15. Konspirasi?

2.5K 62 0
                                    

Wajah lesu Ayana tersemat di wajah cantiknya. Gadis itu melangkah masuk ke dalam rumah besar itu dengan lemas. Masih teringat jelas bagaimana penjelasan dari ibu mertuanya yang membuat gadis itu mengerti bagaimana keadaan sebenarnya. Ini hanyalah sebuah kesalahpahaman, namun Julian terlalu dibutakan akan dendamnya.

Terlebih itu semua, yang paling membuat Ayana sakit hati adalah tentang wanita di masa lalu suaminya. Ayana ingin tahu siapa dia yang sudah menjadi pemilik hati suaminya itu.

Hingga tepat sampai di dalam, Ayana terdiam kala melihat salah satu pelayan di lantai dua terlihat sedang membersihkan pecahan beling. Ayana yang penasaran segera naik ke atas melihat semua itu. "Aunty Marine!" Panggil Ayana. Sedikitnya ia tahu nama beberapa pelayan di sana.

Wanita bernama Marine itu menoleh pada Ayana. Bibirnya melengkungkan senyum. Wanita itu memang akrab dengan Ayana. "Selamat sore, Nona."

"Aunty sedang apa?"

"S-saya sedang membersihkan ruang kerja Tuan, Nona." Jawab wanita itu dengan wajah seakan tidak enak.

"Bukannya ruang kerja Julian dipakai sidik jari seperti kamarnya? Mengapa bisa masuk?" Heran Ayana. Di antara semua ruangan, memang hanya kamar Julian dan ruang kerjanya saja yang dipakai sidik jari sebagai kunci masuk.

"Tadi Tuan sudah membukanya sebelum pergi dan setelah selesai menyapukan ruangan, kami menutup kembali pintu yang akan langsung otomatis terkunci kembali." Lugas Marine.

Ayana mengangguk mengerti ingin berlalu pergi namun matanya menangkap sesuatu di atas lantai. Gadis itu melirik ke bawah pecahan kaca berikut kayu panjang bekas pigura. Tidak hanya itu, di sana juga terlihat ada secarik foto yang terbalik. Ayana membungkukkan sedikit badannya berniat mengambil foto itu.

"Jangan Nona!" Cegah Marine panik.

Ayana semakin mengernyit mendapat respon seperti itu, juga semakin penasaran foto siapa yang ada di bawah lantai itu. Ayana tidak menggubris larangan pelayan itu dan tetap mengambil foto itu. Sedangkan Marine tampak pasrah dan memilih menunduk.

Hancur, remuk, redam. Semua rasa itu dirasakan oleh Ayana. Jantungnya rasanya seakan dihantam batuan tajam. Bagaimana tidak? Di foto itu terlihat seorang wanita cantik yang tersenyum manis menoleh ke samping beserta seorang pria yang memeluk wanita itu dari belakang dan mencium bibir wanita itu mesra. Romantis sekali.

Ayana memejamkan matanya erat seiring tetesan air mata yang mengalir di kedua pipinya. Foto yang sebelumnya tergenggam di tangannya itu kini tanpa sadar ia jatuhkan kembali ke lantai. Dadanya sesak, jantungnya terasa tercabik-cabik. Padahal ini hanyalah sebuah foto masa lampau. Entah bagaimana kalau nanti seandainya Julian melakukan hal yang sama di hadapannya.

Marine menangkupkan tangannya di depan gadis yang terlihat sedih namun tatapannya kosong itu. "Nona, maafkan saya. Saya tidak bermaksud membuat Nona sedih. Tetapi saya hanya menjalankan tugas saya membersihkan ruang kerja Tuan." Ujar Marine.

Ayana tersenyum tipis di atas sakit hatinya. "Tidak apa-apa, Aunty. Aku tahu itu tugas Aunty. Tidak perlu merasa bersalah karena aku juga sudah tahu kalau Julian memiliki kekasih." Ucap Ayana pelik lalu pergi dari sana.

Gue gak boleh lemah kayak gini. Ini adalah misi baru buat gue, yaitu ngegantiin posisi dia di hati Julian. Gue pasti bisa. Semangat Ay!

***

Di dalam kamar yang sempit itu, nyatanya Ayana sama sekali tidak bisa tidur dengan nyenyak. Tubuhnya ia balik-balikan ke kanan dan ke kiri. Apakah itu karena kasurnya yang keras? Oh sudah jelas, tentu saja. Akan tetapi ada alasan yang lebih spesifik dari pada itu semua.

Penyebab segala kegundahan gadis itu hanya satu, yaitu Julian. Sedari tadi Ayana berusaha memejamkan matanya mencoba melupakan foto yang membuat dirinya tidak bisa tidur sampai sekarang. Itulah alasan utama kenapa malam ini ia tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang