49. Tentang Julian

2.2K 55 0
                                    

Pengkhianatan, kekecewaan, amarah, sakit hati, dendam, salah paham, penyesalan, dan cinta yang perlahan mulai tumbuh besar. Semua itu tercampur aduk membentuk kepingan luka yang begitu sangat menyesakan dada. Semuanya terasa menyiksa batin secara keseluruhan.

Julian memejamkan matanya erat sembari menyandarkan punggungnya di bagian belakang kepala kasur dengan tangan yang mengusap wajah gusar. Hatinya saat ini benar-benar resah dengan apa yang terjadi tentang misteri masalah demi masalah yang mulai terpecahkan.

Semua ini bermula ketika Ayana selesai mengobati luka di sekujur tubuh Julian akibat serangan musuh beberapa bulan lalu yang tiba-tiba Ayana mengatakan bahwa Matteo dan Cleo bekerja sama untuk menjatuhkannya. Jelas semua yang Ayana katakan membuat Julian emosi karena itu tidak mungkin benar.

Akan tetapi tiba-tiba salah seorang anak buahnya menelpon dan mengatakan ingin bertemu dengannya karena mau membicarakan sesuatu yang sangat penting. Dari sana Julian mulai percaya dengan apa yang Ayana katakan kepadanya.

"Ada apa kau mau menemuiku?" Tanya Julian tanpa basa-basi kepada Varo.

Varo yang sebelumnya menunduk perlahan mendongakkan kepalanya ke atas menatap bos-nya. Wajah pria itu seperti diliputi rasa bersalah. "M-maafkam saya Tuan, saya sudah mengkhianati Anda dan terlibat dalam kasus beberapa hari lalu." Akunya dengan nada bersalah.

Wajah Julian jelas menggelap saat itu juga. Tanpa menunggu lagi ia langsung melayangkan bogeman mentah di rahang pria itu. Bagi Julian, tidak ada kata maaf untuk seorang pengkhianat. Terlebih ternyata Varo yang ia selama ini percaya ternyata lebih memihak musuh.

"Kesalahanmu tidak bisa ditoleransi!"

Bugh!

Sebuah bogeman mentah Julian daratkan di rahang pria itu sampai Varo terhunyung ke belakang dan jatuh seketika. Emosi merasuki Julian seiring urat-urat lehernya yang mulai terlihat berikut juga tangannya yang terkepal erat dan giginya yang bergemelatuk menahan amarah.

"T-tuan, dengarkan saya dulu." Pinta Varo dengan nada tulus sambil menyeka darah dari sudut bibirnya. Julian menatap dengan cermat, ia tahu ada yang disembunyikan oleh Varo.

"Apa?"

Varo tersenyum merasa mendapat angin segar. "Saya melakukan semua ini karena atas dasar perintah musuh. Mereka menyogok saya dengan sejumlah kekayaan yang tidak terhingga hingga akhirnya saya mau bekerja sama dengan mereka. Tetapi sungguh, saya ikut bersama mereka hanya karena ingin tahu apa rencana mereka. Saya sama sekali tidak pernah mengkhianati Anda, Tuan."

Ya, Varo mau bekerja sama dengan Matteo dan Darius semata-mata hanya ingin mengetahui apa yang direncanakan oleh para penjahat itu. Tidak mungkin Varo mengkhianati Julian yang jelas-jelas sudah memberikan bantuan untuk dirinya dan keluarganya. Itu semua hanya pencitraan.

"Mereka berniat membunuh Anda dan seluruh keluarga Anda. Mereka ingin menguasai seluruh perusahaan Alvarez Corp dengan menjatuhkan dulu Anda. Dan mereka melakukan semua itu menggunakan satu pion, dan pion itu adalah ... Cleo."

"Orang dibalik hancurnya keluarga Anda adalah tidak lain yaitu Matteo, kakak Anda, dia sengaja memfitnah Thomas agar kedoknya tidak ketahuan. Dia bekerja sama dengan Darius dan mereka mendatangkan Cleo sebagai pion mereka karena ingin membuat Anda lengah. Dan yang paling harus Anda ketahui adalah ... Para pengkhianat itu berniat membunuh Nona Ayana. Karena Nona Ayana lebih dahulu mengetahui kebusukan mereka."

Hari dimana Julian mengetahui segala rahasia dan kejanggalan yang terjadi serta sebuah pengkhianatan oleh musuh dalam selimut di rumahnya menciptakan rasa amarah dan sakit yang mendala.

Julian benar-benar kecewa akan keadaan yang seperti tidak mengharuskan dirinya hidup tenang. Ia sakit hati pada Matteo kakaknya serta kepada Cleo kekasihnya yang sudah mengkhianati dirinya dan menusuknya dari belakang. Ia marah karena mereka yang diam-diam menjalin hubungan di belakangnya.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang