Tok! Tok!
"Ana, buka pintunya! Mengapa kau mengunci diri di kamar?"
"Iya sebentar." Akhirnya gadis itu bersuara dari dalam. Namun ada yang aneh, suaranya terdengar serak seperti menahan tangis.
Pintu pun terbuka menampakkan Ayana dengan wajah muram tidak bersemangat. Matanya memerah seperti habis menangis, tatapannya sayu menyorot Julian. "Maaf, aku dari kamar mandi tadi." Sahutnya pelan.
Julian mengangguk menatap lekat wajah Ayana. "Matamu merah. Kau menangis?"
Ayana menggeleng cepat. "Mataku terkena sabun, karena itulah merah." Dustanya.
Pria itu menghela napas panjang tidak mau bertanya lagi. Julian menyodorkan sekantung makanan yang ia beli dari restoran berikut beberapa kantung paper bag yang dibelinya tadi di mall.
"Aku malas masak, tadi aku keluar membeli makanan untukmu." Lugas Julian menjelaskan.
"Hm, thanks." Ucap Ayana. Ia tidak tahu kapan Julian keluar karena sejak dari Ayana mengunci diri di kamar setelah Julian menyuruhnya naik masuk ke dalam rumah.
"Lalu ini apa?" Tangan Ayana mengangkat paper bag yang Julian berikan.
Bahu pria itu mengendik. "Buka saja." Sahutnya santai hendak berlalu pergi. Namun langkahnya terhenti saat kelupaan sesuatu. "Oh iya, aku akan keluar lagi, mungkin akan lebih lama.'
"Kau meninggalkanku sendirian di sini?" Ayana keberatan.
Julian menoleh menatap lekat wajah Ayana. Pria itu bergeming beberapa saat sebelum akhirnya bersuara lagi. "Kau mau ikut?"
Gadis itu mengangguk antusias sambil tersenyum.
"Tapi kau masih sakit, Ana."
"Aku baik-baik saja sekarang." Balas Ayana kukuh.
Pria itu membuang napas berat. "Ya sudah, kau habiskan dulu makananmu, setelah itu bersiaplah. Aku tunggu di bawah." Putusnya berlalu pergi menuruni tangga.
Ayana menutup pintunya kembali menuruti ucapan Julian. Rasa sedihnya akibat pria itu tadi siang menguap berganti rasa senang akan perhatian yang Julian berikan. Tidak mau membuat Julian menunggu, Ayana pun segera memakan makanannya dengan khidmat.
Selesai dengan aktivitas makannya, barulah Ayana membuka paper bag itu. Matanya terbelalak kaget melihat isi di dalamnya yang ternyata adalah beberapa dress baru berikut juga lengkap dengan bra dan celana dalamnya. Bukan hanya itu, Julian juga membelikannya sebuah handphone mahal dan sepatu boots khusus untuk dipakai di musim dingin.
Senyum senang merekah di bibirnya. Tanpa menunggu lagi Ayana segera mengganti kemeja kebesaran yang di pakainya dan menggantinya dengan dress tersebut.
"Aku selalu memimpikan dress ini untuk kubeli nanti." Gumam Ayana senang menatap pantulan dirinya di cermin. "Tapi dari mana Julian tahu modelku bahkan ukuran bra-ku juga?" Ucap Ayana heran.
Wanita itu tiba-tiba mengulum senyum menyadari semua model pakaian ini hanya ia simpan di keranjang aplikasi belanja di akunnya. Memang tidak sama, tapi model bajunya benar-benar mirip. "Apa Julian sengaja membajak akun aplikasi belanjaku? Karena itulah dia mencari baju yang mirip?"
"Ck, sudahlah. Julian menungguku di bawah." Lerai Ayana akhirnya tidak mau ambil pusing meski hatinya sangat berbunga-bunga. Setelah selesai, gadis itu merapikan juga rambutnya dan menjepit tetengah bagian atasnya dengan jedai.
Di sisi lain.
"Aku akan ke markas sekarang bersama istriku. Kita bicarakan masalah kemarin dengan kepala dingin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Romance[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...