37. Bayaran

2.7K 57 0
                                    

"Satu jam, tiga menit, dua puluh tujuh detik. Apa aku supir pribadimu yang bebas dibiarkan menunggu selama itu, Nona?"

Kalimat itulah sapaan pertama yang Ayana terima tepat setelah ia mendudukkan diri di jok penumpang. Julian memiringkan kepala menatap malas Ayana sambil mengudarakan asap tembakaunya. Kentara sekali wajah bosannya terlihat menunggu.

Wanita itu hanya tersenyum cengengesan tanpa rasa bersalah. "Maaf."

Julian berdehem singkat tidak mau menanggapi lebih panjang. Ia tahu itu hanya akan membuang waktu. Pria itu segera memutar kunci menyalakan mobilnya dan mulai melaju menjauhi pekarangan rumah membelah jalanan kota Milan.

"Tumben sekali kau pakai Ferrari, biasanya pakai mobil SUV atau paling tidak LGGC." Celetuk Ayana di tengah perjalanan.

"Kita hanya mau jalan santai berdua, bukan untuk perjalanan jauh atau formal. Lebih enak pakai mobil ini." Sahut Julian santai. Siku tangan kirinya menumpu di atas pintu mobil yang kacanya sengaja diturunkan dengan masih mengapit rokok diantara dua jarinya yang sesekali Julian hisap. Sedangkan tangan satunya lagi fokus menyetir.

Sudut bibir wanita itu terangkat mendengar kata 'jalan santai berdua'. Entah mengapa Ayana merasa ini seperti sedang berkencan, atau memang iya?

"Jalan santai? Memangnya kau tidak sibuk? Di rumah itu saja setiap harinya kau menggulung laptopmu terus." Balas Ayana juga.

"Aku sengaja meluangkan waktu untukmu." Ucap Julian datar namun terdengar manis akan maknanya.

"Untukku?" Mata Ayana memicing tidak yakin. Bibirnya kembali berkedut menahan senyum salah tingkah.

Julian berdehem singkat mengiyakan jujur. Sebenarnya masih banyak pekerjaan yang harus dipantau dari laptop akibat dirinya yang tidak masuk kantor dua minggu ini. Hanya saja karena masalah tadi yang membuat Ayana marah, akhirnya Julian pun menyampingkan dulu pekerjaannya.

"Manis sekali mulutmu. Jangan bilang kau juga selalu seperti ini pada Cleo?"

"Dulu iya, sekarang tidak." Jawab Julian tanpa beban sedikit pun akan kejujurannya tanpa menyadari wajah istrinya yang mulai kesal kembali.

"Sekarang tidak? Benarkah? Selama Cleo di rumah kau sama sekali tidak pernah mengajaknya jalan bersama atau berkencan?" Cecar Ayana lagi.

"Aku sudah bilang itu hanya dulu. Selama dia di sini aku pun sibuk bekerja, tidak ada waktu untuk membuat kisah cinta klasik yang membosankan." Lugas Julian lagi menjelaskan dengan nada malasnya.

Usai mendapat penjelasan Julian, Ayana tidak lagi bersuara. Wanita itu hanya memalingkan wajah menatap jalanan sore yang sepanjang jalannya disuguhi tumpukan salju yang mulai mencair. Ucapan Julian memang terkadang suka pedas saking jujurnya, tapi tidak menampik Ayana merasa bahagia akan kejujuran itu.

Tidak berselang lama mobil pun sampai di depan parkiran sebuah mall mewah. Ayana menatap takjub gedung bertingkat tinggi berlapis kaca itu. Di bagian depan pintu masuknya tertera nama mall dari bahan tembok bertuliskan 'La Andalas Virz Mall'.

"Kau mau kemana dulu?" Tanya Julian.

"Kemana saja ayo!!"

Ayana menarik tangan Julian paksa saking antusiasnya. Julian hanya pasrah menghela napas berat masuk ke dalam mall dengan wajah malasnya. Sesungguhnya ia tidak suka berada di keramaian seperti ini, tapi hanya untuk menyenangkan istrinya itu ia terpaksa.

"Ana!"

"Hm?" Ayana menoleh tersenyum lebar saking senangnya.

Julian merogoh dompetnya dan mengambil sebuah kartu hitam di dalamnya kemudian menyodorkan kartu itu pada Ayana. "Kartunya."

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang