23. Para Penghianat

2.2K 48 0
                                    

Di sebuah taman luas area belakang rumah, terlihat seorang wanita cantik dengan wajah kesal dan marahnya yang tampak sedang duduk di salah satu bangku yang menghadap ke arah taman air mancur di tengahnya.

Kejadian tadi pagi sungguh membuat Cleo geram dan marah saat itu juga. Bahkan kekesalan dan kemarahan hatinya belum reda sampai sore hari ini. Dalam hati wanita itu terus menggerutu menyumpah serapahi Ayana yang baginya sangatlah kurang hajar. Terlebih juga tamparan yang ia dapatkan dari Arallyn membuat Cleo semakin kesal.

Rasa tidak suka itu semakin Cleo rasa saat mengingat sekarang ibunya Julian beserta adiknya sama sekali tidak lagi memihaknya seperti dahulu kala dirinya masih di sini.

Cleo merasa kalau yang berhak menjadi ratu di sini hanyalah dirinya. Hanya dirinya seorang dan tidak ada siapapun. Terlebih itu semua, memang itulah tujuan Cleo yang lainnya, yaitu menjadi ratu di rumah ini setelah menikah dengan Matteo. Cleo mengira kalau Matteo nanti akan menikahinya setelah apa yang mereka lalui selama ini.

Apa yang ia lakukan untuk Julian kemungkinan akan membuat pria itu terluka. Namun Cleo sama sekali tidak memperdulikan itu semua, yang diinginkannya hanyalah hartanya. Tidak peduli seberapa besar pengorbanan Julian di masa lalu untuknya karena nyatanya ia sama sekali tidak lagi mencintai Julian.

"Sepertinya kau sedang bahagia,"

Cleo mendengus kesal memalingkan wajahnya kala seseorang yang sejak tadi ia sumpahi kini juga ikut duduk di sampingnya dengan wajah tanpa dosanya yang benar-benar membuat Cleo menahan amarahnya sekuat tenaga. Jangan sampai ia melakukan kesalahan lagi seperti tadi.

"Mau apa kau kesini?" Tanya Cleo dengan nada dingin.

Ayana terkekeh santai, gadis itu menumpangkan kakinya ke atas lutut dengan kedua tangan yang menyangga kepalanya. Wajahnya masih menampakkan wajah santai seolah tidak terjadi apa-apa. "Terserah aku mau kemana."

Cleo terkekeh sinis melirik Ayana. "Cih, tidak tahu malu. Dasar anak pembunuh!" Tandasnya.

Gadis itu hanya kembali terkekeh mendengar ucapan Cleo. "Pembunuh? Siapa yang kau bilang pembunuh? Ayahku? Bukankah sebenarnya di sini itu yang patut dipanggil dengan sebutan itu adalah kau dan Matteo yang merencanakan pembunuhan Julian?" Terka Ayana tepat.

Mendengar ucapan Ayana, secara otomatis tubuh Cleo menegang saat itu juga. Mata wanita itu bergerak gelisah takut ketahuan. Karena jika sampai Julian mengetahui semua rencana busuknya yang ia susun dengan Matteo dan Darius, maka semuanya akan selesai.

Ayana tertawa. "Hei! Kenapa wajahmu memucat? Apa yang aku katakan barusan adalah kebenaran? Ya. Tentu saja, mana mungkin aku salah menebak." Ujarnya sedikit mencibir.

"Aku tahu kau dan Matteo sedang merencanakan pembunuhan dan juga kekacauan di rumah ini. Oleh karena itu kau tiba-tiba kembali masuk ke dalam kehidupan Julian. Benar kan?"

Cleo diam merasa kalah telak.

"Kau tenang saja, Cleo. Aku tidak akan mengatakan hal yang sebenarnya pada Julian. Tetapi aku akan mengumpulkan semua bukti pada Julian tentang apa yang kau lakukan padanya."

"Ya, aku memang sedang berencana membunuh Julian dan akan menghancurkan keluarga ini. Kau mau apa?" Dagu Cleo terangkat angkuh. Akhirnya Cleo tidak lagi menutupi semua itu dari Ayana.

"Tentu saja aku akan memberitahu Julian tentang hal ini."

Cleo tertawa sumbang. "Apa kau pikir Julian akan mempercayaimu? Kurasa tidak. Dia hanya akan mempercayai aku karena aku yang Julian cintai."

Ayana tersenyum sinis. "Dan aku akan menggeser namamu di hatinya. Aku tahu sebenarnya Julian sudah mulai melupakanmu dan menerima keberadaanku, hanya saja kau datang disaat yang tidak tepat."

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang