Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, hingga tanpa terasa sampai tiba dimana kandungan Ayana menginjak usia sembilan bulan. Menurut perkiraan dokter, katanya tinggal dua minggu lagi akan segera melahirkan.
Selama itu pula, Julian lebih banyak meluangkan waktu untuk Ayana disela pekerjaannya yang banyak. Namun sebanyak apapun pekerjaan, tetaplah istri prioritas utama. Meski sekarang ada Selena yang menemani Ayana, tapi Julian selalu pulang sore lebih awal dibanding biasanya karena ingin menemani istrinya.
Apalagi ketika Amara dan Thomas kembali ke Indonesia beberapa bulan lalu setelah hampir satu bulan tinggal di sini. Julian lebih banyak waktu untuk istrinya karena tidak ada yang menjaga seperti awal-awal kehamilan yang ada mertuanya. Thomas dan Amara katanya akan kembali kesini nanti menjelang lahiran mungkin sekitar satu minggu lagi bersama yang lainnya juga.
Apapun Julian lakukan untuk Ayana apalagi semasa hamil anak mereka ini. Masa ngidam Ayana dengan segala keinginan anehnya sudah terlewati. Ayana selalu menginginkan Julian yang melayaninya dari hal apapun. Namun, masa itu terlewati ketika ia menginjak usia kandungan lima bulan.
"Sayang, lihatlah baju bayi ini. Lucu sekali," ujar Ayana berseru antusias mengambil salah satu baju untuk bayi.
Saat ini wanita itu sedang di mall bersama suaminya memilih-milih baju untuk anak mereka yang akan lahir nanti. Awalnya Julian sempat membujuk agar orang suruhannya saja yang membeli perlengkapan barang bayi, namun Ayana memaksa ingin ia saja.
Dengan alasan dokter yang mengatakan ibu hamil harus rajin berjalan kaki untuk memperlancar persalinan, Julian tentu saja kalah telak. Ia tidak bisa menolak selain menuruti kemauan wanitanya itu hari ini.
"Hm, bagus." Julian mengangguk singkat agak acuh. Bagi para pria model tidak terlalu dipentingkan, tapi kegunaan yang lebih diperhatikan. Memang begitu bukan? Begitu juga dengan Julian yang acuh-acuh saja ketika Ayana meminta pendapatnya.
Decakan kesal Ayana terdengar, "Kau lihat dulu," geramnya.
Julian melirik sekilas, ia mengangguk lagi. "Sudah kubilang bagus, kalau kau mau, taruh saja di troli." Sahutnya malas.
Ayana pasrah. Toh, Julian memang seperti itu. Bahkan untuk membeli kemeja atau baju santai saja harus Ayana yang pilihkan modelnya. Karena kalau dibiarkan memilih sendiri, yang ada Julian akan membeli baju dengan model yang sama. Padahal bagi Ayana model itu membosankan.
Wanita itu mendorong kembali troli belanjanya.
Semakin kesini bukannya mengurangi kecantikannya, Ayana justru malah semakin cantik ribuan kali lipat dari sebelumnya. Apalagi sekarang yang hanya memakai dress navy selutut berlengan pendek sangat cocok untuk ibu hamil. Ditambah dengan rambutnya yang dijebit sebagian oleh jedai. Tampak simpel namun elegan.
"A-aw," rintih Ayana tiba-tiba mencengkram tangan Julian. Tangannya yang lain memegangi perutnya yang buncit.
"Why? Apa sudah mau melahirkan?" Panik Julian.
Ayana terkekeh memukul pelan bahu suaminya itu. "Mana ada, kata dokter masih satu atau dua minggu lagi." Jawab Ayana setengah merintih lagi mengusap perutnya.
"Sungguh tidak apa-apa?"
"Tidak, aku sudah biasa seperti ini. Beberapa menit setelahnya akan normal kembali." Jawab Ayana menenangkan dengan senyumnya. "Kemarikan tanganmu," pinta Ayana tiba-tiba.
Wanita itu menuntun tangan kekar Julian mengusap perutnya yang bergerak. Ayana tersenyum lebar mendongak menatap Julian.
"Inilah penyebab perutku tiba-tiba tersentak sakit. Tendangan kuat darinya," kekeh Ayana antara senang sekaligus terharu. "Kau merasakannya kan, Jul?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Romance[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...