Bab 34

247 11 0
                                    

"Kamu menungguku", ucap Coki dengan senyum sumringan karena melihat Helena masih berdiri di depan pintu kafe.

"Gue bisa menyingkirkan di kafe tadi", ketus Helena.

"Apa kamu akan mati jika berterimakasih padaku", tanya Coki masih dengan senyumnya.

"Gue enggak pernah meminta bantuan lo".

"Aku tahu, kamu tampak dalam masalah jadi aku ikut campur. Aku enggak mengira kamu akan marah", sesal Coki.

"Maafkan gue, bagaimana pun terima kasih". Helena pergi berlalu meninggalkan Coki.

"Kamu enggak meminum segelas lagi?", cegah Coki. "Punya kamu tadi belum sempat kamu habiskan".

Helena berhenti dan menoleh ke arah Coki, "Ya udah ayo".

"Kita terus berpapasan", ucap Coki saat mereka sedang menikmati minumannya. "Ini pasti takdir. Kamu benci pria?", tanya Coki karena sedaritadi Helena hanya diam saja.

"Gue menunjukkan kegelisahan karena menerima perhatian yang enggak diinginkan. Kenapa itu menyiratkan gue membenci pria?", tatap sinis Lala ke Coki.

Coki kembali merasa bersalah, "Maaf, biar aku perbaiki, lalu apa kamu membenciku?", tanyanya ulang ke Helena.

Helena langsung menatap tajam Coki.

"Aku tahu, kamu ngga punya pesan baik padaku, karena pertemuan pertama iu di apartemen. Tampaknya kamu sangat dingin jika menyangkut diri ku. Jadi itu membuat aku berpikit, ini bukan cara seseorang memperlakukan rekan kerjanya. Mungkin kamu membenciku".

Helena hanya mengelola nafas dan kembali menoleh ke Coki.

"Aku rasa ada kesalahan, aku akan minta maaf, itu tak akan terjadi lagi. Kamu seperti membuat batasan yang lebih tebal diantara kita". - Coki

"Sepertinya lo mencari teman untuk bermain-main, tapi gue enggak tertarik dengan itu sekarang. Jadi carilah di tempat lain", ucap Lala.

"Kamu tahu, kamu cukup menarik, aku enggak butuh teman buat senang-senang, aku hanya ingin berteman dengan rekan kerja yang ingin aku kenal lebih dekat". - Coki

"Kalau begitu, boleh aku bertanya?", Helena menyesap minumannya sedikit.

Coki tersenyum. "Aku senang kamu punya pertanyaan untuk ku", ucap Coki seraya tersenyum manis ke Helena.

Hari itu pada hari kita bertemu di lift, kamu sengaja menghalangi gue kan?", tanyanya dengan senyum tipis. "Lo tahu sesuatu ya?"tanya Helena dengan tatapan tajam ke mata Coki.

"Aku hanya mengajakmu makan, karena aku lapar", Coki tidak berani menatap Helena lantas yang menundukkan matanya.

Helena melengos melihat respon Coki.

*****

"Hasil CT-Scan menunjukkan ada tumor pada perutnya, kita harus melakukan biopsi. Dia bisa pulang untuk sekarang setelah kami mengambil sampel", ucap dokter yang merawat ibunya dan saat ini sedang ditemui Lala dan juga Dewa.

"Biopsi?", tanya Lala memastikan pendengarannya. Dokter itu hanya menganggukan kepala.

*****

"Maksud dokter itu masih kemungkinan kalau itu kanker. Kita akan tahu lebih banyak setelah biopsi", Dewa mencoba menggenggam tangan Lala untuk menguatkannya.

"Aku akan tetap di sini", ucap Dewa saat mereka sudah keluar dari ruangan dokter.

"Enggak apa-apa, biar aku aja, kamu bisa pulang" - Lala

"Jangan dua hari berturut-turut, kamu bekerja setelah menginap di sini semalaman kemarin, aku akan menemaninya jadi kamu jangan khawatir". - Dewa

"Pastikan ibuku menyetujui biopsi itu". - Lala

Orang Ketiga Dalam Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang