Diam - diam Yona tersenyum tipis mendengarnya

"Tim pemasaran tidak memiliki wewenang untuk keputusan seperti itu tanpa berdiskusi".

"Tapi semua itu udah perintah dari pak Rangga", mendengar itu Steven merasa sangat kecewa dengan aturan kerja di PT Future Bright.

"Pak Dewa, kami minta maaf, kami masuk jalan yang salah tadi", tim komunikasi juga Coki berlari menghampiri Dewa.

Lala masuk ke kantor bu Fiona di ikuti dengan yang lainnya. Lala tetap akan menyelesaikan tugasnya, tidak akan menyerahkan begitu saja pada tim pemasaran yang saat ini di pimpin oleh Dewa.

*****

Lala memasuki toilet untuk memperbaiki riasannya, ternyata Yona juga menyusulnya dan mengunci pintu toilet, agar ia bisa berdua aja dengan Lala di dalam. Lala yang melihat itu segera berjalan menuju pintu untuk keluar.

"Aku tidak merencanakannya", Lala berhenti menoleh ingin mendengar apa yang sebenarnya ingin Yona sampaikan padanya.

"Aku ingin mati berkali - kali saat mengetahui ibu ku sakit. Karena bagi ku hidup terasa sulit setelah itu. Juga karena aku tidak punya alasan untuk tetap hidup. Aku masih bertahan hidup karena ibu ku. Tapi terkadang, aku ingin menjadi egois dan bunuh diri. Tapi setelah sku bertemu dengannya, aku menemukan alasan untuk hidup. Itu pertama kalinya aku merasa senang karena masih hidup. Itu sebabnya. Jadi itu bukan alasan tapi itu sebabnya aku melakukannya", ucap Yona panjang lebar.

"Ya, tidak perlu banyak alasan. Jangan memakai alasan karena ibu lo. Hal seperti itu dapat hancur dengan mudah, lo ngga akan pernah tahu kapan Dewa akan bertemu dengan orang lain seperti lo. Ibu lo juga pasti sangat kecewa kalau tahu anaknya menjadi perusak rumah tangga orang", Lala ingin membuka pintu toilet namun saat akan membukanya, kunci otomatis itu tidak bisa terbuka. Alhasil membuka Yona dan Lala terkunci di dalam toilet.

Lala menghubungi Steven untuk segera memberitahu karyawan agar bisa membukanya sekarang.

Dewa yang mendengar kabar itu juga mengikuti Steven untuk menolong Lala.

"Aku minta maaf, sepertinya sensor pintunya rusak", ucap karyawan bu Fiona di kantor itu.

"Kita harus segera memanggil tukang pintu untuk membetulkannya segera", ide Coki.

"Berapa lama waktu yang di butuh kan?", tanya Dewa lagi.

"Mungkin sekitar 20-30 menit pak".

Steven dan Coki menghela nafas mendengarnya.

"Sabar ya bu, pintunya akan segera di perbaiki mungkin membutuhkan waktu 20-30 menit. Pasti sangat pengap berada di dalam selama itu", Steven menghubungi Lala melalui sambungan telfon. Karena sensor pintu terlalu lama mati, menyebabkan lampu dan exhaust fan ikut mati.

"Berhenti lah berpura - pura menyedihkan dan coba tarik nafas perlahan - lahan agar tidak merasa sesak saat di situasi seperi itu", ujar Lala yang masih ada rasa perduli kepada Yona yang terlihat sesak nafas. Namun Yona tidak mengindahkannya.

Ceklek

Akhirnya terdengar suara kuncian pintu yang terbuka. Pintu terbuat dari besi yang membuat pintu itu tidak bisa di buka dengan sembarang dobrak.

Terlihat Dewa yang pertama kali memasuki toilet itu. Ia sedikit ragu harus menghampiri siapa terlebih dahulu, keduanya sama - sama terlihat seperti kehabisan nafas. Namun Coki segera mendorong tubuh Dewa, gegas menghampiri Lala dan membawanya keluar dari toilet.

"Apa kamu masih bisa bertahan?", tanya Coki ke Lala.

"Iya, aku baik - baik saja kok, terimakasih Coki", balas Lala tulus mengucapkan terimakasih pada Coki. Dewa yang melihat itu masih terdiam di tempatnya berdiri, tidak juga menolong Yona. Melihat itu Steven yang bergegas masuk untuk menolong Yona dan memapahnya keluar.

****

Steven merasa ada kecanggungan sepanjang perjalanan di dalam mobil bersama dengan Lala dan juga Yona. Ia berinisiatif memutarkan musik agar keheningan yang terjadi bisa hilang. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan Lala saat ini.

Sedangkan di mobil lain, Dewa bersama dengan Coki.

"Apa lo harus bereaksi seperti tadi?", tanya Coki. "Lala juga hampir kehabisan nafas, meskipun lo di butakan cinta olehnya, itu perasaan yang ngga seharusnya. Itu ngga benar".

"Seseorang berkata bahwa lebih baik menjadi benar - benar buruk, daripada menjadi agak buruk. Yang terbaik untuk Lala akan aku perjelas nantinya".

*****

"Minum lah ini", Dewa memberikan minuman hangat untuk Yona. Ia mendatangi apartemen Yona malam ini untuk melihat kondisinya.

"Bisa kah kamu tetap bersama ku malam ini?", tanya Yona meminta Dewa untuk menginap saja di apartemen bersamanya.

"Baik lah", Yona tersenyum mendengar jawaban Dewa.

*****

"Permisi bu, bu Lala dari tim Manejemen ingin menemui ibu", ucap sekeetaris bu Irma pagi ini di ruangannya.

"Yasudah suruh dia masuk", bu Irma tersenyum menyambut Lala dan memintanya untuk duduk.

"Apa ini?", tanya bu Irma mengambil berkas yang di serahkan Lala.

"Saya yakin ibu tahu akan hal ini. Tapi pak Rangga menciptakan tim prestise untuk mengambil kredit pendapatan dari client tim manajement kami", ucap Lala.

"Jadi kamu menyarankan aku agar membuat keanggotaan client yang lebih tinggi untuk memberinya pelajaran?", Lala mengangguk.

"Haha itu lucu aku menyukainya", bu Irma tersenyum senang menatap Lala.

"Apa ini cara mu untuk kembali ke pak Dewa?", tanya bu Irma lagi namun Lala tidak menjawabnya.

"Ah aku paham. Maaf membahas hal pribadi. Jadi kamu ingin aku bertarung melawan pak Dewa untuk mu?".

"Ibu bisa meminta apapun dari saya, saya akan sangat berguna untuk tim ibu nantinya", ucap Lala percaya diri.

"Hmmm kamu harus memiliki tim untuk menjalankan rencana ini", tukas bu Irma yang sudah mengerti bagaimana cara melawan tim pak Rangga yang ada Dewa di dalamnya. Bu Irma menghubungi seseorang melalui ponselnya.

"Halo, tim Manajemen saat ini membutuhkan direktur yang baru dan yang sangat kuat. Jadi segera lantik Lala sebagai direktur yang baru", ia langsung mematikan sambungan telfonnya.

"Lihat kan. Sekarang tugasmu yang mengatur bawahan mu", senyum bu Irma.

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang