21. Persekongkolan

2.3K 54 0
                                    

"Siapa kau?!" Pekik Ayana.

Terkejut? Tentu saja. Masalahnya adalah ketika Ayana melihat seorang wanita cantik datang ke rumah bersama Julian yang menggandeng tangan wanita itu erat seolah tidak ingin melepaskan.

Kalau ditanya apakah kala melihat itu sakit hati atau tidak, jelas jawabannya adalah sakit. Ayana tidak pernah melihat Julian menggandeng seorang wanita dengan cara seperti itu. Sekalipun pernah, Ayana hanya melihat Julian bersama jalang-jalangnya yang sengaja dibayar. Tetapi untuk kali ini, Ayana tahu dia bukan wanita sembarangan.

"Kak Cleo?" Selena sendiri terkejut melihat ternyata yang datang bersama kakaknya adalah Cleo.

Cleo tersenyum semanis mungkin pada Selena. "Hai Selly!" Serunya.

Selena mendelik malas. "Tidak perlu merasa akrab denganku. Bagiku kau hanyalah benalu untuk kakakku!" Tandasnya kejam.

"Selly!" Tegur Julian namun dihiraukan oleh Selena. Sedangkan Cleo sendiri hanya bisa mengepalkan tangannya tanpa bisa berbuat apa-apa.

Ayana hanya mengernyitkan dahinya melihat semua itu. "Jul, siapa dia?"

Pria itu beralih menatap Ayana dengan sorot mata dinginnya. Julian terdiam sebentar sebelum mengatakan semuanya. Entah mengapa lidahnya seakan kelu untuk berucap kata yang akan ia ucapkan. Akan tetapi ego yang terlalu tinggi membuat Julian menepis semua rasa itu.

"Dia Cleo ... Kekasihku!"

Sembilu tidak kasat mata rasanya menancap tepat mengenai jantung dan hati Ayana kala mendengar lanjutan kata yang Julian ucapkan barusan. Kekasih? Apa semua ini adalah lelucon belaka? Julian membawa kekasihnya ke rumah di saat dirinya sendiri sudah memiliki seorang istri? Fuck. It's not funny.

Ayana hanya mematung mendengar ucapan yang keluar dari mulut Julian. Mata coklatnya menatap Cleo dari atas sampai bawah menelisik apakah wanita itu sama dengan foto yang ia temui beberapa waktu lalu. Benar. Ternyata mereka mirip dan Ayana tidak bisa lagi menyangkal kalau Cleo memang kekasih Julian.

"Jadi kau benar-benar membawa wanita itu kemari?"

Suara dingin milik Arallyn menyita perhatian semua orang yang ada di depan pintu. Julian hanya diam menggenggam erat Cleo dengan pandangan sedikit menunduk kala ibunya menatap dingin dirinya. Sorot mata yang sangat jarang sekali terpancar dari kedua bola mata milik wanita paruh baya itu.

"Selly! Masuklah ke kamarmu." Selena tentu saja menuruti perintah ibunya. Mana berani ia menolak. Akan tetapi sebelum ke kamarnya, Selena sempat memberikan sorot mata nyalangnya untuk Cleo.

Senyum Cleo merekah meski dibumbui keterpaksaan sekaligus kekesalan di hati mendapati respon seperti itu. "Aunty, senang bertemu dangan Aunty--"

Arallyn mengangkat tangan kanannya mengkode wanita itu agar berhenti bicara yang jelas sama sekali enggan Arallyn dengarkan ocehannya. Wanita itu mendekat ke arah Ayana yang tampak masih membatu dan kemudian merangkul gadis itu memeluknya layaknya seorang ibu untuk putri kandungnya sendiri.

"Kita masuk saja, Ana. Biarkan mereka melakukan hal sesuka mereka. Jangan ganggu, kasihan. Mungkin mereka ingin lepas rindu," Ujar Arallyn sedikit menyindir Cleo dan Julian.

Ayana hanya menurut saja dan mengikuti langkah kaki ibu mertuanya dengan jiwa yang entah kemana. Gadis yang biasanya cerewet itu kini berubah menjadi gadis pendiam dalam sekejap. Sorot matanya nya tidak tentu arah dengan mata coklatnya yang mulai berkaca-kaca.

Arallyn membawa Ayana menuju taman area belakang rumah. Wanita paruh baya itu tahu, kalau menantunya butuh tempat yang tenang saat ini. Karena Arallyn pun dapat mengerti bagaimana perasaan Ayana.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang