36. Merajuk

2.9K 63 0
                                    

"KAK ANA!!"

Selena menubruk tubuh Ayana memeluknya erat tepat ketika Ayana sampai di depan teras rumah utama. Gadis remaja itu tampak menangis setelah beberapa hari ini tidak bertemu kakak iparnya setelah kejadian penculikan Ayana beberapa waktu lalu.

"Aku merindukan Kakak." Ucap Selena pelan.

"Kakak juga merindukanmu, Selly."

Tidak ingin kalah, Arallyn juga ikut memeluk Ayana erat seraya mengecup keningnya penuh kasih sayang. "Bagaimana keadaanmu, Ana? Kau baik-baik saja bukan?"

Ayana merenggangkan pelukannya. Ia tersenyum lembut. "Baik, Mom. Ana tidak apa-apa." Jawab Ayana.

"Syukurlah." Sahut Arallyn.

Tidak berselang lama sesosok pria yang sudah dua minggu ini menghilang dari rumah pun masuk juga ke dalam rumah. Julian tersenyum tipis melihat ibunya, pria itu segera mendekat dan tanpa aba-aba memeluk Arallyn erat menenggelamkan wajahnya di ceruk leher wanita paruh baya itu.

"Julian? Kau baik-baik saja?" Arallyn mengusap kepala belakang Julian perhatian. Entah mengapa Arallyn merasa ada yang aneh dengan putranya itu. Wanita itu melirik Ayana meminta penjelasan apakah sudah terjadi sesuatu yang membuat Julian seperti ini. Namun Ayana hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala tidak tahu.

"Hm, aku baik-baik saja. Mommy sudah sehat?" Julian melepas pelukannya.

Arallyn mengangguk menjawab pertanyaan Julian. "Mommy sudah baik-baik saja sekarang, kau tidak perlu khawatir. Melihat kalian baik-baik saja Mommy sudah lega." Kata Arallyn.

Tangan wanita itu tiba-tiba terulur mengusap pipi Julian. "Kau ada masalah?" Terka Arallyn.

Senyum tipis Julian berikan seraya menggeleng pelan. "Tidak, Mom." Dustanya.

"Kalian sudah makan?"

Baik Ayana maupun Julian serentak mengangguk.

"Kalau begitu lebih baik kalian istirahat. Pasti lelah bukan?"

"Ya, Mom."

Arallyn dan Selena masuk lebih dulu ke dalam rumah. Saat Ayana hendak akan juga masuk mengikuti adik dan ibu mertuanya ke dalam, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat beberapa penjaga baru. Bibir wanita itu mengukir senyum ceria.

"Kalian di sini?" Tanya Ayana pada Enzo, Max, Nick dan Valen.

Keempat pria berseragam jas itu sontak serentak mengangguk melemparkan juga senyum ramah mereka pada Ayana dengan sedikit membungkukkan badan mereka seakan memberi penghormatan.

"Selamat pagi, Nona." Sapa mereka.

"Aku tidak menyangka kalian di sini." Sahut Ayana lagi.

"Kami ditugaskan oleh Ketua menjaga rumah, Nona." Jawab Enzo mewakili. Sedangkan ketiga pria lainnya hanya menunduk tanpa berani mengangkat wajah menatap Ayana.

Ayana mengangguk mengerti. Lalu pandangannya menatap ketiga pria lainnya yang masih menunduk yang beberapa hari lalu sempat mengobrol dengannya di markas. "Kenapa kalian bertiga menunduk?"

Sontak pertanyaan itu membuat ketiga pria itu mengangkat wajah takut. Mereka tersenyum kikuk, masih mereka ingat jelas kejadian terakhir. Itu adalah peringatan keras bagi mereka agar harus berhati-hati, jangan sampai bermacam-macam dengan istri atasannya itu apalagi sampai menggodanya lagi. Mereka masih sayang nyawa.

"K-kami--"

"Leher mereka patah, mereka tidak bisa mengangkat wajah!"

Sontak ketika pria itu menunduk lagi tidak berani mengangkat kepala.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang