26. Penculikan

2.6K 53 0
                                    

Satu minggu berlalu cepat.

Selama satu minggu itu pula Ayana tidak bertatap muka dengan Julian sejak malam dimana pria itu menamparnya. Ia memilih tidak peduli, ada baiknya juga memang tidak bertemu beberapa hari belakangan ini. Karena jika bertemu, entah harus berekspresi seperti apa. Kejadian malam itu terasa sangat menyadarkan Ayana kalau Julian memang tidak akan pernah mempercayainya.Julian terlalu keras.

Di atas itu semua, Ayana sangat sadar bahwa mendapatkan hatinya hanyalah kemustahilan. Pria itu tidak akan pernah Ayana gapai, sampai kapanpun tidak akan pernah.

Namun yang menariknya, sejak saat itu pula Julian tidak pernah pulang ke rumah seolah menghilang tanpa jejak ditelan bumi. Tidak ada yang tahu kemana perginya Julian. Bahkan itu juga menimbulkan pertanyaan di benak Arallyn.

"Matt, kau tidak tahu kemana Julian pergi? Sudah hampir satu minggu ini dia menghilang tanpa kabar." Seru Arallyn pada Matteo.

Matteo yang baru turun dari kamarnya pun mendudukkan diri samping Selena berhadapan dengan Arallyn. Saat ini mereka sedang berada di ruang tengah lantai bawah tempat bersantai. "Kata Varo Julian ada pekerjaan ke Rusia." Jawab Matteo.

"Pekerjaan ke Rusia? Sungguh kah? Tumben sekali tidak mengabari Mommy." Heran Arallyn. Karena setiap akan melakukan perjalanan, baik jauh maupun dekat, pasti Julian akan berpamitan dulu padanya. Tidak seperti sekarang yang menghilang tiba-tiba.

"Varo yang mengabariku lewat pesan. Katanya ada pekerjaan mendadak ke Rusia." Lugas Matteo lagi. Dalam hati sebenarnya Matteo pun heran akan Julian yang tiba-tiba pergi tanpa ada pesan langsung darinya.

"Lalu kenapa kau tidak ikut? Bukankah kau sekretaris Julian, Matt?"

"Sekarang sekretaris Julian bukan aku, Mom, melainkan Varo. Aku hanya bertugas mengurus perusahaan ketika Julian tidak ada." Jawab Matteo menjelaskan. Sejak banyaknya masalah perusahaan belakangan ini, Julian memang mengubah posisi dan jabatan beberapa staf di kantor.

"Berapa lama Kak Julian di Rusia, Kak Matt?" Kali ini Selena yang bertanya sambil memeluk lengan pria itu mendongak ke atas menatap wajah sang Kakak. Terlihat sekali Selena sangat ingin bermanja.

Sejenak Matteo tampak bergeming akan tingkah Selena. Sudah lama sekali gadis remaja itu tidak memeluk dirinya seerat ini. Sedetik kemudian Matteo tersenyum tipis mengacak rambut Selena. "Mungkin beberapa minggu ke depan. Biasanya seperti itu bukan?"

"Huh, padahal hari ini aku sangat senang dan ingin kita berkumpul di sini bersama." Bibir Selena berkerucut.

Matteo terkekeh. "Senang kenapa?"

"Karena kita akan berkumpul di sini sambil bersenda gurau. Ada Mommy, aku, Kak Ana, Kak Matt, dan Kak Julian. Dan yang paling penting sekarang tidak ada Kak Cleo." Seru Selena sambil mencebik di akhir kalimat ketika mengatakan nama Cleo. Saat ini Cleo memang sedang keluar, mungkin belanja.

Ayana yang sebelumnya menyimak sambil menggambar tugas Selena pun sejenak menoleh pada gadis itu. Mata gadis itu meneliti sejenak bagaimana perlakuan Matteo pada Selena yang tidak jauh berbeda seperti Julian pada gadis remaja itu. Dalam hati Ayana tersenyum sinis, Matteo begitu pandai bermuka dua.

"Tugasmu sudah selesai, Selly." Sahut Ayana tiba-tiba.

"Sungguh?" Selena berbinar beralih duduk ke samping Ayana seraya mengambil buku matematikanya. "Wah, Kakak pandai sekali menggambar!!" Seru Selena senang.

Ayana terkekeh. "Hanya menggambar kolam ikan, tidak lebih."

"Tapi ini benar-benar bagus, Kak. Gambarnya terlihat nyata. Aku harus memamerkannya pada teman sekelasku." Selena mengangkat buku gambarnya ke atas.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang