10. Pembunuh Berdarah Dingin

2.9K 63 0
                                    

Sebuah gedung mewah berdiri tegak di atas tanah kota Milan. Gedung megah yang begitu tinggi itu adalah kantor pusat dari perusahaan terkemuka yang ada di sana yaitu Alvarez Corp. Sebuah perusahaan besar yang cukup terkenal dan sangat disegani, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Lantai-lantai bertingkat menjulang ke atas langit menciptakan kesan indah. Di dalamnya para karyawan yang jumlahnya ribuan banyak terlihat sedang sibuk lalu lalang mengerjakan tugas masing-masing. Sebagian dari mereka juga ada yang sangat fokus mengerjakan tugasnya di depan laptop yang disediakan.

Di dalam salah satu ruangannya, terlihat seorang pria berwajah dingin yang sama sekali tidak terlihat senyum di wajahnya tampak sedang menyorot tajam pada pria paruh baya di hadapannya yang diikat sambil duduk di atas kursi dengan menggunakan tali yang mengikat tangannya ke belakang.

Wajah pria tua itu bergetar takut melihat sorot mata tajam yang terasa sangat menelanjanginya. Beberapa kali bahkan ia memberontak mencoba melepas tali yang mengikat tangannya. Akan tetapi justru bukannya lepas, malah sakit dan perih yang ia rasakan.

Julian bersedekap dengan salah satu tangan yang memegang senjata api miliknya dan mengetuk-ngetukkan ujung pistol itu ke pinggiran kursi bagaikan melodi indah yang siap segera mengantarkan siapa saja yang menjadi korbannya menuju alam baka.

"Kau orang kiriman?" Tanya Julian singkat to the point dengan nada menusuk.

Wajah pria itu menegang mendengar penuturan Julian. Sorot matanya terlihat memohon agar dilepaskan dari penyiksaan yang ia dapat. Atau setidaknya kalaupun ia tidak bisa bebas, maka lebih baik bunuh saja ia dari pada harus menahan sakit seperti ini.

Lebam dan memar hampir memenuhi wajah pria itu, berikut juga dengan beberapa gigi bagian depannya yang terlepas diiringi kucuran darah. Sebelum ia tertangkap, pria itu sempat terjadi pertarungan singkat dengan Julian. Tentu saja pria itu kalah jauh dari Julian yang notabenenya memang ahli bela diri tingkat tinggi.

Setelah beberapa saat terdiam, tangan kiri Julian merogoh sakunya mengambil sekuntum rokok lalu menyalakannya kemudian menghisap rokok itu kuat-kuat. Pria dingin itu menarik nafas kasar membuat asap rokok di mulutnya menguar keluar.

"Siapa atasanmu?" Tanya Julian dingin.

"Aku tidak akan memberitahukan dari mana aku berasal." Meski sebenarnya takut, pria tua itu tetap pada pendiriannya. Ia sudah bersumpah untuk tidak memberitahukan pada Julian siapa yang menjadi atasannya sebenarnya.

Julian terkekeh. Tidak lama setelahnya pria itu mendekati orang yang diikat di atas kursi tersebut. Tangan kirinya yang memegang rokok yang masih menyala, Julian tempelkan pada pipi pria tua yang sudah menjadi mata-mata dalam dan menyamar sempurna sebagai karyawan bawahannya.

"Aaaaa ..."

Erangan kesakitan terdengar memenuhi kala panas ujung rokok itu seakan merobek kulit pria tua itu. Ia berusaha memberontak, tetapi tetap saja tidak ada yang berubah.

"Katakan!" Ujar Julian dingin dengan sedikit menekankan rokoknya.

Pria tua yang disekap itu tidak tahu harus berbuat apa. Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat menahan sakit yang teramat sangat di pipinya. Namun dia sama sekali tidak ada niatan untuk memberitahu dari mana pria itu berasal. "Aku tidak akan memberitahu siapa atasanku sebenarnya," tandasnya.

"Baiklah, jika kau tidak ingin memberitahuku, maka--"

Drrtt Drrtt ...

Suara ponsel bergetar menghentikan ucapan Julian. Pria itu menoleh ke arah sumber suara yang ternyata milik ponsel pria yang disekapnya itu bergetar. Julian merebut ponsel yang ada di saku kemeja pria tua itu.

Jebakan Sang Mafia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang