Sunggingan senyum tipis tidak berhenti surut dari bibir Ayana disertai dengan semburat merah yang menghiasi pipinya. Dengan masih mengenakan sehelai handuk habis mandi, bukannya keluar ia malah menatap pantulan dirinya di cermin. Matanya menangkap setiap titik tanda merah yang memenuhi leher dan dadanya.
"Jadi ini yang namanya kissmark?" Gumamnya sambil terkekeh pelan merasa malu sendiri mengingat peristiwa semalam. Hampir setiap jengkal tubuhnya tidak luput dari kecupan bibir Julian.
Ayana menggelengkan kepala menghalau ingatan kotornya yang sialnya ia suka. Wanita itu memilih berjalan ke arah pintu dan hendak akan memutar knopnya. Namun tiba-tiba ia menggantungkan tangannya di atas udara.
"Aih, bego banget gue gak bawa baju ganti ke sini. Julian kan masih di kamar, kalo udah bangun gimana? Masa iya gue keluar pake handuk doang. Mau ditaro dimana nih muka?" Ayana bermenolong sendiri cemas.
Saat tadi Ayana bangun Julian memang masih tidur. Karena itulah Ayana memanfaatkan kesempatan buru-buru ke kamar mandi sebelum Julian terjaga. Demi apapun Ayana malu bertatap muka langsung sekarang setelah apa yang terjadi semalam.
Perlahan Ayana memutar knop pintu. "Mana paper bag-nya samping tempat tidur sebelah Julian lagi." Ringis Ayana menyayangkan keberadaan paper bag berisi baju baru yang Julian beri kemarin.
Pada akhirnya Ayana pasrah, memaksakan diri mengambil baju itu dengan langkah hati-hati. Dilihatnya Julian masih tertidur pulas, punggung tangan pria itu menumpu di atas kening yang sedikit berkerut. Selimut yang menutupi tubuhnya sekarang hanya sebatas pinggang membiarkan tubuh atletisnya nampak jelas terpampang. Kaki kanannya ditekuk dan rambutnya acak-acakan.
Dirasa aman, Ayana segera mengambil bajunya dari dalam paper bag dan hendak berlalu kembali menuju kamar mandi. Namun tangannya tiba-tiba ditarik dan disentak kuat hingga ia pun terjatuh tepat menindihi dada bidang pria itu. Ayana meneguk ludah kasar. Sial, Julian sudah bangun.
"J-Julian, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku," Ayana memberontak namun tenaganya kalah jauh. Degup jantungnya semakin berderu apalagi dalam keadaan hanya mengenakan handuk seperti ini.
Helaian rambut panjang Ayana yang masih basah membelai wajah Julian hingga membuat mata yang sebelumnya tertutup sekarang terbuka menatap wajah wanita itu dengan sorot mata yang sulit diartikan. Tangannya semakin memeluk pinggang wanita itu menahan pergerakan Ayana dalam dekapannya.
"Mengapa kau tidak langsung membangunkanku tadi?" Tanyanya pelan seakan membelai telinga Ayana. Matanya masih terlihat sedikit memerah sayu. Suaranya berat dan serak khas orang bangun tidur.
Aaaa ... Pliss, gak bisa gue, gak bisa kek gini teruss!! Suaranya ber-damage gila banget, Njer, bikin candu!
Pekikan Ayana itu nyatanya hanya bisa menggerutu dalam hati tanpa mampu ia keluarkan. Tangannya yang menumpu di atas dada pria itu mencengkram erat baju ganti yang ia peluk. Pipinya memanas menjalar sampai telinga. Seperti sebuah lilin yang meleleh karena api, begitu pula Ayana yang meleleh karena perlakuan Julian.
"A-aku t-tidak ingin mengganggu tidurmu." Jawab Ayana tergugu. Wanita itu menggigit bibirnya, mengapa pula ia gugup.
"Tapi kau baik-baik saja bukan?" Julian bertanya khawatir menatap wajah cantik wanita itu. Mungkin karena Ayana baru pertama kali melakukannya malam tadi.
Ayana mengangguk pelan. Matanya bergerak ke lain arah enggan menatap balik sorot mata pria itu.
Tangan Julian terangkat mengusap bibir wanita itu, matanya menyorot dalam wajah cantik Ayana. "So ... can i get you again?" Lirih Julian berat.
Sungguh, rasanya Ayana ingin mengubur diri hidup-hidup di dalam tanah. Wajahnya semakin memanas seperti berada di depan tungku perapian. Tanpa sadar, Ayana pun mengangguk bersiap menyerahkan dirinya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Romance[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...