Plak!
Ayana meringis merasakan kebas di pipinya ketika sebuah tamparan ia dapatkan. Wanita itu tengah menatap kolam renang halaman belakang tidak menyadari ada seseorang menghampiri dan menampar Ayana tanpa segan. Tidak hanya itu, orang itu bahkan menarik tangan Ayana menuju lorong sempit kemudian menghempaskannya sampai membentur tembok.
"Apa yang kau lakukan pada Julian?!! Kau hasut dia agar menjauhiku, kan?! Mengapa dia selalu membelamu sekarang?!!" Pelik Cleo marah.
Kekehan sinis Ayana mengudara, dagunya terangkat angkuh dengan tangan yang bersedekap. "Jalang tidak tahu diri sepertimu apakah pantas mengatakan seperti itu pada seorang 'istri sah'?" Dengan sengaja Ayana menekan kata 'istri sah' menegaskan statusnya.
Kedua tangan Cleo terkepal erat. "AKU BUKAN JALANG KAULAH YANG JAL-- Akh!"
Cleo mengerang kesakitan ketika Ayana memelintir tangannya dan menyudutkan wanita itu ke tembok. Ayana mendekatkan bibirnya ke telinga Cleo. "Wanita yang berhubungan dengan banyak pria adalah pelacur. Kita beda kasta, bitch! Sebelum Julian, aku masih suci belum tersentuh pria manapun. Sedangkan kau?"
Kekehan sumbang Ayana kembali terdengar. "Dengarkan aku baik-baik, sekarang Julian semakin dekat denganku. Aku hanya sedang memikirkan cara membuat Julian mengetahui rencana busuk kalian, para penghianat! Sebaiknya kau hati-hati."
Tanpa belas kasih Ayana mendorong Cleo hingga wanita itu jatuh tersungkur. Sesaat kemudian ia menepuk-nepuk kedua tangannya seakan merasa jijik sudah menyentuh Cleo. Wanita itu bersedekap menatap tantang Cleo.
"Kau akan kalah, Ayana! Lihat saja setelah Matt mendapatkan surat peralihan harta kekayaan Alvarez Corp, kau akan menjadi janda! Julian akan mati!" Desis Cleo pelan penuh amarah.
"Oh, ya? Benarkah?" Ejek Ayana.
Ting!
Sebuah notifikasi pesan dari handphone Cleo yang digenggam menyita perhatian karena layarnya yang menyala. Cleo tampak seperti berpura-pura panik meski sudut bibirnya terangkat membentuk senyum miring setelah melihat Ayana membacanya. Dengan segera ia mematikan ponselnya.
"Awas kau, Ayana!" Desis Cleo sebelum berlalu pergi.
Ayana sendiri masih mematung menatap kepergian Cleo. Sedikit kurang lebih Ayana dapat membaca isi pesan tersebut meski tidak semuanya yang intinya pada sebuah ajakan pertemuan jam delapan malam ini di sebuah club bernama Lavigne Club. Ayana tahu club itu adalah salah satu club yang cukup besar di Milan.
"Mereka pasti sedang merencanakan sesuatu. Aku harus mengikuti Cleo setidaknya memfoto atau membuat video agar Julian percaya perkataanku. Tapi bagaimana caranya?" Gumam Ayana mengetuk dagu bingung.
Masalahnya sekarang Julian ada di rumah. Akan sulit bagi Ayana keluar rumah apalagi ketika malam-malam. Terlebih kalau ingat janjinya pada Julian untuk jangan bertindak apapun tanpa sepengetahuan pria itu. Tapi Ayana juga tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan emas ini agar Julian tahu yang sebenarnya.
Ayana berhenti mengetuk dagu, senyum miring terukir ketika mendapat ide di kepalanya. "Aku ada rencana mengalihkan perhatian Julian."
***
Tok!
Tok!
Beberapa kali ketukan, tidak ada sahutan dari dalam kamar. Ayana mendesis kesal di depan pintu kamar Julian, masalahnya ia membawa secangkir kopi hitam yang tadi diminta suaminya itu. Tapi ketika sampai di depan pintu dan sudah mengetuknya malah tidak ada jawaban.
Mata Ayana melirik sebuah tombol pendeteksi sidik jari yang secara otomatis akan terbuka jika terdeteksi. Iseng, Ayana menempelkan jempolnya.
Bip!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Roman d'amour[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...