Termenung sendirian dalam kamar. Itulah yang Ayana lakukan. Mata coklatnya menatap kosong ke sembarang arah. Hanya sesekali air matanya menetes keluar mengalir di pipi mendeskripsikan keadaannya. Ayana semakin tertekan rasanya dengan keadaan ini.
Masih Ayana ingat jelas kejadian kemarin yang dimana Julian datang menemuinya setelah hampir satu bulan ia hidup tenang tanpa bayang-bayang pria itu. Tapi sekarang Ayana lagi-lagi dibuat gamang akan perasaannya sendiri setelah bertemu suaminya itu.
Apalagi kalau mengingat semua yang pernah mereka lalui di Milan. Perlakuan manis dan lembut Julian pernah Ayana rasakan, dan itu sukses semakin membuat Ayana seolah terkurung dalam perasaannya sendiri. Kenangan itu selalu berputar layaknya kaset rusak.
Sekelebat nasehat Sophia terbayang di kepalanya yang mengatakan ia juga harus melihat sisi lainnya dari Julian. Namun Ayana terlalu egois dan keras kepala enggan mendengarkan semua penjelasan Julian. Bukan apa, ia hanya takut kembali dijatuhkan seperti hari dimana ia sudah merasa semua harapannya sudah tercapai tapi tiba-tiba Julian menjatuhkannya.
Pria itu bahkan sama sekali tidak peduli pada Ayana yang mengemis memeluk kaki Julian meminta jangan diusir. Tapi respon Julian benar-benar membuat Ayana trauma berhadapan dengan pria itu lagi meski separuh hatinya masih menginginkan Julian.
"Ay, makan dulu cepet!"
Ayana tersentak, ia menoleh pada kakak iparnya yang membawa nasi goreng kesukaannya. "Simpan saja di meja kak, entar Ay makan."
"Makan sekarang aja. Kalo nanti makannya yang ada kamu gak bakal makan. Makanan yang kemarin malam aja kamu gak makan." Sahut Eva. Wanita itu memang menginap di sana bahkan mungkin untuk beberapa hari ke depan mengingat ada masalah yang terjadi.
"Males kak, nanti aja. Ay gak laper," ujar Ayana pelan.
"Paksain, Ay. Entar kamu sakit. Nih makan cepetan." Eva menyendokkan paksa nasi itu ke dalam mulut Ayana. Mau tidak mau akhirnya Ayana mengunyah nasi itu.
"Nah gitu, dong."
Ayana tidak menimpali. Pikirannya melayang pada kejadian kemarin dimana kakaknya memukuli Julian habis-habisan. Sungguh, ia ingin tahu keadaan pria itu, jangan sampai Jericho membuat Julian terluka parah. Karena sesuai informasi yang ia dengar, Julian sama sekali tidak membalas apalagi melakukan perlawanan.
"Kak,"
"Hm?"
"Kemaren Kak Jericho gak buat Julian luka parah, kan?" Tanya Ayana hati-hati. Sesungguhnya ia baru berani bertanya pada Eva saja. Karena kalau bertanya langsung pada kakaknya atau keluarganya yang lain, malah yang ada mereka akan marah.
Eva menghela napas. "Hampir sih, tapi syukurnya Jericho gak bikin dia luka dia parah banget."
Uhuk!
Ayana tersedak makanan. Dengan segera Eva mengambilkan minum untuk adik iparnya itu.
"Maksudnya hampir gimana?" Tanya Ayana segera setelah menghabiskan air yang disodorkan Eva. "Lukanya parah dong?" Nada khawatir dari pertanyaan Ayana tidak bisa dielakkan.
"Lumayan, Jericho nyaris nusuk Julian pake pisau, tapi Kakak buru-buru cegah Jericho ngelakuin hal gila itu. Kakak gak suka kekerasan," Lugas Eva.
Perasaan Ayana sedikit lega, setidaknya kakaknya tidak sampai membuat Julian koma. Untung saja ada Eva yang mencegahnya. Kalau tidak, entah akan bagaimana keadaan Julian. Sebenci-bencinya Ayana pada Julian, tetaplah pria itu pernah berkali-kali menyelamatkannya dulu. Ayana tidak mau Julian kenapa-napa di tangan kakaknya.
"Tenang aja, gak usah kuatir." Eva menggenggam tangan Ayana.
"Siapa yang kuatir? Gak ada kok." Elak Ayana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Romance[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...