5. Kamar 203

3.6K 71 0
                                    

#bijak-bijak dalam membaca ya, yang masih dibawah umur mending jangan baca. Skip aja.
.
.
.

Tidak Ayana sangka, ia akan mabuk berat seperti ini. Ini semua gara-gara dare sialan yang dibuat Ezra yang pada akhirnya membuat ia meminum vodka sebanyak lima gelas. Walau hanya lima gelas, tentu itu mampu membuat Ayana hampir kehilangan akal sehatnya.

Gadis itu memang nakal dan suka main ke club malam. Tetapi percayalah, ini pertama kalinya Ayana mabuk berat seperti ini hanya karena lima gelas vodka yang diminumnya. Ayana sangat jarang minum alkohol kadar tinggi seperti vodka. Paling mentok mungkin wine dan bir.

Ezra sebenarnya merasa bersalah sudah membuat Ayana mabuk berat, tetapi apalah daya. Lagi pula itu kesalahan Ayana sendiri yang tidak mau memilih truth. Padahal pertanyaannya gampang, cuma menyebutkan siapa yang saat ini Ayana cintai. Namun gadis itu malah memilih dare. Ezra awalnya berniat mengantarkan Ayana ke rumahnya, tetapi ditolak oleh gadis itu.

Dan di sinilah Ayana sekarang, di sebuah hotel mewah yang ada di tengah kota Jakarta. Dengan sedikit kesadaran yang masih tersisa, Ayana memilih tidur di hotel dari pada harus pulang ke rumah dan pada akhirnya hanya akan mendapat kemarahan dari keluarganya karena mabuk-mabukan.

"Hati-hati dong, Mbak!" Tegur seseorang tidak dikenal ketika Ayana menabrak orang tersebut.

"Mau hati-hati, mau nggak juga bukan urusan lo!" Sentak Ayana tidak sopan. Lalu kemudian gadis itu kembali masuk ke dalam hotel menghiraukan gerutuan orang yang ia tabrak barusan.

"Gila! Gede bener ni hotel. Jadi pengen deh punya hotel kek gini. Eh, eh-- Daddy sama Kak Jer kan punya banyak hotel, kalo gue minta satu gak papa kali, ya? Ah, gak papain aja lah." racau Ayana tidak jelas membuat orang-orang di sekitarnya bergidik ngeri melihat tingkah Ayana yang hampir sebelas dua belas dengan orang gila.

"Mbak! Pesen kamar satu!" Ujar Ayana dengan mata merahnya yang merem-melek menatap resepsionis. Sedikit menarik bibir sebelum kembali berucap. "Si Mbak punya kembaran, ya? Kok mukanya ada dua." Ujarnya sambil cekikikan. Itu adalah akibat dari pandangannya yang mulai kabur.

Sepertinya efek alkohol sudah memengaruhi seluruh tubuh dan pikiran gadis itu meski kesadarannya masih sedikit hinggap di kepalanya. Resepsionis itu hanya tersenyum penuh arti tanpa Ayana sadari.

"Ini, Mbak kunci kamarnya." Resepsionis itu memberikan sebuah cardlock. "Mau saya antarkan?" Tawar wanita itu.

Ayana menggeleng singkat. "Gue bukan anak kecil yang suka dianter-anter." Ketusnya lalu berlalu dari sana menuju lift. Mata Ayana sedikit memicing membaca nomor yang ada di cardlock yang diberikan resepsionis itu.

"Kamar 203," gumam Ayana. Lalu setelah itu Ayana bersandar ke dinding lift di belakangnya mencoba menetralisir rasa pusing yang ia rasa begitu sangat menyiksa.

Ting!

Tidak lama kemudian lift pun terbuka. Ayana keluar dengan mata memicing mencari kamar hotel nomor 203. Dan ... ketemu! Ayana tersenyum, dengan bersusah payah gadis itu berjalan kesana. Rasanya ia ingin cepat-cepat tidur dan mengistirahatkan tubuhnya.

Cklak!

Pintu terbuka. Ayana mematung tiba-tiba saat melihat ternyata ada seorang pria yang hanya memakai handuk di pinggang yang berdiri memungginya menampakkan punggung kekar serta tato phoenix di lengan kanan bagian atasnya. Meski samar, Ayana dapat mengenal tubuh itu. Seorang pria yang pertama kali membuat ia jatuh dalam pesonanya.

Julian perlahan berbalik. Wajahnya seolah menampakkan terkejut melihat kedatangan Ayana ke kamar hotelnya. Padahal memang inilah rencananya. "Mengapa kau di sini?" seolah bertanya dengan nada tekejutnya. Biasa, hanya pencitraan agar rencananya berjalan dengan mulus.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang