54. Duka

2.2K 56 0
                                    

Dor!

Tembakan yang Julian arahkan pada Matteo ternyata bertabrakan dengan peluru lainnya ketika pria itu tanpa aba-aba menampik peluru itu dengan senjata apinya. Matteo berdiri dengan angkuh ketika berhasil melukai lengan Julian sampai berdarah bahkan menjatuhkan senjatanya ke lantai.

"Kau tahu kenapa aku melakukan hal ini?" Matteo menatap penuh benci pada Julian. Pria itu tertawa sumbang bercampur dendam yang ia pupuk untuk Julian.

"Aku melakukan semua ini karena aku iri denganmu, Julian!" Pekik Matteo penuh dendam. "Aku iri padamu yang mendapatkan kasih sayang serta harta dari Mommy dan Daddy! Aku marah pada mereka karena selalu mengesampingkanku! Aku benci dipandang sebelah mata! Aku tidak terima dengan semua ini!"

"Dan semua ini gara-gara kau!!! Aku benci kau, Julian! Aku benci dengan orang-orang yang selalu memujamu! Aku benci mereka yang memujimu dan mengagungkanmu hanya karena berhasil menjadikan perusahaan yang kau kelola menjadi perusahaan besar! Aku benci kata sanjungan dan decakan kagum untukmu!"

Matteo terkekeh miris. "Aku memang anak tidak tahu diri. Aku memang anak yang tidak tahu terimakasih yang membunuh ayah angkatnya sendiri yang sudah membesarkannya! Aku memang orang yang tidak berhak diberi kasih sayang atas tindakan tidak bermoral itu!"

"Tetapi ... jangan salahkan aku jika aku menyimpan dendam ini. Jangan salahkan aku jika aku membenci kalian. Karena semua akar permasalahannya adalah karena kalian sendiri!" Matteo mengeluarkan semua keluh kesah dan kebencian dalam hatinya pada Julian.

Julian mematung. Ia termenung mendengarkan semua yang Matteo ucapkan. Sungguh, Julian tidak berniat menjadi penghalang Matteo mendapatkan kekuasaan dan kekayaan dari ayahnya. Tetapi, Julian tetaplah pewaris sah tahta itu. Karena ia adalah anak kandung dari ayah dan ibunya.

"Hanya karena dendam dan rasa iri yang kau tanamkan dalam hatimu kau melakukan hal keji ini, Matt?" Tanya Julian pelan. Nada sakit hati dan pedih akan merasa dikhianati oleh kakaknya sendiri. Julian tidak dapat menampik kalau separuh hatinya masih menyayangi Matteo layaknya saudara kandung.

"Apa karena harta yang membuatmu seperti ini? Jika memang iya, ambillah! Aku tidak peduli dengan semua itu saat ini. Terlebih itu semua, aku juga tidak ingin kita berpecah belah. Aku tahu Daddy salah padamu, tetapi aku tahu dia juga menyayangimu, Matt! Meski caranya salah, tetapi Daddy tidak berniat membandingkanmu denganku dan Selly!"

Matteo terkekeh kecil mendengar itu.

"Sekarang apa yang kau mau?"

Mata nyalang Matteo kembali ia layangkan. Ia terkekeh sinis. "Aku mau kau mati!"

Mendengar nada sungguh yang Matteo katakan, Julian terdiam menatap Matteo dalam. Rasa benci, dendam, dan amarah yang sebelumnya melanda lenyap begitu saja. Ia merentangkan kedua tangannya dan melepaskan senjata api yang satunya lagi yang masih tersemat di pinggangnya dan membuangnya ke atas lantai.

"Bunuh aku sekarang! Jika memang dengan membunuhku bisa membuat masalah ini cepat selesai!" Dengan lantang Julian berucap demikian tanpa keraguan sedikitpun.

Tangan Matteo yang memegang pistol mulai ia acungkan ke arah Julian. Ia masih menggantungkan tangannya. Sekelebat bayangan masa lalu dimana sejak kecil dahulu ia yang bermain dengan Julian berputar di kepalanya. Matteo menggeleng pelan menyingkirkan itu semua dan berpegang teguh pada pendiriannya.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang