19. Cleo

2.2K 53 0
                                    

Julian menatap punggung milik Ayana yang sudah menghilang di balik pintu ruang kerja miliknya. Pria itu kemudian berdiri dari tempat duduknya dan melangkah menuju area balkon. Merokok adalah salah satu cara untuk menghilangkan rasa gundah yang melanda.

Untuk masalah perusahaan, memang akhir-akhir ini sangat mengalami penurunan drastis dalam semua bidang. Baik itu retail, properti, bahkan fashion sekalipun. Namun sebenarnya bukan masalah perusahaan yang menjadi penyebab utama dirinya resah seperti ini.

Perusahaan yang sedang dalam keadaan kritis bisa Julian tangani dengan mudah beberapa hari kedepan, maka semuanya akan selesai. Yang menjadi masalah utamanya hari ini adalah karena kejadian sebelum dirinya pulang ke rumah ini.

Kala itu saat Julian sudah keluar dari gedung kantor, ia mengunjungi sebuah restoran terlebih dahulu berniat untuk membeli makanan untuk Selena dan Ibunya. Akan tetapi niatnya musnah seketika kala melihat seorang wanita cantik berwajah sendu sedang di ada di sana melayani para pengunjung.

Julian seketika mematung di salah satu meja tunggu melihat wanita itu dengan tatapan yang sulit sekali diartikan. Netra hijau milik wanita itu yang selalu menjadi candu untuk ditatap lama ternyata masih terasa. Wajah cantiknya masih membuat hatinya bergetar. Sorot mata sendu yang wanita itu pancarkan membuat hati Julian rasanya juga ikut terluka.

Dia ... Cleo Eileen Pearce. Seorang wanita cantik yang sudah bertahun-tahun masih bertahta di hatinya. Sang mantan kekasih yang sudah meninggalkan dirinya pergi memilih karir. Sang wanita yang sudah menorehkan luka yang teramat dalam untuk hatinya. Dan kini, Cleo dapat Julian lihat dengan jelas.

Antara rindu, kecewa, dan sisa-sisa cinta yang masih terasa. Semua perasaan itu campur aduk Julian rasakan. Ingin memeluk erat dan tidak mau melepaskan wanita itu lagi, tetapi terlalu kecewa dan sakit untuk melakukannya. Hatinya sudah terlalu hancur.

"J-Julian ..."

Deg!

Panggilan lirih itu ternyata semakin membuat jantungnya berdebar kencang. Suara merdu yang sudah beberapa tahun ini tidak pernah ia dengar kini menerpa hangat gendang telinganya. Meski demikian, kala itu Julian tetap mempertahankan wajah dinginnya.

Tanpa berkata apa-apa, Julian segera pergi dari sana tidak memperdulikan panggilan Cleo yang sedikit berteriak bahkan mengejarnya. Julian sama sekali tidak berbalik ataupun merespon Cleo. Niat awal yang ingin membeli makanan pun harus Julian urungkan saat itu juga.

"Damn it!"

Julian mengumpat kala bayangan dan kenangan Cleo kembali berputar di kepalanya layaknya kaset rusak. Tidak dapat dipungkiri, meski sudah bertahun-tahun berlalu, namun rasa cinta itu masih terasa untuk Cleo. Meski sebelumnya Julian merasa semua itu sudah menghilang, tapi kala melihat wanita itu kembali Julian ternyata tidak bisa memungkiri perasaannya sendiri.

"Julian,"

Sebuah panggilan lembut bernada keibuan mengalihkan atensinya. Pria yang sedang menghisap rokoknya itu menoleh pada wanita paruh baya yang kini duduk di sampingnya. Dengan segera Julian mematikan rokoknya dan membuangnya dalam asbak. Karena memang, ibunya itu tidak menyukai aroma rokok, terlebih keadaannya yang masih dalam tahap pemulihan.

Arallyn hanya menarik napas pelan melihat putranya yang masih saja belum bisa melepas kebiasaannya sejak keluar sekolah menengah atas itu. Merokok masih saja selalu Julian lakukan meski Arallyn sudah berkali-kali melarangnya. Bukan melarang sebenarnya, Arallyn hanya meminta Julian untuk membatasi merokoknya. Tetapi sepertinya hal itu masih sulit Julian lakukan.

"Sampai kapan kau akan terus merokok, Jul?"

"Mom, kau tahu seperti apa aku. Tidak mudah bagiku melepas kebiasaanku."

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang