Suara ricuh penuh dengan kebisingan memenuhi dapur di pagi hari diiringi canda tawa yang terdengar gembira mendeskripsikan kesenangan yang terjadi di sana. Deburan tepung terigu berserakan di atas paintry dan lantai dapur. Benar-benar kacau melebihi pecahan kabin pesawat yang jatuh dari atas awan.
Ayana dan Selena sedang membuat kue, katanya. Selena yang sengaja mengajak kakak iparnya itu untuk membuat kue. Tetapi justru yang terjadi mereka malah bercanda sambil saling melempar tepung terigu yang akan dibuat kue.
"Selly cukup, jangan melempar tepung itu pada Kakak lagi!" Pekik Ayana yang wajahnya sudah memutih akibat deburan tepung yang dilempar oleh Selena.
Selena tertawa. "Kakak, kau terlihat seperti badut," gadis muda itu terduduk di lantai sambil memegangi perutnya. Ini pertama kalinya Selena tertawa lepas seperti itu setelah selama ini ia selalu merenung dan bersedih akan kesepiannya. Kakak iparnya itu benar-benar membawa perubahan besar.
Ayana mendengus kesal. Wajah gadis itu sudah seperti badut yang ada di pameran saking putihnya. Tangannya mengusap wajahnya membuang deburan tepung yang menutupi pandangannya. Mata gadis itu menatap penuh dendam pada Selena, detik Ayana membalas melempar tepung terigu itu.
"Kakak!" Pekik Selena sambil mengibas-ibaskan rambut pirangnya karena penuh dengan terigu.
"Hahah, Selly, kau terlihat seperti nenek-nenek yang sudah sangat tua dan beruban," ujar Ayana sambil tertawa-tawa.
"Kak--"
"Oh, Tuhan! Apa yang terjadi di sini?!"
Tepat setelah mendengar suara yang bagi Selena dan Ayana sangat tidak asing di telinga mereka, mereka bungkam mengatupkan kedua bibirnya saat itu juga. Suasana menjadi hening diiringi rasa takut yang mencekam. Selena bahkan meremas jari jemarinya sendiri dan menundukkan kepalanya takut.
Julian menatap datar Selena dan Ayana. Bola matanya memutar melihat sekitar. Pria itu tampak memejamkan matanya kesal melihat keadaan dapur yang luar biasa berantakannya melebihi sebuah kapal pecah. "Apa yang kalian lakukan?"
"Membuat kue." Jawab Selena polos.
"Membuat kue tidak mungkin dapur sekacau ini, Selly." Geram Julian begitu kesal dengan kelakuan kedua gadis itu.
"Dia duluan!" Ayana dan Selena saling menuduh.
Julian mendengus kesal. "Selly, kau naik ke atas. Dan kau," Julian menatap Ayana. "Bersihkan dapur ini!"
"What?!"
Ayana melongo dengan mulut sedikit terbuka menggambarkan keterkejutannya. Membersihkan dapur ini? Siksaan macam apa lagi ini. Selena yang mendengar penuturan kakaknya tidak terima. Ia berdiri menatap Julian. "Jangan seperti itu, Kak, yang memulainya adalah aku."
"Tidak perlu membelanya."
"Aku tidak membelanya, Kak. Tetapi itu memang benar, aku yang memulai." Selena mengaku. "Aku yang mengajak Kak Ana untuk membuat kue dan aku malah sibuk mengerjainya menabur-naburkan tepung. Aku melakukan itu karena bosan di rumah, tidak ada yang bisa kuajak main selain Kak Ana." Sahut Selena lesu.
Memang, selama ini Julian tidak pernah mengizinkan Selena keluar jauh dari rumah selain ke sekolah. Pria itu terlalu takut terjadi hal buruk karena sebelumnya juga pernah terjadi hal yang sama, yaitu para musuhnya mengincar Selena untuk dijadikan sebagai sandraan mereka.
Karena sebenarnya juga Selena pernah mengalami hal yang serupa beberapa tahun lalu. Selena pernah diculik oleh anak buah Darius sebagai ancaman untuk Julian agar menyerahkan seluruh aset kekayaan milik keluarganya. Untung saja, Julian bergerak cepat dan bisa menyelamatkan Selena. Sejak saat itu, daripada kembali terjadi kejadian yang sama, Julian memilih tidak membebaskan adiknya keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jebakan Sang Mafia [Completed]
Romance[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, JANGAN JADI SILENT READERS, PLEASE] PELAGIAT MENJAUH SANAA!!! *** Apa jadinya jika kau dijebak menikah oleh seorang mafia kejam hanya untuk dijadikan pelampiasan balas dendam? "Aku tidak peduli masalah dendammu, kar...