18. Awal Mula

2.3K 52 0
                                    

Kaki jenjang Ayana berketuk-ketuk di atas lantai kamar dengan tangan yang melempar tangkap handphonenya. Alisnya berkerut samar menandakan bahwa gadis itu sedang berpikir keras. Atau mungkin yang lebih spesifiknya adalah Ayana sedang mengatur strategi yang akan ia gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga suaminya.

Sampai saat ini sesudah gadis itu mengetahui siapa dibalik semua akar permasalahannya, Ayana merenung memikirkan berbagai cara. Ingin memberitahukan semuanya langsung pada Julian, semua itu akan sia-sia. Karena sudah pasti Julian tidak akan mempercayainya.

Saat ini yang sangat Ayana butuhkan adalah sebuah laptop untuk meretas CCTV sekaligus menyadap handphone Matteo. Kali saja pria munafik itu akan merencanakan suatu hal yang buruk untuk Julian lagi. Atau bisa saja Selena dan Arallyn juga akan ikut terlibat dalam rencana jahat pria itu.

Terlintas di benak Ayana, haruskah ia meminta dibelikan laptop pada suaminya itu? Sepertinya memang itu satu-satunya cara.

Ayana berdecak lemas. Jelas Julian tidak akan memberikan apa yang ia inginkan. Jangankan laptop, uang untuk kebutuhannya saja Ayana tidak pernah diberi, lantas bagaimana dengan barang yang lain yang lebih mahal dan mewah?

"Gimana ya, caranya?" Tangan gadis itu mengetuk dagunya bingung. Hingga tiba-tiba, di tengah kebingungan yang melanda, melintas sebuah ide di kepalanya.

"Dodol!" Umpat Ayana menepuk keningnya. "Gue kan bisa maksa dia buat kasih gue, ngapa gitu aja susah, sih?"

Ayana beranjak dari tempat duduknya dan melangkah keluar kamar. Tepat setelah ia membuka pintu, sesosok pria bertubuh tinggi yang menjadi tujuan Ayana menemuinya bertepatan sedang melintas di depan pintu kamarnya. Gadis itu terkejut setengah mati dibuatnya.

"Anjir!" Umpatnya tanpa sadar.

Julian menatap penuh tuntut pada Ayana dengan mata dinginnya. Meski kini pria itu sudah jarang sekali menyiksa juga memarahi Ayana, akan tetapi sikap dingin Julian sama sekali tidak berubah. Bahkan pria itu terkadang tidak pernah bicara sama sekali pada Ayana dan hanya mengeluarkan suara seperlunya saja.

Tanpa berucap apapun, Julian bersikap tak acuh dan kembali melanjutkan langkahnya. Dari raut wajahnya pria itu tampak lelah, mungkin Julian sedang ada masalah di kantor atau mungkin memang kerjaan pria itu yang banyak.

"Baby tunggu!" Pekik Ayana mengejar pria yang menjadi objeknya sejak tadi untuk ditemuinya.

Julian mengabaikan gadis itu dan malah melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya yang bertepatan dengan samping kamar pria itu. Ayana kesal dibuatnya dan membuat gadis itu mengejar suaminya dan masuk tanpa permisi ke dalam ruang kerja suaminya itu tepat setelah Julian mendorong pintu.

"Jul!"

Julian mendengus kesal. "Apa?" Sahut pria itu lemas namun sama sekali tidak mengurangi nada dinginnya. Julian duduk di kursi kerja. Pria itu membuka laptop yang ada di sana dan mulai mengotak-atik alat canggih itu. Sepertinya sedang menyelesaikan pekerjaannya.

Ayana duduk di kursi depan suaminya sambil bertopang dagu. Niat awalnya buyar seketika kala menatap wajah itu. Jelas sekali dari mata Ayana memancarkan sorot mata binar juga tatapan terpesona kala menatap Julian.

Pria itu terlihat sangat tampan jika dalam keadaan seperti ini. Lengan kemeja yang digulungnya menampakkan lengan kekar pria itu, serta dua kancing kemeja bagian atasnya yang ia buka. Jangan lupakan juga, sisa-sisa keringat di wajahnya dan rambutnya yang berantakan membuat kesan manly yang begitu kentara terlihat.

Dalam keadaan seperti itu, perempuan mana yang tidak terpesona? Ayana saja bahkan rasanya begitu meleleh dibuatnya. Ia terkadang iri kala mengingat pasti banyak sekali wanita yang juga mengincar Julian atau bahkan sampai melakukan hal lebih dengan wanita lain padahal yang sebenarnya semua itu adalah adalah hak Ayana seorang sebagai istri sahnya.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang