Pagi hari yang cerah menyapa kota Milan diantara hawa dinginnya suhu udara. Sang surya mulai menampakkan cahayanya menerangi bumi menembus sela-sela kaca jendela rumah di setiap sudutnya melelehkan salju yang menghalangi kaca jendela.
Selesai menata sandwich, Arallyn langsung menaiki tangga menuju kamar Ayana membawa sarapan untuk menantunya itu. Entah mengapa Ayana tidak turun padahal kehadirannya ditunggu di meja makan. Arallyn mengira Ayana mungkin sakit, karena itulah ia sengaja mengantarkan sarapannya ke kamar gadis itu.
"Ana!"
Tok! Tok!
"Ana apa kau sakit? Kenapa tidak turun ke bawah?" Seru wanita paruh baya itu.
Sudah beberapa kali ketukan namun sama sekali tidak ada jawaban dari dalam. Arallyn pun akhirnya memutar knop pintu lalu perlahan masuk ke dalam kamar. Matanya menatap sekeliling kamar yang sepi seperti tidak ada siapa-siapa bahkan lampunya dimatikan. Ia bergerak menyalakan lampu.
Masih sama. Begitu hening, bahkan tempat tidurnya pun masih rapi seperti tidak digunakan. Arallyn melangkah semakin dalam menacari menantunya itu. Mulai dari balkon hingga kamar mandi, namun Ayana sama sekali tidak ada dimana-mana. Entah mengapa perasaan tiba-tiba cemas. Wanita paruh baya itu pun keluar kembali.
"Pelayan, apa diantara kalian ada yang melihat Ana?" Tanya Arallyn. Matanya bergerak ketakutan akan keadaan Ayana.
Para pelayan itu saling tatap sejenak dengan kening berkerut. "Tidak, Nyonya. Kami tidak melihat Nona Ayana sejak kemarin sore." Salah satu pelayan itu menjawab mewakili.
"Oh Tuhan, dimana sebenarnya Ayana?" Gumam Arallyn seraya melengos pergi menuruni tangga membawa kembali sandwich yang dipegang. Wanita itu menaruh dulu piring itu di atas meja makan. Sesaat kemudian ia keluar menemui para penjaga.
"Penjaga! Cari Ayana dimana dia berada!" Titah Arallyn segera.
"Mommy, ada apa?" Heran Selena yang baru menuruni tangga melihat ibunya yang seperti kelimpungan.
"Selly, kau melihat kakakmu, Ana?"
Selena menggeleng. "Tidak, aku terakhir melihat Kak Ana kemarin sore sepertinya. Mungkin di kamar."
"Mommy sudah periksa, tidak ada Ana di kamar. Mommy juga sudah menanyakan pada para pelayan, tapi mereka tidak ada yang tahu dimana Ayana. Ya ampun, Mommy benar-benar khawatir."
"Mommy tenanglah, Kak Ana pasti ada di sekitar sini. Rumah ini luas, Mom, mungkin saja Kak Ana sedang berjalan-jalan di pagi hari." Selena menenangkan ibunya.
"Mommy berharap seperti itu. Tapi entah mengapa perasaan Mommy mengatakan hal lain." Sahut Arallyn.
"Sudah, lebih baik Mommy tenang dulu. Jangan terlalu banyak berpikir negatif." Selena menggiring ibunya duduk di sofa.
Arallyn mencoba berpikir positif menghalau segala pikiran negatif di kepalanya. Ia meminum air yang Selena berikan padanya supaya menenangkan hati dan pikirannya yang gundah.
Tidak berselang lama, para penjaga menghampiri Arallyn dengan wajah tegang mereka. "N-nyonya, Nona Ayana tidak ada di rumah."
"Apa?!!" Arallyn refleks berpekik. Ia bahkan sampai bangkit berdiri dari duduknya. "Kalian sudah mencarinya ke seluruh tempat?"
"Sudah, Nyonya. Kami bahkan sudah memeriksa ke luar rumah di lingkungan sekitar, namun kami tidak menemukan Nona Ayana." Lugas pria berpakaian hitam itu sambil menunduk tidak berani menatap wajah majikannya.
"Lalu kemana Ayana?" Air mata Arallyn mulai bercucuran.
"Apa kalian benar-benar tidak ada yang melihat Kak Ana?" Kali ini Selena yang bersuara. Gadis itu juga berubah cemas ketakutan memeluk ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Romance[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...