Jatuh cinta pada pandangan pertama adalah suatu hal yang bukan mustahil. Karena buktinya itu terjadi pada Ayana. Hatinya berdesir setiap kali mengingat wajah tampan pria itu. Apalagi kalau mengingat bagaimana pria itu menciumnya.
Wajahnya terlihat sangat berseri-seri, berharap akan bertemu kembali dengan pria yang sudah ia cap sebagai calon suaminya kelak. Senyum tidak pernah luntur dari bibirnya sejak pertemuan mereka. Bahkan membuat ayah, ibu, dan adiknya terheran-heran.
"Ngeri gue liat lo senyam-senyum mulu." Elsa bergidik ngeri.
Ayana mendatarkan wajahnya seketika mendengar celetukan adiknya yang sungguh tak berperasaan. Tidak tahu kah adiknya itu kalau kakak yang katanya cantiknya tiada kalah itu sedang jatuh cinta pada pandangan pertama? Ayana hanya bisa bergumam kata sabar dalam hati guna meredakan kekesalan hatinya karena Elsa.
"Orang jomblo gitu, ya? Sensian." Cibir Ayana balik diiringi senyum devil yang terulas.
"Lo juga jomblo kalo lo pikun."
"Cih, kata siape gue jomblo? Gue mah bentar lagi juga punya laki." Sahutnya percaya diri.
"Hahah," Elsa tertawa. "Lo pikir gue percaya? Pacar aja lo kagak punya." Ejek Elsa.
"Lo--"
"Ayana, Elsa, Diam!" Tegur Amara membuat dua orang yang sebelumnya berdebat itu bungkam seketika. Daripada mendapatkan ceramah panjang lebar dari sang ibu lebih baik mereka diam.
"Kalian jagain rumah. Mama sama Daddy mau ke rumah si kakak dulu." Sahut Amara.
"Ngapain emang? Perasaan kemarin mereka baru ke sini." Kata Elsa.
"Jenguk kakak ipar kalian, lah. Mama kan pengen ketemu cucu Mama."
Ayana mencebik seolah kesal padahal sebenarnya bisa saja. "Semenjak ada Leon, sekarang Mama jadi nganak tiriin Ay, deh." Rajuknya.
Amara memutar bola mata malas melihat ekspresi wajah putrinya yang sungguh membuatnya ingin muntah seketika. Anak itu memang terlalu suka mendramatis. "Gak usah lebay, deh. Udah ah, Mama pergi dulu. Ingat! Jagain rumah jangan keluyuran kemana-mana!"
"Ya udah, Ma. Hati-hati!"
"Iya."
Tidak berselang lama setelah Amara dan Thomas pergi keluar rumah, Ayana juga ikut berdiri sambil memutar-mutar kunci mobilnya.
"E-eh, Lo mau kemana?" Sewot Elsa.
"Gue mau maen sama temen-temen gue." Jawab Ayana jengah.
"Tapi Mama bilang--"
"Entar gue kerjain tugas lo semua."
Seakan mendapat angin surga, Elsa tentu saja menurut dengan kakaknya. Lebih baik seperti itu bukan? Dari pada pusing memikirkan jawaban mending saling memanfaatkan dengan kakaknya itu.
***
Gemerlap malam melingkupi sebuah club di malam hari. Suara musik yang begitu bising terdengar memekakkan telinga. Bau minuman alkohol begitu menyengat indera penciuman.
Orang-orang bergoyang meliak-liukkan tubuh sexy mereka sesuai iringan musik di bawah pengaruh minuman keras seolah mengeluarkan beban hidup dengan alkohol. Berciuman panas bahkan ada yang melakukan hal lebih pun bukan hal aneh di sini. Semua hal yang ada di sini seolah sudah menjadi budaya.
Di meja bar, tampak tiga orang manusia-manusia minim akhlak yang tidak kenal aturan sedang duduk nongkrong dengan tampilan bad yang begitu melekat dalam pakaian mereka. Benar-benar edukasi yang sangat tidak patut untuk dicontoh bagi anak-anak usia dini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Roman d'amour[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...