8. Penyiksaan Pertama

4.6K 76 3
                                    

Italia, merupakan sebuah negara yang terletak di jantung laut Mediterania. Italia adalah salah satu dari sekian banyaknya negara termaju di dunia. Negara ini memiliki banyak wisata terkenal yang juga telah mendunia seperti Koloseum dan Air Mancur Trevi.

Milan adalah salah satu kota yang ada di negara itu. Milan juga merupakan kota utama di sebelah utara Italia dan terletak di hamparan Lombardia, wilayah paling maju di Italia. Milan merupakan kota terbesar dan berpenduduk terbanyak kedua setelah Roma. Kota ini juga dikenal sebagai kota bisnis dan pusat finansial di negara tersebut.

Maka dari itu, jangan heran jika banyak sekali miliarder yang berkeliaran di kota ini. Hampir setiap sudut kotanya banyak sekali orang yang penghasilannya melebihi batas.

Di kota inilah kini Ayana menginjakkan kakinya, atau lebih tepatnya di kawasan Central Station Area. Ia berdiri tegak seraya menatap sebuah rumah megah yang berdiri di hadapannya. Rumah besar nan mewah dengan penjagaan dimana-mana.

Taman indah yang begitu luas dan dihias dengan air mancur di depan halamannya. Sepanjang jalan dari gerbang menuju teras rumah dihiasi beberapa bunga tulip dan lampu penerang di samping kanan dan kirinya. Rumah bertingkat empat dengan arsitektur bangunan yang moderen bercampur klasik.

Ini baru dilihat dari depan, belum di dalamnya akan seindah dan semegah apa. Berikut juga area belakangnya yang Ayana yakini pasti tidak kalah menakjubkan. Rumah ini lebih mirip seperti istana modern. Benar-benar indah dan terawat. Jika dibandingkan dengan rumahnya yang ada di Belanda ataupun di Indonesia, Ayana tidak mengelak kalau rumah ini jauh lebih megah.

Kedua tangan gadis itu diam-diam saling meremas jari jemarinya. Ada rasa gugup dalam hatinya ketika membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya setelah ini. Ayana benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Matanya melirik pria di sampingnya yang sama sekali tidak mengeluarkan suara sejak mereka berangkat tadi. Wajahnya tidak bereaksi apa-apa, bahkan Ayana begitu sulit membaca gurat wajah yang dipasang Julian.

Di belakang Ayana, terlihat seorang pria yang sebelumnya di belakang mereka kini melangkah santai seolah tidak terjadi apa-apa dan cenderung tampak tidak peduli dengan apa yang terjadi. Pria itu memilih untuk masuk ke dalam rumah meninggalkan Ayana dan Julian. Ia tidak lain adalah Matteo, kakak Julian.

Suasana semakin terasa begitu canggung sekali rasanya. Sungguh, Ayana tidak suka seperti ini. Ia lebih suka kegaduhan dibandingkan kesunyian. Baginya, kesunyian rasanya tidak lebih dari seperti tinggal di kuburan yang sepi.

'Ni orang kenapa diam-diam bae, sih? Gak seru amat.' batin Ayana menggerutu.

Tidak lama setelahnya, Julian juga menyusul masuk ke dalam tanpa mengajak apalagi mempedulikan gadis cantik yang sudah ia sahkan menjadi istrinya. Tingkah Julian yang cuek tentu saja membuat Ayana geram sekaligus kesal setengah mati dibuatnya.

"Julian tunggu!" Ayana berlari menggeret kopernya menyusul Julian.

"Hm?" Dengan begitu dingin Julian menyahut.

Mulut Ayana sedikit terbuka menutupi keterkejutan yang ia rasa. Detik berikutnya gadis itu menipiskan bibir merah jambunya itu merasa kesal dengan respon yang pria itu berikan. "Kau melangkah masuk ke dalam tanpa mengajak istrimu? Benar-benar tidak berperasaan."

Julian terkekeh sarkas. "Sejak kapan aku menganggapmu istri?" Pria itu kembali terkekeh tanpa menyadari apa yang ia katakan membuat hati seseorang tergores.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang