75. Restu Daddy Leo

2.4K 59 0
                                    

Beberapa hari berlalu.

Canda tawa dan kebahagiaan benar-benar melingkupi rumah besar berlantai dua nan megah itu. Selena sudah diperbolehkan pulang tadi pagi dan kini ia tinggal bersama keluarga dari kakak iparnya. Awalnya ia merasa ragu, sungkan dan merasa malu. Akan tetapi lama kelamaan ia mulai bisa mengakrabkan diri dengan mereka.

Bahasa Indonesia yang masih terasa asing di pendengarannya kini Selena mulai belajar dan sudah paham sedikit demi sedikit. Meski hari-harinya ia masih sering menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan mereka. Sedangkan dengan Julian sendiri Selena lebih sering menggunakan bahasa Italia.

Walau begitu, Selena merasa senang dan bahagia. Ia bahagia berada di lingkungan keluarga itu yang membuatnya merasa memiliki kembali kehangatan keluarganya yang sebelumnya hilang.

"Aunty, what is the name of this food? Is salad?" Selena bertanya pada juru masak rumah itu sambil menunjuk makanan yang tersaji di atas piring yang menampakan aneka macam buah yang dipotong-potong kemudian ditaburi bumbu berwarna merah kecoklatan.

Pelayan itu dengan bangganya mengulurkan tangan kepada Selena. "Name saya is Nuning." Mendengar kata 'name' yang sempat Nuning dengar membuat pelayan itu mengira kalau Selena menanyakan namanya.

Selena mengernyit. Dengan wajah terheran-heran ia membalas jabatan tangan pelayan itu. "Oh, name of this food is ... 'Nu- ee ... What?"

"Nuning!" Pembantu itu dengan bangga mengulang namanya tanpa tahu apa arti dari ucapan Selena.

"Oh, yeah." Selena mengangguk seolah mengerti padahal ia benar-benar bingung.

"Pfftt!"

Tangan Ayana membekap mulutnya yang hendak tertawa. Mendengar percakapan Selena dan pembantu rumahnya itu benar-benar membuat ia ingin tertawa terbahak-bahak. Nuning adalah salah satu pembantu rumah itu yang berasal dari kampung. Ia sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris.

"Aduh, Bibi ... Hahah," Elsa bahkan tidak bisa lagi menahan tawanya. Ia tertawa terbahak-bahak memegangi perutnya.

"Sejak kapan rujak ganti nama jadi Nuning? Kapan syukurannya?" kelakar Elsa sambil terus tertawa lebar.

Ayana pun ikut tertawa. "Bibi, Selly itu tanya nama makanan itu apa, bukan tanya nama Bibi," jelas Ayana sambil terkekeh.

Saat itu tangan Nuning menggaruk kepalanya sambil ikut tertawa. Wanita berusia empat puluh tahunan itu pun ikut tertawa menyadari kebodohannya. "Aduh Neng, maaf. Saya tidak tahu kalau Nona Selena menanyakan makanan rujak,"

"Udah-udah gak papa. Selly juga pasti ngerti, kok. Right, Selly?"

Selena menoleh dengan tatapan tidak mengerti pada kakak iparnya. "No. I don't understand." Ucapnya pasrah membuat Elsa dan Ayana semakin terkekeh.

"Ok, ini namanya rujak. Sedangkan nama 'Nuning' tadi, itu namanya Bibi. Bukan nama makanan ini. Kau mengerti?"

(Anggap aja Ayana ngomong bahasa Inggris sama Selena. Malas translate, soalnya kadang terjemahannya suka ngawur, wkwk)

Gadis itu mengangguk sambil tersenyum. "I understand."

Nuning tersenyum lega. "Kalau begitu saya permisi ke belakang dulu, Non."

"Loh, gak mau ikut gabung, Bi?" Tawar Ayana.

"Nggak usah, Non. Saya permisi."

Kini tinggallah hanya mereka bertiga di sana.

"Sekarang langsung coba saja. Kau pasti suka,"

Di bawah sinar terik matahari, mereka duduk di gazebo rumah menikmati kebersamaan sekaligus mengisi waktu bosannya. Di suasana yang panas ini memang enaknya makan yang segar-segar. Seperti rujak misalnya.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang