Done ya ... triple up nihh
***
Satu persatu kado sudah Ayana buka. Kado yang paling berkesan adalah kado Selena. Gadis itu membuat gambar sederhana. Tampak sepasang kekasih yang duduk di sebuah bangku. Sedangkan di belakangnya ada seorang gadis remaja yang memayungi mereka. Di atas awan, terlihat sepasang pria dan wanita yang menatap ke bawah mereka bertiga sambil tersenyum.
Ayana mengusap air matanya, tanpa bertanya ia tahu maksud dari gambar itu yang menggambarkan betapa rindunya Selena akan keluarganya yang utuh. Tidak mau larut dalam kesedihan, Ayana melipat gambar itu dan memasukkannya kembali ke dalam kotak.
Tiba-tiba teringat ucapan Selena yang mengatakan ini hari ulang tahun Julian juga. Ia tersenyum tipis mengangkat wajah menatap suaminya yang sudah kembali ke ruangannya malam ini setelah dari ruang rawat Selena usai tadi sore sempat meeting dadakan. Namun ya, pria itu masih berkelut dengan laptopnya sekarang yang duduk di salah satu sofa.
"Sayang ... kemarilah," seru Ayana dengan nada manjanya.
Tanpa diminta dua kali, Julian langsung menutup laptop dan bangkit berdiri menghampiri Ayana. Pria itu duduk di sisi brankar istrinya itu seraya mengusap pipinya lembut. "Hm?"
"Malam ini kau tidur bersamaku di sini, jangan di sofa." Pinta Ayana pelan memeluk lengan Julian.
"Tempat tidur ini sempit, Sayang. Hanya muat satu orang, kau akan jatuh."
"Suamiku tidak akan membiarkanku terjatuh, dia selalu menjagaku." Jenaka Ayana mengulum senyum menggoda Julian.
Tentu saja Julian terkekeh mendengar itu. Malas berdebat lagi, pria itu segera menuruti kemauan wanitanya itu dan memposisikan diri menarik Ayana ke dalam dekapannya dan mulai berbaring bersama di atas kasur. "Kau mau seperti ini?"
Ayana mengangguk cepat, wanita itu memiringkan badan menatap Julian dengan sorot mata misteriusnya. "Sayang ..." Panggilnya lagi namun kali ini dengan nada menggodanya. Tangan lentik wanita itu nakal membuka tiga kancing teratas kemeja Julian lalu mengusap dada dan lehernya.
Julian terkekeh pelan menyadari apa yang dilakukan istrinya, pria itu menyingkirkan tangan Ayana pelan. "Apa yang kau lakukan?" Geramnya setengah kesal dan gemas.
"Tidak melakukan apa-apa, aku hanya merindukanmu." Sahut Ayana santai penuh maksud.
"Kau masih sakit sekarang, Ana." Julian memberi pengertian. "Tapi aku berjanji akan memberikannya nanti sepuas yang kau mau." Bisiknya kemudian menimpali Ayana.
"If i want a get kiss?" Dagu Ayana wanita terangkat tantang.
Alis Julian terangkat satu dengan wajah yang seolah sedang menimang menimpali Ayana. "I think ... not bad idea, let's try,"
Tepat setelah berucap demikian, Julian menunduk dengan sedikit memiringkan kepalanya menyatukan bibirnya dengan bibir wanita itu. Tangannya terulur memegang rahang istrinya itu memperdalam ciuman mereka. Saling memagut menuntut berciuman panas menyalurkan perasaan.
Lama mereka saling memagut bibir sampai akhirnya Julian melepas ciumannya. "Sudah cukup, jangan sampai aku kehilangan kendali di sini." Parau Julian.
Ayana sendiri malah terkekeh pelan tidak terlalu memperdulikan ucapan Julian. Wanita itu malah mendongak menatap wajah tampan suaminya dari bawah dengan senyum senang yang terpatri di bibirnya.
"Ada apa denganmu, hm? Malam ini kau begitu berbeda," heran Julian merasa gemas mencubit pelan hidung istrinya itu.
Wanita itu bergumam pelan menyingkirkan tangan Julian. Sorot matanya masih menatap misterius. "Aku barusan sudah memberimu hadiah, seharusnya kau senang." Katanya ambigu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Romance[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...