11. Bersama Selena

2.7K 73 0
                                    

Ayana menjatuhkan tubuhnya di atas sofa di lantai bawah rumah. Wajah yang begitu lelah terlihat kontras. Keringat masih mengucur di seluruh tubuhnya. Ini sudah pukul 2.00 p.m. dan Ayana baru menyelesaikan semua pekerjaannya. Kedua lutut dan tangannya seolah mati rasa saking pegalnya. Gadis itu mendengus kasar merasa kesal.

Kerongkongannya sangat haus sekali ingin meminum minuman dingin yang berisikan es batu lalu mengalir di tenggorokan, sepertinya akan segar sekali kalau diminum olehnya. Membayangkan semua itu saja sudah membuat Ayana menelan ludahnya.

Untung saja tadi Selena sempat memberinya beberapa roti dan minuman sehingga Ayana masih kuat sampai sekarang. Awalnya Selena sempat menawarkan ingin membantu dan juga menawarkan akan memanggil pelayan, tetapi gadis itu menolak dengan alasan kalau ini adalah perintah suaminya.

"Minumlah, Kak!" Selena datang menyodorkan minuman dingin untuk Ayana. Ayana menatap binar minuman dingin yang disodorkan oleh Selena. Tanpa menunggu lagi Ayana langsung menerimanya dan berniat meminumnya saat itu juga, namun suara pelayan yang tiba-tiba datang mencegah gadis itu.

"Tunggu Nona!"

Ayana menurunkan tangannya malas lalu menatap jengah pelayan itu. "Kenapa?"

"Tuan Julian melarang kami agar Anda tidak minum minuman itu ataupun makanan yang ada di sini. Tuan memerintahkan kami agar mengawasi Anda supaya jangan bertindak seenaknya. Tuan juga mengatakan kalau anda hanya boleh meminum air keran dan memakan makanan bekas kami makan."

"WHAT?!" pekik Ayana dengan mulut sedikit terbuka. Apa yang dikatakan pelayan itu lelucon? Bagaimana bisa ia memakan makanan bekas serta hanya boleh minum air keran?! Membayangkan semua itu saja sudah membuat Ayana mual setengah mati.

Sepertinya julukan 'Suami Sadis dan Tidak Berperasaan' akan Ayana sematkan mulai hari ini untuk Julian. Sekarang Ayana sadar kalau ternyata pria itu lebih kejam dan menyebalkan dari segerombolan anak-anak genk motor nakal yang sering ia temui sewaktu sekolah.

"Ck, kakak benar-benar keterlaluan. Bagaimana bisa istrinya diberi makanan tidak layak seperti itu?" Geram Selena.

"Sudahlah Selena, tidak apa-apa. Kakak akan minum air keran saja." Sela Ayana lemas.

"Tidak, Kakak ipar! Air keran sangat tidak sehat. Minumlah minuman itu saja." Sahut Selena lagi.

"Tapi Nona, bagaimana kalau Tuan tahu?" Pelayan itu tampak sangat cemas sekaligus takut. Karena kalau Julian mengetahui apa yang terjadi hari ini, sudah pasti pelayan itu yang akan mendapat hukuman dari majikannya.

"Kakak tidak akan tahu kalau kau tidak memberitahunya." Jawab Selena jengah.

"Bukan itu masalahnya Nona. Tapi di rumah ini banyak CCTV. Meski saya tidak memberitahu Tuan, Tuan akan tetap tahu semuanya." Ujar pelayan itu memberitahu.

Selena dan Ayana saling pandang. Lalu kemudian mata mereka melirik ke atas dimana CCTV terlihat menempel di setiap sudut ruangan rumah itu. Hampir semua bagian dan ruangan rumah terdapat CCTV. Mungkin yang tidak dipasang CCTV hanya di ruangan-ruangan khusus saja, seperti kamar dan WC misalnya.

Ayana terdiam sebentar. Otaknya mencari cara melakukan hal-hal enak di rumah itu tanpa sepengetahuan Julian. Sayang juga kalau rumah besar dan mewah tidak dimanfaatkan dengan baik.

Tidak lama kemudian, sudut bibir gadis itu terangkat. Dalam otaknya terdapat rencana licik. Lalu setelahnya gadis itu mendongak menatap Selena. "Selena, apa kau punya laptop?"

"Punya. Kenapa?" Tanya Selena balik.

"Apa aku boleh meminjamnya?"

Selena tersenyum. "Tentu saja, Kak. Tunggu sebentar, aku akan membawanya."

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang