Kepingan kaca yang menancap menimbulkan goresan tak kasat mata dalam hati membuat rasa sakit yang teramat menyesakkan dada. Itulah yang kini masih dirasakan oleh Julian dan Selena yang kehilangan sosok wanita yang sudah melahirkan mereka.
Julian tidak pernah menyangka kalau ini adalah hari yang paling menyedihkan baginya. Di tengah malam yang sunyi ia kembali kehilangan sosok penguatnya. Sosok yang menjadi alasannya bertahan hidup selama ini. Wanita hebat yang selalu memberinya kekuatan.
Julian marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga ibunya bahkan yang lebih parahnya adalah secara tidak langsung ialah yang menjadi penyebab ibunya tiada. Julian ingin marah pada takdir itu yang memberinya jalan hidup pahit seperti ini.
Pria itu masih memeluk erat tubuh tak bernyawa itu dalam pelukannya. Ia masih tidak rela melepas kepergian ibunya secepat ini. Berikut Selena yang tidak berhenti menangis sedari tadi. Tangis pilu gadis remaja itu begitu nyaring terdengar menyakitkan.
"Tidak, Mommy! Jangan pergi!" Pekik Selena. Gadis itu mendongak dengan linang air mata. "Kakak, kenapa Kakak diam saja?! Bawa Mommy ke rumah sakit! Aku tahu Mommy belum tiada!" Sahutnya lagi.
Julian tidak menjawab. Ia hanya menunduk menyembunyikan wajah sakitnya. Ia tidak tahu harus berucap apa di hadapan adiknya. Ia merasa bersalah telah gagal menjaga ibunya dan membuat adiknya kembali kehilangan sosok orang tua mereka.
Merasa tidak mendapat jawaban dari kakaknya, Selena mendongak menatap sendu kakaknya yang masih menunduk sambil memeluk erat ibunya. Meski tidak melihat wajah kakaknya, namun Selena dapat menebak apa yang kakaknya rasakan saat ini.
Lalu setelahnya Selena menoleh ke belakang atau lebih tepatnya ke arah dua orang pria yang malah menjadi penonton biadab kesedihannya. Dengan kasar Selena mengusap air matanya. Tangannya menggapai pistol milik Julian yang tergelatak di atas lantai.
"KAU HARUS MATI KAK MATT!!!"
Dor! Dor!
Selena berdiri dan berlari ke arah Matteo sembari menembakan dua peluru itu tanpa arah. Gadis itu bukanlah penambak jitu, maka dari itu sama sekali tidak ada peluru yang bersarang di tubuh Matteo. Selena tidak peduli, ia tetap menembakan peluru itu pada Matteo dan Darius.
Kemarahan pada kakak angkatnya membuat Selena tidak pandang bulu siapa lawannya. Ia tidak peduli meski nyawanya bisa saja melayang karena tindakan bodohnya. Yang jelas saat ini yang ia pikirkan hanyalah ingin membalaskan kematian ibu dan ayahnya.
"Selena!!!"
Julian membaringkan ibunya di atas lantai dan berlari ke arah adiknya yang dikuasai oleh amarah. Jangan sampai Selena melakukan hal yang nantinya akan membuat gadis itu menyesal. Terlebih Julian tidak mau adiknya menjadi pembunuh. Cukup ia saja, Selana jangan sampai ikut-ikutan.
Julian memeluk erat Selena dan membuang pistol itu. Ia menyeret adiknya menjauh dari sana. Sekuat tenaga Julian menahan berontakan Selena. Gadis itu marah bahkan memukul-mukul dan mencakar tangan kakaknya sampai berdarah karena kuku panjangnya.
Tidak punya pilihan, Julian memukul leher bagian belakang Selena yang membuat kesadaran gadis itu hilang. Ia tidak punya pilihan lain selain dengan cara itu agar menghentikan tingkah Selena. Julian membawa gadis itu keluar rumah dan memasukannya ke dalam mobil.
Usai membawa Selena ke dalam mobil, Julian juga turut mengangkat tubuh wanita paruh baya yang sudah tidak bernyawa itu keluar dari rumah. Ia tidak mau ibunya berada ditengah-tengah orang-orang biadab.
Julian kembali masuk ke dalam. Hari ini semua masalahnya harus diselesaikan. Matteo dan Darius harus membayar semua kesalahan yang mereka lakukan. Semua masalah dan kekacauan yang terjadi harus mereka bayar sampai tuntas. Julian menatap nyalang pada kedua pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Romance[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...