83. Pesta

2.1K 54 5
                                    

Dari pantulan cermin, terlihat seorang wanita yang sedang merias dirinya.

Dress pesta selulut tanpa lengan berwarna putih melekat di tubuhnya menampakkan leher dan dadanya. Rambut bergelombangnya ditata rapi tergerai memenuhi punggung, sedangkan sisa helaian bagian depannya dibiarkan tergerai indah menghiasi wajah cantiknya.

Belum lagi wajahnya yang dipoles make-up menambah kesan cantik yang melekat.

"Sayang ... lihatlah, bagaimana penampilanku?" Seru Ayana antusias menghampiri Julian yang masih tidak berkedip bersender ke belakang sofa sambil bersedekap menatap Ayana.

Wanita itu memutar-mutar tubuhnya seolah berpose di hadapan suaminya sendiri. "Aku sedang mencoba gaun yang kemarin kita beli dari mall hari ini. Aku juga ingin memakai wajah baru setelah memotong rambut kemarin menjadi sepunggung. Bagaimana menurutmu?" Ceria wanita itu.

Satu alis Julian terangkat satu, tatapannya mendingin seolah kesal. Tiba-tiba tangan Julian menarik pinggang istrinya merapat padanya. Sorot matanya mengintimidasi diantara tatapannya yang datar namun juga mendamba.

"Kau sengaja berpenampilan seperti ini untuk menarik perhatian pria lain?" Sinis Julian diantara cemburunya. Baginya yang dapat menikmati kecantikan wanita itu hanyalah ia seorang, tapi sepertinya Julian lupa siapa Ayana yang gila pujian.

Ayana terkekeh mengalungkan kedua tangannya di leher suaminya itu. "Mana ada, aku hanya tidak ingin mempermalukan suamiku di pesta nanti. Apa kata mereka kalau aku berpenampilan biasa saja? Aku juga harus tampil cantik dan mempesona supaya mereka tidak beranggapan aku mempermalukanmu,"

"Cih, bilang saja kau ingin dipuji," decih Julian masih kesal.

Mendengar itu, jelas Ayana semakin tertawa. Wanita itu mengecup singkat pipi Julian. "Aku memang gila pujian, tapi itu dulu sebelum mengenalmu. Sekarang aku hanya gila pujian dari suamiku seorang." Ayana mengulum senyum.

"So, bagaimana menurutmu penampilanku?" Ayana mengulang kembali pertanyaannya. Wanita itu memiringkan wajah menaik turunkan alisnya menggoda Julian.

Kali ini berbeda dengan sebelumnya, Julian balik menatap Ayana namun dengan tatapan membuai dan terpesona. Bibirnya tersungging senyum tipis. Perlahan pria itu mendekatkan wajahnya mengikis jarak diantara mereka.

"So damn beautiful, you make me crazy. Aku nyaris kehilangan akal melihatmu," bisik Julian dengan bibir dan hidung yang mulai menyusuri permukaan kulit leher wanita itu. Mengendus aroma tubuh Ayana yang harum.

Ayana tersenyum sambil melenguh memeluk erat leher Julian membuat pria itu semakin merapat padanya. Ia terbuai akan sentuhan suaminya itu yang selalu memabukkan.

"No, no. Cukup, jangan lebih dari ini," sela Ayana terkekeh menahan wajah Julian. Ia merasa geli akan kecupan pria itu yang jika dilanjutkan bisa-bisa akan berakhir di atas ranjang.

"Aku tidak mau make-upku luntur karenamu," tambah Ayana lagi.

"Kejam sekali kau padaku," kesal Julian. Padahal ia sedang enak-enaknya mencumbu tapi Ayana malah menghentikannya.

"Ayolah Sayang, kita harus ke Roma sekarang. Bagaimana kalau nanti telat?" Bujuk Ayana mengalihkan topik. Wanita itu tersenyum manis sambil menepuk pelan pipi Julian berusaha menenangkan suaminya itu yang masih dilanda kekesalan.

Julian mendesah mengalah. "Ya sudah, ayo."

Pria itu pun menggandeng tangan Ayana menariknya keluar dari rumah menuju mobil yang sudah terparkir di halaman depan. Julian sendiri yang mengendarai mobilnya dalam perjalanan meski sebenarnya ada supir. Entahlah, Julian tidak ingin aktivitas berduaannya diganggu oleh orang lain kali ini meski supir sekalipun.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang